Apa yang anda ketahui tentang Ikan Kembung ?

Ikan kembung (Rastreliger kanagurta) merupakan ikan yang kadang-kadang hidupnya didasar daerah tepian landasan benua bawah air (antara jurang continental shelf dan tepi pantai) dan kadang-kadang hidup didekat permukaan laut tergantung kepada musim. Ikan ini seringkali berkumpul secara bergerombolan dan banyak sekali ke muncul permukaan pada musim tertentu, sehingga mudah ditangkap secara besar-besaran.

Klasifikasi Ikan Kembung

Kingdom: Animalia
Filum: Chordata
Sub Filum: Vertebrata
Family: Scombridae
Class: Actinopterygii
Sub Class: Teleostei
Ordo: Perciformes
Sub Ordo: Scombroidea
Genus: Rastrelliger
Species: Rastreliger kanagurta

Morfologi Ikan Kembung

  • Bentuk badan seperti torpedo badan agak langsing panjang kepala lebih tinggi dari tinggi kepala
  • Seluruh tubuh tertutup sisik halus dan terdapat corselet di belakang sirip dada
  • Terdapat selaput lemak pada kelopak mata
  • Lapisan insang panjang jelas tampak bila mulut dibuka dengan jumlah sebanyak 30-46 buah
  • Sisik garis rusuk berjumlah 120-150 buah
  • Sirip punggung berjari-jari keras berjumlah 10 buah sirip punggung kedua berjari- jari lemah berjumlah 11-12
  • Di belakang sirip punggung dan dubur terdapat 5-6 buah finlet
  • Ikan kembung memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan bagian bawah berwarna putih kekuningan
  • Sirip punggung abu-abu kekuningan
  • Sirip ekor dan dada berwarna kekuningan
  • Sirip-sirip lain berwarna bening kekuningan
  • Ikan ini memiliki panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata 20-25 cm

Apa yang anda ketahui tentang Ikan Kembung ?

Ikan kembung adalah ikan yang sudah banyak dikonsumsi di Indonesia. Ikan laut yang satu ini masih tergolong dalam ikan pelagis kecil. Ikan kembung termasuk marga Rastrelliger dan masih berkerabat dengan ikan tongkol, tuna, dan makarel. Ikan ini juga dikenal dengan banyak nama. Di Ambon, kembung dijuluki lema atau tatare . Dalam bahasa Makassar, ikan kembung disebut banyar atau banyara . Ikan kembung juga dikenal sebagai kembung banjar. Jika diperhatikan, ikan kembung memiliki tubuh yang ramping memanjang dan pipih. Sisi dorsalnya gelap, berwarna biru kehijauan hingga kecokelatan. Ada satu hingga dua deret bintik gelap membujur di dekat pangkal sirip punggung. Sementara, sisik ventralnya berwarna keperakan.

Sisik ikan kembung cenderung berukuran kecil dan seragam. Sirip punggung ikan kembung terdapat dalam dua berkas. Ada lima sirip kecil tambahan. Sirip ini juga terdapat di anal. Bagian ekor ikan kembung memiliki sepasang lunas ekor berukuran kecil di masing-masing sisi batang ekor. Di bagian mata, terdapat ciri khusus. Ada pelupuk mata berlemak di bagian depan dan belakang mata ikan kembung. Nilai jual ikan kembung termasuk golongan ekonomi menengah. Hal ini menyebabkan ikan kembung jadi salah satu tujuan utama nelayan lokal. Ikan kembung bisa dijual dalam bentuk segar ataupun diolah menjadi bentuk lain.

Olahan ikan kembung antara lain dijual sebagai ikan pindang dan ikan asin. Pengolahan ini bertujuan agar ikan menjadi awet dan tahan lebih lama. Selain untuk konsumsi, ikan kembung yang berukuran kecil juga digunakan untuk umpan ikan cakalang. Di Indonesia sendiri, dikenal tiga jenis ikan kembung. Jenis pertama adalah Rastrelliger brachysoma atau kembung perempuan, Rastrelliger faughni atau ikan kembung biasa, dan Rastrelliger kanagurta atau kembung lelaki. Ikan kembung sendiri bisa dimasak menjadi beragam olahan. Beberapa di antaranya menjadi ikan kembung bumbu kuning, ikan kembung kuah, ikan kembung balado, dan sebagainya. Olahan ikan kembung sendiri sudah populer dan mudah dijumpai di Indonesia.

Ikan kembung, Rastrelliger brachysoma Bleeker, 1851 (Pisces: Scombridae) atau short mackerel merupakan salah satu ikan pelagis kecil. Ikan ini hidup di perairan pantai atau oseanis; dapat mencapai ukuran 100 cm dan tersebar luas di bagian tengah Indo-Pasifik (Peristiwady, 2006). Salah satu wilayah sebaran ikan ini di Sulawesi Tenggara adalah perairan Teluk Staring. Teluk Staring merupakan salah satu teluk yang terletak di Kabupaten Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Beberapa aktivitas perikanan dapat dijumpai di perairan tersebut seperti kegiatan budidaya karamba jaring apung dan jaring tancap, budidaya rumput laut, ikan hias serta kegiatan penangkapan ikan pelagis dan demersal.

Ikan kembung sering ditangkap dengan beberapa alat tangkap, salah satunya adalah jaring insang. Jaring insang merupakan alat tangkap dengan tingkat selektivitas yang rendah (Arami & Mustafa, 2010; Asriyana et al., 2020). Selain beragamnya hasil tangkapan sampingan (by-catch), juga sering tertangkap ikan kembung yang sedang matang gonad. Jika hal tersebut berlangsung terus menerus maka bukan tidak mungkin akan mengganggu rekrutmen ikan tersebut di alam karena ikan tidak berkesempatan melakukan pemijahan minimal satu kali dalam siklus hidupnya. Kondisi tersebut dikhawatirkan akan berdampak terhadap penurunan stok populasi baik dari segi ukuran maupun jumlah. Kegiatan perikanan tangkap yang tidak ramah lingkungan tersebut dapat memengaruhi biologi reproduksi suatu jenis ikan di perairan seperti yang dilaporkan Reynolds et al. (2001) dan de Graaf et al. (2003). Biologi reproduksi suatu organisme penting diketahui dalam upaya pengelolaan sumberdaya perairan. Informasi mengenai perkembangan gonad dan ukuran pertama kali matang gonad dapat digunakan untuk memprediksi waktu dan tempat pemijahan suatu sumberdaya dalam menjamin keberlanjutannya di perairan.

Penelitian tentang ikan kembung (R. brachysoma) telah banyak dilakukan di beberapa lokasi (Collette & Nauen, 1983; Suyama et al., 2000; Noranarttragoon, 2005; Sritakon et al., 2011; Juan-Jordá et al., 2013; Senarat et al., 2015; Senarat et al., 2017; Kantun et al., 2018; Zamroni & Ernawati, 2019), namun penelitian sejenis belum pernah dilakukan di perairan Teluk Staring, Sulawesi Tenggara. Setiap lokasi memiliki karakteristik fisik kimiawi yang berbeda sehingga sumberdaya perairan akan memberikan respon yang berbeda terhadap kondisi tersebut, tidak terkecuali ikan kembung yang hidup di Teluk Staring. Kondisi tersebut diduga berimplikasi terhadap kondisi biologi reproduksi ikan kembung di perairan ini.

Terjadinya fenomena tangkap lebih akibat dari persepsi yang keliru tentang sumberdaya ikan laut, yang mana selama ini dimiliki oleh kebanyakan para nelayan, pengusaha perikanan, dan pejabat pemerintah. Kekeliruan pertama adalah mereka menganggap ikan adalah sumberdaya dapat pulih (renewable resources), sehingga dapat dieksploitasi secara tak terbatas (infinite) (Dahuri, 2003). Selain itu, sumberdaya ikan laut dianggap sebagai sumberdaya milik umum (common property resources), sehingga berlaku rejim open access dalam pemanfaatannya dengan pengertian bahwa siapa saja, kapan saja dapat mengeksploitasi sumberdaya ikan sebanyak-banyaknya. Oleh karena itu, untuk mewujudkan perikanan tangkap berkelanjutan (sustainable fisheries), maka rejim (pola) pemanfaatannya harus segera diubah dari rejim open access menjadi perikanan tangkap yang bertanggung jawab seperti yang dianjurkan oleh Kode Etik Perikanan yang bertanggung jawab atau Code Conduct of Responsible Fisheries.

Sumberdaya ikan bersifat dapat pulih/diperbaharui (renewable resources), dimana dia memiliki kemampuan regenerasi secara biologis, akan tetapi apabila tidak dikelola secara hati-hati dan menyeluruh akan mengarah kepada pengurasan sumberdaya ikan dan mengancam keberlanjutan sumberdaya. Untuk itu dalam pengelolaan sumberdaya perikanan rente ekonomi yang sebesarbesarnya hendaknya diperoleh tanpa melakukan pengurasan terhadap sumberdaya ikan itu sendiri. Prinsip pembangunan yang berkelanjutan hendaknya diterapkan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Salah satu jenis ikan yang ditangkap oleh nelayan yang berada di wilayah Teluk Buyat adalah ikan kembung (Rastrelliger sp.). Penilaian keberadaan sumberdaya perikanan di satu wilayah sangat ditentukan oleh informasi yang cukup tentang kegiatan pemanfaatan sumberdaya yang menjadi target penangkapan.

Sekitar tahun 1950-1990-an Propinsi Kalimantan Barat terkenal dengan ikan kembung (Rastrelliger brachyosoma) yang segar maupun yang diolah menjadi peda (Merta, 1993) sebagai salah satu jenis ikan yang menjadi kegemaran masyarakat dalam memenuhi kebutuhan gizi secara murah. Kedua jenis produk tersebut merupakan komoditas ekspor untuk Serawak (segar) dan Singapura (peda). Golongan ikan kembung yang didaratkan di Kalimantan Barat paling sedikit terdiri dari 2 spesies yaitu ikan kembung penghuni perairan pantai (neritic), dan ikan banyar (Rastrelliger kanagurta) hidup di perairan yang lebih ke tengah (offshore) dengan kadar garam paling rendah 32 per mil (Longhurst & Pauly, 1987). Total produksi ikan kembung dan banyar tahun 1991 di Propinsi Kalimantan Barat mencapai 4.000 ton atau 6,7% dari total produksi perikanan laut (Merta, 1994) dengan produksi ikan kembung dan banyar masing-masing 3.500 dan 5.000 ton. Pada tahun 1996 produksi total kedua jenis ikan kembung tersebut mencapai puncak 13.000 ton (12.600 ton di antaranya ikan kembung), kemudian turun pada tahun 2005 sampai 1.800 ton dengan produksi ikan kembung 1.600 ton (Anonimus, 1992-2006).