Apa yang anda ketahui tentang Hajar Aswad ?

Hajar Aswad merupakan sebuah batu yang diyakini oleh umat Islam berasal dari surga, dan yang pertama kali menemukannya adalah Nabi Ismail dan yang meletakkannya adalah Nabi Ibrahim. Dahulu kala batu ini memiliki sinar yang terang dan dapat menerangi seluruh jazirah Arab. Namun semakin lama sinarnya semakin meredup dan hingga akhirnya sekarang berwarna hitam. Batu ini memiliki aroma yang unik dan ini merupakan aroma wangi alami yang dimilikinya semenjak awal keberadaannya, dan pada saat ini batu Hajar Aswad tersebut ditaruh di sisi luar Kabah sehingga mudah bagi seseorang untuk menciumnya. Adapun mencium Hajar Aswad merupakan sunah Nabi Muhammad SAW. Karena dia selalu menciumnya setiap saat tawaf.

Peletakkan Hajar Aswad oleh Rasulullah

Pada masa Rasulullah berusia 30 tahun, pada saat itu dia belum diangkat menjadi rasul, bangunan ini direnovasi kembali akibat banjir yang melanda Kota Mekkah pada saat itu. Ketika sampai pada peletakan Hajar Aswad, Suku Quraisy berselisih, siapa yang akan menaruhnya. Perselisihan ini nyaris menimbulkan pertumpahan darah, akan tetapi dapat diselesaikan dengan kesepakatan menunjuk seorang pengadil hakim yang memutuskan. Pilihan tersebut, ternyata jatuh pada Nabi Muhammad Saw.

Rasulullah Saw dengan bijak berkata pada mereka, “Berikan padaku sebuah kain”. Lalu didatangkanlah kain kepada dia, kemudian dia mengambil hajar Aswad dan menaruhnya dalam kain itu dengan tangannya. Lalu dia berkata, ” Hendaklah setiap qabilah memegang sisi-sisi kain ini, kemudian angkatlah bersama-sama!”. Mereka lalu melakukannya dan ketika telah sampai di tempatnya, Rasulullah menaruhnya sendiri dengan tangannya kemudian dibangunlah.

Apa yang anda ketahui tentang Hajar Aswad ?

Sumber : wikipedia

Pada awalnya, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk membangun Ka’bah (QS Al-Baqarah [2]: 125-128). Ka’bah adalah tempat ibadah pertama yang dibangun di dunia QS Ali Imran [3]: 96-97). Sebagaimana disebutkan dalam kitabnya Qishash al-Anbiyaa’ (kisah para Nabi dan Rasul), Ibnu Katsir menjelaskan, saat pembangunan Ka’bah hampir selesai, dan masih terdapat satu ruang kosong untuk menutupi temboknya, Ibrahim berkata kepada anaknya, Ismail AS, untuk mencari batu, agar ruang kosong itu bisa segera tertutupi.

‘‘Pergilah engkau mencari sebuah batu yang bagus untuk aku letakkan di salah satu sudut Ka’bah sebagai penanda bagi manusia.’’

Ismail pergi dari satu bukit ke bukit lain untuk mencari batu yang paling baik. Ketika sedang mencari, malaikat Jibril datang pada Ismail AS dan memberinya sebuah batu hitam (Hajar Aswad) yang paling bagus. Dengan senang hati ia menerima batu itu dan segera membawa batu itu untuk diberikan pada ayahnya. Nabi Ibrahim AS pun gembira dan mencium batu itu beberapa kali.

Kemudian Ibrahim AS bertanya pada putranya, ‘‘Dari mana kamu peroleh batu ini?’’ Ismail AS menjawab, ‘‘Batu ini aku dapat dari yang tidak memberatkan cucuku dan cucumu.’’ Ibrahim AS mencium batu itu lagi dan diikuti juga oleh Ismail AS. Begitulah, sampai saat ini banyak yang berharap bisa mencium batu yang dinamai Hajar Aswad itu.

Dalam buku Ibnu Katsir disebutkan, ketika Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencari batu tersebut, Ismail merasa sangat letih. ‘‘Wahai ayah, aku merasa malas dan capek.’’ Ibrahim berkata, ‘‘Biar aku saja yang mencari.’’ Lalu ia pergi dan bertemu dengan Jibril yang membawakan batu hitam dari India. Sebelumnya, batu itu putih bak permata.

Adam membawanya ketika ia turun dari surga. Batu tersebut berubah menjadi hitam karena dosa-dosa manusia. Lalu, Ismail datang dengan membawa sebuah batu, namun ia telah melihat batu di salah satu sisi Ka’bah.

Ismail berkata, ‘‘Wahai ayahku, siapakah yang membawa batu ini.’’ Ibrahim menjawab, ‘‘Yang membawa adalah yang lebih giat darimu.’’ Lalu keduanya melanjutkan pembangunan Ka’bah sambil berdoa, ‘‘Ya Tuhan kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.’’ (QS Al-Baqarah [2]: 127).

Sumber:
Republika.co.id

Menurut banyak riwayat, antara lain Abdullah bin umar bin khatab, Hajar Aswad berasal dari surga. Riwayat oleh a’id bin Jubair r.a dar ibnu abbas dari ubay bin Ka’br.a menerangkan bahwa Hajar Aswad dibawa turun oleh Malaikat dari langit ke dunia. Abdullah bin abbas juga meriwayatkan bahwa Hajar Aswad ialah batu yang berasal dari surga. Tidak sesuatu selain batu itu yang diturunkan dari surga kedunia ini. Riwayat, riwayat diatas disebutkan oleh Abu al-walid Muhammad bin Abdullah bin Ahmad al-azraki (M.224 H/837 M), seorang ahli sejarah dan penulis pertama sejarah mekah. Tidak ditemukan informasi yang jelas tentang siapa yang meletakan Hajar Aswad itu pertama kali ditempatnya di ka’bah; apakah malikat atau nabi Adam a.s

Pada awalnya Hajar Aswad tidak berwarna hitam, melainkan berwarna putih bagaikan susu dan berkilat memancarkan sinar yang cemerlang. Abdullah bin Amr bis As r.a (7 SH-65 H) Menerangkan bahwa perubahan warna Hajar Aswad dari putih menjadi hitam disebabkan sentuhan orang orang yang musrik. Hal yang sama diungkapkan oleh Zubair bin Qais. Beliau mengatakn bahwa sesungguhnya Hajar Aswad adalah salah satu batu duania yang berasal dari surge yang dahulunya berwarna putih berkilauan, lalu berubah menjadi hitam karna perbuatan keji dan kotor yang dilakukan oleh orang orang musryik. Namun, kelak batu ini akan berwana putih kembali seperti sedia kala. Menurut riwayat Ibnu Abbas dan Abdullah bin Amr bin As, dahulu Hajar Aswad tidak hanya berwarna putih tetapi juga memancarkan sinar yang berkilauan. Sekiranya Allah SWT tidak memadamkan kilaunya, tidak ada seorang manusia pun yang sanggup memandangnya.

Penelitian atas Hajar Aswad.


Hasil penelitian menunjukan bahwa Hajar Aswad bukan termasuk bebatuan bumi, melainkan batu langit/luar angksa yang menyerupai meteor. Hajar Aswad memiliki komposisi kimiawi dan mineral tersendiri yang berbeda dari meteor. Penelitian ini menjadikan Richard Burton memeluk islam. Kisahnya ini ia tulis dalam bentuk buku dengan berjudul Rihlah ila Makkah (A Journey to Mecca)

Prior-Hey, seorang geolog mempublikasikan Catalog Of Meteorities (1953) yang telah bertahun-tahun disusunnya. Prior-Hey menganggap bahwa Hajar Aswad adalah batu meteor, sehingga turut dimasukkan kedalam katalognya. Angapan Prior-Hey berasal dari pendapat Kahn, seorang geolog lainnya, yang pada tahin 1936 berpendapat bahwa Hajar Aswad adalah batu meteor aerloit, yaitu meteor yang tersusun dari senyawa-senyawa penyusun batuan dan tidak didominasi oleh besi dan nikel yang berlimpah seperti meteor besi pada umumnya.

Ide Hajar Aswad sebagai meteorit terakhir kali diangkat oleh Elsebeth Thomsen, seorang geolog dari swedia pada tahun 1980. Thomsen menggunakan pendekatan tak langsung, yakni dengan menegakkan dugaan bahwa Hajar Aswad kemungkinan besar merupakan batuan yang dibentuk akibat suatu proses tumbukan benda langit. Yaitu proses jatuhnya meteorit besar dengan kecepatan sangat tinggi sehingga diikuti pelepasan energy yang sangat besar, sehingga menyamai kuantitas energy yang dilepaskan dalam peristiwa ledakan nuklir.

Nama Hajar Aswad sendiri kalau diartikan kedalam bahasa Indonesia adalah batu hitam. Hajar Aswad diletakkan di sudut timur Ka’bah. Mengenai asal usul keberadaan Hajar Aswad banyak berselisih pendapat apakah sudah ada dari zaman Nabi Adam atau baru muncul di zaman Nabi Ibrahim.

Namun, pendapat paling kuat adalah batu tersebut pertama kali ditemukan oleh Nabi Ismail dan diletakkan oleh Nabi Ibrahim ketika mereka membangun Ka’bah.

Keunikan dari batu Hajar Aswad adalah aromanya yang khas dan awet bahkan semenjak diturunkannya.

Batu tersebut berasal dari surga dan konon dulunya batu tersebut berwarna putih dan terang benderang, namun karena sering dipegangi oleh orang yang berdosa batu tersebut lama-kelamaan menjadi hitam legam seperti saat ini.

Berdasarkan hadist Rasulullah SAW:
“Hajar Aswad turun dari surga padahal batu tersebut begitu putih lebih putih dari susu. Dosa manusialah yang membuat batu tersebut menjadi hitam (HR. Tirmidzi no. 877, shahih menurut syaikh Al Albani).

Alasan dan Fungsi di Balik Hajar Aswad

Sebagaimana yang kita ketahui bahwa fungsi dari Hajar Aswad adalah sebagai penanda bagi umat manusia untuk berkumpul dan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari Ka’bah. Setelah Nabi Ibrahim mendapatkan batu tersebut, beliau menciumnya diikuti oleh anaknya Ismail. Kejadian inilah mengapa sekarang banyak kaum muslimin mencium Hajar Aswad dan memang menciumnya adalah suatu hal yang disunahkan.

Setelah Ka’bah sudah dibangun kemudian Allah memerintahkan beliau untuk memberitahukan kepada seluruh umat manusia bahwa diwajibkannya melakukan ziarah ke Ka’bah. Dari wahyu tersebutlah yang kemudian munculnya ibadah Haji.

Ka’bah berdasarkan penelitian oleh para ahli diyakini dibangun di tahun 2130 sebelum masehi dan dinobatkan sebagai masjid pertama dan tertua di dunia dalam sejarah umat manusia.

Berdasarkan fungsinya sudah kita jelaskan sebelumnya bahwa Hajar Aswad hanya bagian dari Ka’bah dan sebagai penanda saja. Batu tersebut bukanlah sesembahan sebagaimana klaim orang kafir dan orang liberal.

Di dalam Al’quran Allah sudah menegaskan tentang ka’bah sendiri yaitu:

“Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.” (QS. Ali Imran : 96).

“Dan dari mana saja kamu , maka palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang-orang yang zalim diantara mereka.” (QS. Al-Baqarah : 150).

Berdasarkan riwayat juga tentang Umar bin Khatab ketika berkata “Aku tahu, sesungguhnya kamu cuma batu biasa. Andaikan aku tidak melihat Rasulullah S.A.W menciummu, sudah tentu aku tidak akan menciumnya.”