Apa Yang Anda Ketahui Tentang Inisiasi Menyusui Dini?

Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) merupakan permulaan menyusu dini yang dilakukan dengan usaha bayi sendiri segera setelah ia lahir. IMD dapat dilakukan dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap pada dada atau perut ibu tanpa terhalang oleh kain, selama minimal satu jam dimulai segera setelah bayi lahir.

Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir. Memulai pemberian ASI secara dini akan merangsang produksi susu dan memperkuat refleks menghisap bayi. Refleks menghisap awal pada bayi paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Menyusui segera setelah lahir dalam waktu satu jam, memberikan kesempatan kontak kulit ibu dengan kulit bayi (Depkes, 2007).

Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Jadi sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain mempunyai kemampuan untuk menyusu sendiri. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini ini dinamakan “the breast crawl” atau merangkak mencari payudara.

Sejak disadari bayi baru lahir dapat merangkak ke arah payudara, menemukan putting susu, kemudian menyusu sendiri, orang tua bahkan tenaga kesehatan sangat terpesona menyaksikan keajaiban ini. Selama bertahun-tahun, baik tenaga kesehatan maupun orang tua berpendapat bahwa bayi baru lahir tidak mungkin dapat menyusu sendiri. Semua berpikir untuk mendapatkan ASI yang pertama kalinya, harus ada orang lain yang membantu bayi dengan memasukkan putting susu ke mulut bayi atau menyusuinya. Padahal, bayi baru lahir belum siap menyusu sehingga jika ibu menyusui bayi pertama kali, kadang ia hanya melihat dan menjilat puting susu, bahkan kadang menolak tindakan yang mengganggunya ini. Sebenarnya saat dilahirkan, bayi mungkin lebih mengerti akan hal ini daripada ibu atau siapapun (Roesli, 2008)

Saat masih di dalam kandungan ibu, bayi mendapat makanan yang dikirim langsung melalui plasenta. Dari situlah bayi makan dan bertumbuh, mulai dari embrio hingga akhirnya siap untuk lahir ke dunia. Ketika bayi dilahirkan, bayi masih membawa sebagian ”bekal” itu. Ini hanya salah satu faktor, mengapa bayi mampu bertahan hidup tanpa asupan apapun selama kurang lebih 2-3 x 24 jam dalam ruangan yang nyaman (Health Services Programme & USAID, 2008).

Ada beberapa intervensi yang dapat mengganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Diantaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan, seperti operasi Caesar, vakum, forcep bahkan perasaan sakit di daerah kulit yang digunting saat episiotomi dapat pula mengganggu kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang IMD pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan IMD. Dianjurkan untuk menciptakan suasana yang tenang, nyaman dan penuh kesabaran untuk memberi kesempatan bayi merangkak mencari payudara ibu (Roesli, 2008)

Gupta Arun, (2007) menyatakan inisiasi dini bisa disebut sebagai “tahap keempat persalinan”. Waktu yang disarankan adalah tepat setelah persalinan (masih di ruang bersalin), sampai satu jam setelah persalinan. Prosesnya mencakup meletakkan bayi baru lahir yaitu dengan menengkurapkan bayi yang sudah dikeringkan tubuhnya namun belum dibersihkan dan dibedong di dada ibu segera setelah persalinan dan memastikan bayi mendapat kontak kulit dini dengan ibunya, menemukan puting susu dan mendapatkan asupan kolostrum sebelum ASI keluar (Gupta, 2007)

Penelitian dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir. Ke-72 ibu- bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir normal dan dengan obat- obatan (tindakan). Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya :

  1. Bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan dengan cepat. Setelah itu, segera diletakkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu dibiarkan setidaknya satu jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai merangkak ke arah payudara dan dalam usia 50 menit, ia menyusu dengan baik.

  2. Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dibersihkan hasilnya 50 % bayi tidak dapat menyusu sendiri.

  3. Bayi yang lahir dengan obat-obatn atau tindakan, segera setelah lahir diletakkan di dada ibu dengan kontak kulit ke kulit, hasilnya tidak semuanya dapat menyusu sendiri. Yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah.

  4. Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari ibunya, maka tidak ada satupun yang dapat menyusu sendiri.

  5. Kemampuan bayi merangkak mencari payudara bertahan beberapa minggu.

  6. Pada bayi yang menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan diukur. Pada usia 10 jam bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya, ia tampak dapat menyusu dengan baik. (Righard Lennart, 1990 dalam Roesli, 2008)

Peneliti-peneliti dari Inggris di bawah pimpinan Dr. Karen Edmond melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi dipublikasikan di Pediatrics (30 Maret 2006). Judul penelitiannya “Menunda Permulaan/Inisiasi Menyusu Meningkatkan Kematian Bayi”, berikut hasil penelitiannya :

  1. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi yang lahir antara Juli 2003 sampai Juni 2004.

  2. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22 % nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan.

  3. Jika mulai menyusu pertama, saat bayi berusia di atas dua jam dan di bawah 24 jam pertama, tinggal 16 % nyawa bayi di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan. (Edmond K, et al, 2006)

MANFAAT INISIASI MENYUSU DINI

Gupta, (2007) menyebutkan sejumlah manfaat inisiasi satu jam pertama, yaitu :

  1. Meningkatkan peluang ibu untuk memantapkan dan melanjutkan kegiatan menyusui selama masa bayi.

  2. Memberi kesempatan bayi mendapat kolostrum pertama yang amat kaya berbagai macam komponen kekebalan dan non imunitas dan penting untuk pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi.

  3. Memberi kehangatan langsung ke tubuh bayi sehingga bisa mengurangi kejadian kematian akibat hipotermia.

  4. Mencegah terlewatnya refleks menghisap pada bayi yang terjadi 20-30 menit setelah lahir. Jika bayi tidak disusui refleks akan berkurang cepat dan hanya akan muncul kembali dalam kadar secukupnya dalam 40 jam kemudian. Padahal kandungan antibodi kolostrum paling tinggi terjadi pada 12 jam setelah persalinan. (Gupta, 2007).

PENTINGNYA KONTAK KULIT DAN MENYUSU SENDIRI

Mengapa kontak kulit dengan kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan penting ?

  1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).

  2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.

  3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri “baik” di kulit ibu. Bakteri “baik” ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri “jahat” dari lingkungan.

  4. “Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik, karena 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu bayi biasanya tidur dalam waktu yang lama.

  5. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.

  6. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif dan akan lebih lama disusui.

  7. Hentakan kepala ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di putting susu dan sekitarnya, emutan dan jilatan bayi pada putting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin berperan :

    • Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu.

    • Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri dan perasaan sangat bahagia.

    • Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua. Oleh karena itu dinamakan juga hormon kasih sayang.

    • Merangsang pengaliran ASI dari payudara.

  8. Bayi mendapatkan ASI kolostrum – ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

  9. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini

TATALAKSANA INISIASI MENYUSU DINI

Setelah mengetahui perilaku alami bayi baru lahir di satu jam pertamanya, selanjutnya langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk mensukseskan terjadinya inisiasi menyusu dini.

1. Tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum

  1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

  2. Disarankan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat diganti dengan non kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing.

  3. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, didalam air atau dengan jongkok.

  4. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.

  5. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti, jika perlu gunakan topi bayi.

  6. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

  7. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam, walaupun bayi telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

  8. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

  9. Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu- bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

2. Tatalaksana inisiasi menyusu dini pada operasi caesar

Usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar pasti tidak dapat dilakukan pada persalinan operasi Caesar. Namun jika diberikan anestesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dengan bayi terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat.

Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat. Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada persalinan Caesar, tatalaksananya sebagai berikut :

  1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif.

  2. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 200-250 C. disediakan selimut untuk menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan juga topi bayi untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.

  3. Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya. Lemak putih (vernix caseosa) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.

  4. Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit bayi. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu gunakan topi bayi.

  5. Bayi dibiarkan mencari putting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

  6. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam kondisi kulit nersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam , biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

  7. Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit meskipun ibu yang melahirkan dengan tindakan operasi Caesar.

  8. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Menyusu dini dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih.

  9. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda.

  10. Rawat gabung—ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre laktat (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.

Jika baru lahir segera dikeringkan dan diletakkan di perut ibu dengan kontak kulit ke kulit dan tidak dipisahkan dari ibu setidaknya satu jam, semua bayi akan melalui 5 (lima) tahapan perilaku (pre-feeding behaviour) sebelum berhasil menyusu. Berikut 5 (lima) tahap perilaku bayi :

  1. Dalam 30 menit pertama : stadium istirahat atau diam dalam keadaan siaga. Sesekali mata bayi terbuka lebar melihat ibu. Masa ini merupakan penyesuaian peralihan dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Pada tahap ini terjadi bonding (hubungan kasih sayang) yang merupakan dasar pertumbuhan bayi dalam suasana aman.

  2. Antara 30-40 menit : mengeluarkan suara, gerakan mulut seperti mau minum, mencium dan menjilat tangan. Bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu, dan bau ini akan membimbing bayi untuk menemukan payudara dan puting susu ibu.

  3. Mengeluarkan air liur : saat menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liur.

  4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara, dengan kaki menekan perut ibu. Menjilat- jilat kulit ibu, menghentakkan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan ke kiri serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya.

  5. Menemukan, menjilat, mengulum puting, membuka mulut lebar dan melekat dengan baik (Roesli, 2008).

Praktek untuk melakukan inisiasi menyusu dini juga dicantumkan dalam langkah-langkah Asuhan Persalinan Normal. Dalam langkah ke-32 dan 33 disebutkan :

Langkah 32 : Letakkan bayi agar kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.

Langkah 33: Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.

  • Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

  • Biarakan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu. (JNPKR-R, 2007)

HAMBATAN DALAM INISIASI MENYUSU DINI

Beberapa pendapat yang menghambat proses pelaksanaan inisiasi menyusu dini :

  1. Bayi kedinginan sehingga perlu dibedong. Bayi baru lahir memang mudah kedinginan, sehingga perlu dipeluk kontak kulit ke kulit, diberi topi, lalu ibu bersama bayi diselimuti. bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. Bedong bayi terlalu ketat, akan membuatnya lebih kedinginan.

  2. Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya. Kecuali dalam situasi darurat, ibu yang baru melahirkan mampu menyusui bayinya segera. Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Memeluk dan menyusui bayi adalah penghilang rasa sakit dan rasa lelah ibu. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu

  3. Tenaga kesehatan kurang tersedia sehingga bayi tidak dapat dibiarkan menyusu sendiri. Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Suami atau anggota keluarga terdekat dapat membantu untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

  4. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya. Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

  5. Ibu harus dijahit sehingga bayi perlu segera dipisah dari ibunya. Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu. Sementara dijahit, ibu tetap dapat melaksanakan inisiasi menyusu dini.

  6. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus diberikan kepada bayi segera setelah lahir. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

  7. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan. Bidan akan membersihkan seperlunya. Memandikan bayi sebaiknya ditunda hingga 6 jam agar tidak membuat bayi kedinginan. Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

  8. Bayi harus ditimbang dan diukur setelah lahir. Ditunda 1 jam tidak akan mengubah berat dan tinggi bayi.

  9. Bayi kurang siaga sehingga tidak dapat menyusu sendiri. Bayi memiliki naluri yang kuat untuk mencari puting dalam satu jam pertama setelah lahir. Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

  10. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan prelaktal). Meskipun tidak terasa, kolostrum (ASI pertama) akan keluar langsung setelah kelahiran, jumlahnya sedikit namun cukup untuk kebutuhan bayi. Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Selain karena perut bayi baru lahir hanya dapat diisi sebanyak 4 sendok teh, bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

  11. Kolostrum tidak baik bahkan berbahaya untuk bayi karena itu tidak ada gunanya menyusui bayi sejak kelahirannya. Kolostrum adalah cairan yang kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi. Bayi yang menyusu langsung akan merangsang ASI cepat keluar. Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh- kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda.

  12. Tenaga kesehatan belum sependapat tentang pentingnya memberi kesempatan inisiasi menyusu dini pada bayi yang lahir dengan operasi Caesar. Mungkin, tapi adalah tugas orang tua untuk membela hak sang bayi. Tenaga kesehatan dapat diberi penjelasan dan suami atau anggota keluarga dapat membujuk agar bayi dibiarkan untuk menyusui dini.

  13. Ibu belum bisa duduk/duduk miring untuk memberikan ASI. Proses inisiasi menyusu dini dilakukan dalam keadaan ibu berbaring, bayi dapat menyusu dengan ditengkurapkan di dada ibu.

  14. Kolostrum (ASI pertama) adalah susu basi dan kotor. Kolostrum/ASI pertama adalah cairan yang kaya dengan zat kekebalan tubuh dan zat penting lain yang harus dimiliki bayi.

  15. Bayi harus dibungkus dan dihangatkan dibawah lampu selama dua jam setelah lahir. Kehangatan terbaik bagi bayi diperoleh melalui kontak kulit bayi ke kulit ibu, karena kehangatan tubuh ibu dapat menyesuaikan dengan kebutuhan bayi. (Health Services Programme & USAID, 2008).

Referensi:
Roesli, U. 2008, Inisiasi Menyusu Dini Plus ASI Eksklusif, Jakarta : Pustaka Bunda (Grup Puspa Swara).
Departemen Kesehatan. 2007, Panduan Peserta Pelatihan Konseling Menyusui, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Jakarta.
Departemen Kesehatan bekerja sama dengan JNPK-KR, IBI, IDAI & POGI, Revisi 2007, Asuhan Persalinan Normal-Asuhan Esensial Persalinan, Jakarta.
Publikasi The Linkages Program. Oktober 2002, USAID & AED : Exclusive Breastfeeding : Teh Only Water Source Young Infants Need-Frequently Asked Questions.
Gupta, A. 2007, Breastfeeding within One Hour. Pdf. ”Initiating Breastfeeding Within One Hour Of Birth = A Scientific Brief.” Dari : http://www.bpni.org/Article/Initiating
Edmond, K, et al. 2006, Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality Seth DOI: 10.1542/peds.2005-149 Pediatrics 2006;117;3

Inisiasi menyusu dini atau early initiation atau permulaan menyusu dini merupakan proses bayi memulai menyusu sendiri pada payudara ibu segera setelah bayi dilahirkan (Roesli, 2008). Berdasarkan pembaharuan tentang asuhan bayi baru lahir untuk satu jam pertama oleh WHO dan UNICEF, menyatakan :

  1. Bayi harus melakukan kontak kulit dengan kulit ibunya selama paling tidak satu jam segera setelah dilahirkan.

  2. Membiarkan bayi melakukan inisiasi menyusu dan ibu sudah mulai dapat mengenali bayinya siap untuk menyusu.

  3. Menunda semua prosedur lainnya yang dilakukan saat bayi baru dilahirkan hingga proses inisiasi menyusu dini selesai dilakukan, prosedurnya meliputi: memandikan, menimbang, pemberian vitamin K, obat tetes mata.

Segera setelah bayi dilahirkan, tali pusat dipotong, tengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit selama satu jam atau bisa lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri. Jika ruang bersalin dingin, bayi segera diselimuti. Ayah dan keluarga dapat memberi dukungan pada ibu selama proses menyusu berlangsung ( Kresnawan, dkk, 2007 ).

Tahapan Inisiasi Menyusu Dini

Berikut adalah tahapan-tahapan dalam proses inisiasi menyusui dini,

  1. Pada 30 menit pertama, bayi berada pada stadium istirahat dalam keadaan siaga bayi diam, terkadang matanya terbuka lebar untuk melihat ibunya. Masa tenang ini merupakan proses penyesuaian peralihan keadaan bayi, dari keadaan dalam kandungan ke keadaan di luar kandungan. Tercipta hubungan kasih sayang yang membuat bayi merasa aman.

  2. Antara 30 sampai 40 menit, bayi mulai mengeluarkan suara, menggerakan mulutnya, mencium, dan menjilat-jilat tangannya. Bayi mulai mencium dan merasakan cairan ketuban yang menempel ditangannya, bau ini sama dengan bau cairan yang dikeluarkan payudara ibu, hal ini berguna dalam membimbing bayi untuk menemukan puting susu ibu.

  3. Bayi mulai mengeluarkan air liur, karena pada saat bayi mulai menyadari bahwa ada makanan di sekitarnya, bayi mulai mengeluarkan air liurnya.

  4. Bayi mulai bergerak ke arah payudara, areola sebagai daerah sasaran, dengan kaki menekan perut ibu, bayi mulai menjilat-jilat kulit ibu, menghentak- hentakan kepala ke dada ibu, menoleh ke kanan dan kiri serta menyentuh dan meremas daerah puting susu dan sekitarnya.

  5. Bayi mulai menjilat, mengulum puting, membuka mulut selebar-lebarnya serta melekatkan kontak kulit dengan baik (Roesli, 2008).

Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Berikut adalah langkah-langkah tatalaksana proses inisiasi menyusui dini apabila sang ibu melahirkan secara normal,

#### Langkah 1 ( Lahirkan, Keringkan, dan Penilaian Pada Bayi )

  • Suami dan keluarga harus selalu mendampingi ibu saat proses persalinan

  • Disarankan agar saat proses persalinan berlangsung agar tidak menggunakan obat kimiawi, dapat juga diganti dengan cara non-kimiawi, seperti melalui pijat, aromaterapi, gerakan, atau hypnobirthing.

  • Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air, atau dengan jongkok (Roesli, 2008)

  • Saat bayi lahir, catat waktu kelahiran

  • Kemudian letakkan bayi di perut bawah ibu

  • Nilai usaha nafas bayi, guna menentukan apakah diperlukan resusitasi atau tidak selama selang waktu 2 detik ( Kresnawan, dkk, 2007 )

  • Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya tanpa membersihkan verniks dimana verniks dapat menghangatkan tubuh bayi serta menyamankan kulit bayi (Roesli, 2008)

  • Usahakan cairan di tangan bayi jangan dikeringkan, karena bau cairan amnion pada tangan bayi dapat membantunya mencari puting ibunya.

  • Lendir di tubuh bayi dilap, lendir jangan dihisap karena dapat merusak selaput lendir hidung bayi dan meningkatkan resiko infeksi pernapasan.

  • Merangsang taktil dengan menepuk telapak kaki, menggosok punggung, perut, dada atau tungkai bayi dengan telapak tangan secara perlahan.

  • Setelah mengeringkan dan menilai bayi, periksa kembali uterus untuk memastikan bahwa tidak ada lagi bayi dalam uterus lalu suntikkan pada ibu cairan Intramuskular 10 UI oksitosin (Kresnawan, dkk, 2007).

Langkah 2 ( Lakukan kontak kulit dengan kulit paling sedikit satu jam )

  • Setelah 2 menit pasca persalinan, lakukan penjepitan pada tali pusat dengan menggunakan klem pada sekitar 3 cm dari dinding perut bayi.

  • Pegang tali pusat di antara dua klem, kemudian potong tali pusatnya

  • Ikat puntung tali pusat dengan jarak kira-kira 1 cm dari dinding perut bayi

  • Letakkan bayi tengkurap di dada ibu.

  • Ibu dan bayi diselimuti dengan kain serta pasangkan topi di kepala bayi

  • Biarkan bayi melakukan kontak kulit di dada ibu setidaknya selama satu jam serta biarkan ibu membelai bayinya.

  • Hindarilah membasuh payudara sebelum bayi menyusu

  • Biarkan bayi mencari puting ibunya, ibu merangsangnya dengan sentuhan.

  • Saat kontak kulit,lanjutkan langkah kala 3 (Kresnawan, dkk, 2007)

  • Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu (Roesli, 2008).

Langkah 3 ( Bayi mencari dan menemukan puting ibu dan mulai menyusu)

  • Bayi dibiarkan mencari dan menemukan puting susu dan mulai menyusu

  • Menganjurkan ibu untuk tidak menginterupsi bayi saat menyusu.

  • Menunda semua asuhan bayi baru lahir normal hingga bayi selesai menyusu, tunda pula memandikan bayi 6-24 jam setelah bayi lahir.

  • Mengusahakan untuk tetap menempatkan ibu dan bayi di ruang bersalin

  • Segera setelah bayi selesai menghisap, kemudian bayi dibungkus dengan kain, lakukan proses penimbangan dan pengukuran bayi, beri suntikkan vitamin K1, serta oleskan salep antibiotik pada mata bayi. Jika bayi belum melakukan inisiasi dini, biarkan kontak kulit selama 30-60 menit.

  • Untuk menjaga kehangatannya bayi, bayi harus tetap diselimuti

  • Setelah satu jam,bayi disuntik Hepatitis B (Kresnawan,dkk, 2007 )

  • Rawat gabung dan hindari pemberian minuman prelaktal (Roesli, 2008).

Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada Persalinan Caesar

Berikut adalah langkah-langkah tatalaksana proses inisiasi menyusui dini apabila sang ibu melahirkan secara caesar,

  1. Siapkan tenaga kesehatan yang suportif usahakan suhu ruangan sekitar 250 C, sediakan selimut untuk mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi

  2. Tatalaksananya sama seperti tatalaksana inisiasi menyusu dini secara umum.

  3. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar operasi, bayi tetap diletakkan di dada ibu, inisiasi dini dilanjutkan di kamar perawatan (Roesli, 2008).

Faktor Penghambat Proses Inisiasi Menyusu Dini

Beberapa faktor yang menghambat proses inisiasi menyusu dini antara lain,

  1. Anggapan bahwa bayi akan kedinginan. Sesungguhnya bayi berada dalam suhu aman, jika bayi melakukan kontak kulit dengan ibu. Berdasarkan hasil penelitian Dr. Niels Bregman tahun 2005 diketahui bahwa jika bayi kepanasan, maka suhu dada ibu akan turun 10 C dan sebaliknya

  2. Anggapan bahwa ibu setelah melahirkan masih lelah untuk segera menyusui bayinya. Dengan memeluk bayinya akan merangsang keluarnya oksitosin sehingga membuat ibu menjadi tenang dan tidak merasa lelah

  3. Anggapan kurang tersedia tenaga kesehatan, padahal saat bayi di dada ibu, petugas dapat melanjutkan tugasnya, libatkan ayah untuk menjaga bayi

  4. Anggapan bahwa keadaan repot karena ibu harus cepat dijahit, padahal kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara sedangkan area yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu

  5. Anggapan bahwa harus secepatnya menyuntik vitamin K dan tetes mata untuk mencegah gonororrhea pada bayi setelah lahir. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine 2007, tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam

  6. Anggapan bahwa setelah bayi lahir harus dibersihkan, bayi setelah lahir dibersihkan sekedar agar vernix menempel pada bayi melindungi kulit bayi

  7. Anggapan bahwa bayi baru lahir masih berada dalam keadaan kurang siaga. Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga

  8. Anggapan bahwa kolostrum tidak keluar sehingga perlu cairan prelaktal, bayi baru lahir sudah memiliki cairan gula (Roesli, 2008)

Pentingnya Skin Contact Pada Proses Inisiasi Menyusu Dini

Berikut adalah pentingnya sentuhan kulit antara bayi dan ibu selama proses inisiasi menyusu dini,

Bagi Bayi

  1. Dada ibu menghangatkan bayi selama bayi merangkak mencari payudara, ini akan menurunkan kematian bayi yang disebabkan oleh hypothermia

  2. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil dan lebih jarang menangis

  3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya melalui jilatan dan masuk ke dalam tubuh bayi, bakteri ini bermanfaat untuk pertahanan tubuh bayi dari lingkungan luar

  4. Terjalinnya ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi (Roesli, 2008).

  5. Mengoptimalkan kondisi hormonal antara ibu dan bayi

  6. Dapat memastikan perilaku optimum proses menyusu berdasarkan instink;

  7. Mengendalikan temperatur tubuh bayi secara optimal

  8. Memperbaiki pola tidur yang lebih baik pada bayi

  9. Mendorong keterampilan bayi untuk menyusu lebih cepat dan efektif

  10. Kadar bilirubin lebih cepat normal sehingga proses pengeluaran mekonium berlangsung lebih cepat sehingga dapat menurunkan kejadian ikterus.

  11. Kadar gula dan parameter biokimia lain yang lebih baik selama beberapa jam pertama hidupnya (Kresnawan, dkk, 2007)

Bagi Ibu

  1. Hentakan kepala bayi, sentuhan tangan, emutan, dan jilatan bayi pada puting merangsang pengeluaran hormon oksitosin (Roesli, 2008).

  2. Kontak kulit dapat merangsang produksi oksitosin dan prolaktin pada ibu

  3. Oksitosin

  4. Membantu kontraksi uterus sehingga dapat mengurangi perdarahan

  5. Merangsang pengeluaran kolostrum

  6. Ibu akan lebih tenang dan tidak merasa nyeri pada saat plasenta lahir

  7. Membantu ibu dalam mengatasi stres

  8. Prolaktin

  9. Meningkatkan produksi ASI

  10. Mendorong ibu cepat tidur dan berfungsi untuk proses relaksasi

  11. Menunda ovulasi ( Kresnawan, dkk, 2007).

Perlakuan Proses Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh ibu agar tidak melakukan proses inisiasi menyusu dini yang kurang tepat,

  1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering

  2. Bayi segera dikeringkan, kemudian tali pusat dipotong, lalu diikat

  3. Karena takut kedinginan, bayi dibedong dengan selimut bayi

  4. Bayi yang dibedong memungkinkan tidak terjadi kontak kulit

  5. Bayi disusukan dengan memasukkan puting ke mulut bayi (Roesli, 2008).

Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut adalah beberapa manfaat utama ketika ibu melakukan proses inisiasi menyusui dini,

  1. Terciptanya kontak kulit antara ibu dan bayi merangsang penurunan hormon stres sehingga membuat bayi lebih tenang, pernapasan dan detak jantungnya stabil, membuat ibu menjadi tenang, rileks, serta merangsang pengaliran ASI dan dapat meningkatkan lamanya proses penyusuan.

  2. Sentuhan, dan jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya hormon oksitosin yang dapat membantu pengeluaran plasenta

  3. Jilatan bayi pada kulit ibu akan membantu bayi untuk memperoleh bakteri yang menempel pada kulit ibu, dimana bakteri tersebut akan sangat bermanfaat bagi bayi untuk pertahanan tubuhnya (Chalik, dkk, 1990).

  4. Kesempatan bayi memperoleh kolostrum untuk imunitas pertama yang mengandung zat kekebalan (Mediakom Depkes RI, 2007).

  5. Memberi kehangatan pada bayi, karena biasanya bayi baru lahir mengalami hypothermia, dan dengan adanya proses ini terjadi skin contact dan terjadi penyesuaian suhu tubuh, karena kulit ibu bersifat thermoregulator

  6. Meningkatkan keberhasilan menyusu eksklusif dan lama menyusu sampai dua tahun ( Roesli, 2008 ).

  7. Timbul bonding atau ikatan kasih sayang keluarga

  8. Memberikan imunisasi pertama bagi bayi berupa cairan kolostrum

  9. Meningkatkan kecerdasan bayi

  10. Membantu bayi saat proses menghisap ( Kresnawan, dkk, 2007 )

Kriteria Bayi Yang Memungkinkan Diterapkannya Inisiasi Menyusu Dini

Kriteria bayi untuk dapat memungkinkan diterapkannya proses inisiasi menyusu dini antara lain,

  1. Bayi yang tidak mengalami kasus MAS (Meconium Aspiration Syndrome), yang diartikan sebagai sindrom aspirasi air ketuban atau sindrom pencemaran aiar ketuban, dimana bayi meminum atau menghirup air ketuban yang sudah tercemar. Bayi yang dapat diselamatkan adalah bila kasus MAS yang diidap relatif ringan, penanganannya pun dilakukan dengan cepat dan tepat. Untuk itu, ungkap dr.Bagazi, bagi ibu hamil yang berisiko mengalami MAS, sebaiknya pada saat persalinan, selain ditangani oleh dokter kandungan juga didampingi oleh dokter anak.

  2. Bayi yang dilahirkan dari ibu hamil yang terinfeksi virus HIV/AIDS, dimana bagi ibu yang melahirkan anak dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui karena dapat terjadi penularan HIV dari ibu ke bayi antara 10-20%, terlebih jika putting payudara ibu mengalami perlukaan, baik terjadi lecet ataupun radang.

  3. Bayi yang dilahirkan tidak pada waktunya yang disebut bayi prematur, dimana bayi normalnya lahir adalah berumur kurang lebih 280 hari.

Referensi:

  • Roesli, Utami. 2008. Inisiasi Menyusu Dini ‘Plus ASI Eksklusif’. Pustaka Bunda. Jakarta: viii + 76 hlm.
  • Kresnawan. dkk. 2007. Buku Pegangan Pelatih ‘Pelatihan Asuhan Persalinan Normal Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini’. Depkes RI. 75 hlm.
  • Chalik, TMA, dkk. 1990. Melindungi, Meningkatkan dan Mendukung Menyusui. Perkumpulan Perinatologi Indonesia.
  • Mediakom. Oktober 2007. Pekan ASI Sedunia “Satu Jam Pertama ASI, Kurangi
    Risiko Kematian”. Depkes RI. Edisi 08: 58 hlm.