Apa yang Anda ketahui tentang frailty syndrome?

Apa yang Anda ketahui tentang frailty syndrome ?

Menurut penelitian Gessal dan Utari (2013) Frailty Syndrome terjadi pada 30% populasi di atas usia 80 tahun dan 7% pada populasi usia di atas 65 tahun. Apa yang Anda ketahui tentang frailty syndrome ?

1 Like

Frailty secara konsep didefinisikan sebagai keadaan yang dikenali secara klinis dari orang dewasa yang lebih tua dengan peningkatan kerentanan, yang dihasilkan dari penurunan terkait usia dalam cadangan fisiologis dan fungsi di berbagai sistem organ, sehingga kemampuan untuk mengatasi stresor sehari-hari atau akut dapat dikompromikan.

Menurut Xue (2011), secara teori, frailty didefinisikan secara klinis sebagai kondisi peningkatan kerentanan yang dapat dikenali secara klinis, yang diakibatkan oleh penurunan cadangan dan fungsi yang berkaitan dengan penuaan pada berbagai sistem fisiologis sehingga kemampuan untuk mengatasi stresor sehari-hari atau akut dapat dikompromikan. Dengan tidak adanya standar, frailty telah secara operasional didefinisikan oleh Fried dan rekan-rekannya sebagai kondisi yang memenuhi 3 dari 5 kriteria fenotipik yang menunjukkan energi yang dikompromikan, yaitu, kekuatan pegangan rendah, energi rendah, kecepatan bangun lambat, aktivitas fisik rendah, dan tidak disengaja penurunan berat badan. Frailty adalah sindrom klinis umum pada orang dewasa yang lebih tua, yang membawa peningkatan risiko untuk hasil kesehatan yang buruk, termasuk jatuh, kecacatan insiden, rawat inap, dan kematian.

Meskipun tidak ada definisi operasional tunggal atau alat penilaian sederhana yang telah disepakati, sebuah konsensus telah ditetapkan bahwa frailty

  1. adalah sindrom klinis,
  2. menunjukkan peningkatan kerentanan terhadap stresor, yang mengarah pada gangguan fungsional dan hasil kesehatan yang buruk,
  3. mungkin reversibel atau dilemahkan oleh intervensi, dan
  4. berguna dalam perawatan primer.

Frailty syndrome sering dikorelasikan dengan munculnya kondisi patologis pada usia lanjut Termasuk di dalamnya adalah anemia, orthostasis, penurunan berat badan, sarkopenia, anoreksia, polifarmasi, gagal jantung kongestif, diabetes melitus, osteopenia, hipovitaminosis vitamin D, defisiensi testosteron, kurangnya asupan protein, defisiensi pada protein trafficking, penurunan fungsi kognitif, inflamasi sehubungan dengan adanya peningkatan produksi sitokin, menurunnya regulatory peptides, dan lain-lain.

Dalam sebuah penelitian pada 653 orang yang berusai 64-74 tahun di Inggris yang dilakukan dengan dengan menggunakan kriteria Fried, ditemukan prevalensi frailty sebesar 8,5% pada perempuan dan 4,1% pada laki-laki. Prevalensi meningkat seiring usia dengan tingkat 3,2%, 9,5%, dan 25,7% untuk kelompok usia 65-70, 75-79, dan 85-89 tahun.

Referensi
  1. Heuberger RA. The Frailty Syndrome: A Comprehensive Review. Journal of Nutrition in Gerontology and Geriatrics. 2011; 30(4):315-368.
  2. Clegg A and Young J. The Frailty Syndrome. Clinical Medicine. 2011; 11(1):72–75.
  3. Fried LP, Ferrucci L, Darer J, Williamson JD, Anderson G. Untangling the concepts of disability, frailty, and comorbidity: implications for improved targeting and care. J Gerontol A Biol Sci Med Sci. 2004;59: 255–263.
  4. Xue, Qian-Lie. The Frailty Syndrome: Definition and Natural History. Clin Geriatr Med 27 (2011) 1–15.

Frailty syndrome (FS) adalah suatu sindroma geriatrik dengan karakteristik berkurangnya kemampuan fungsional dan gangguan fungsi adaptasi yang diakibatkan oleh merosotnya berbagai sistem tubuh, serta meningkatnya kerentanan terhadap berbagai macam tekanan yang menurunkan performa fungsional seseorang. Rockwood et al. menyatakan bahwa FS adalah suatu sindroma multidimensi dari hilangnya cadangan (energi, kemampuan fisik, kesehatan) yang menyebabkan terjadinya kerentanan. Keadaan ini secara umum meningkat pada orang tua tetapi bukanlah merupakan hal yang tidak terhindarkan dari proses penuaan. Banyak lansia tidak mengalami FS dan tidak pernah mengalaminya tetapi keadaan ini dapat juga ditemukan pada orang muda. Frailty Syndrome berbeda dengan disabilitas; banyak pasien mengalami disabilitas tanpa disertai FS. Dalam penelitian Fried, sebanyak 72,8% lansia dengan FS tidak mengalami disabilitas dan 72% lansia dengan disabilitas tidak mengalami FS. Umumnya FS mengakibatkan suatu disabilitas dan biasanya mengindikasikan peningkatan resiko morbiditas dan mortalitas. Disabilitas tidak melibatkan berbagai sistem tubuh seperti pada FS dan hanya 28% orang dengan disabilitas (diukur dengan AKS dan skor penilaian AKS) yang mengalami FS.

SIKLUS FRAILTY SYNDROME
Beberapa studi memasukkan nutrisi, inflamasi, dan anemia kedalam faktor risiko FS. Asupan yang rendah baik kalori maupun protein, vitamin D, vitamin E, vitamin C, dan folat dapat juga menyebabkan terjadinya FS (Gambar 1). Secara biologis FS berkembang secara perlahan tetapi progresif. Buchner dan Wagner menyarankan untuk mencegah perkembangan tersebut dengan cara menurunkan efek akibat faktor pencetus akut seperti infeksi atau cedera. Oleh karena itu, sangat penting untuk memaksimalkan pemulihan kekuatan dan fungsi setelah suatu penyakit akut. Penyakit yang dapat berkontribusi menyebabkan FS melalui jalur biologis langsung yaitu aterosklerosis dan inflamasi. Penyakit lain juga dapat berpotensi memicu dimulainya siklus FS dengan mempengaruhi komponen kunci seperti status gizi, muscle wasting, toleransi latihan, atau tingkat kegiatan (Gambar 1). Perubahan neuroendokrin juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya FS.

Gambar 1. Siklus frailty syndrome. Sumber: Fried et al., 2003.
Gambar 1. Siklus frailty syndrome. Sumber: Fried et al., 2003.

PATOFISIOLOGI FRAILTY SYNDROMES
Perkembangan bukti klinis menunjukkan bahwa FS ialah sindroma biologis yang ditandai oleh penurunan kemampuan multisistem yang disebabkan oleh disregulasi akibat penuaan. Awal FS ditandai dengan perubahan fisiologi karena usia, penyakit dan atau kurangnya aktivitas, atau buruknya asupan nutrisi. Perubahan tersebut bermanifestasi pada hilangnya massa otot tubuh, tulang, dan fungsi abnormal dari sistem imun, respons terhadap inflamasi dan sistem neuroendokrin juga respons tubuh dalam menjaga homeostasis. Terdapat hipotesis yang menyatakan disregulasi sistem tersebut tersembunyi dalam keadaan tanpa stres, dan akan menjadi nyata dalam keadaan stres seperti suhu tinggi, infeksi, atau kecelakaan.

Hipotesis tersebut menjelaskan gambaran klinis pasien usia lanjut yang rapuh dan rentan terhadap stresor baik endogen maupun eksogen. Akibat kerentanan ini maka timbul masalah kesehatan dengan gambaran klinis yang berhubungan dengan FS. Tingginya FS pada perempuan dikarenakan perempuan memiliki massa tubuh yang lebih kecil sehingga kehilangan massa otot dengan bertambahnya usia akan mengarahkan terjadinya peningkatan FS yang lebih cepat daripada laki-laki. Perubahan fisiologis yang dihubungkan dengan FS merupakan hal yang kompleks. Kemungkinan terdapat interaksi antara sistem tertentu yang meningkatkan risiko FS, seperti inflamasi dan disregulasi endokrin (Gambar 2). Nutrisi yang inadekuat, bertambahnya usia, dan perubahan fisiologis yang terjadi dengan bertambahnya usia dapat mengarah pada terjadinya sarkopenia yang meningkatan risiko FS; terdapat bukti yag menunjukkan bahwa hal tersebut masih dapat dimodifikasi. Fiatarone et al. menunjukkan bahwa latihan penguatan dapat meningkatkan kekuatan ekstremitas bawah, kecepatan berjalan, dan kekuatan menaiki tangga pada lansia watan.

Gambar 2. Patofisiologi dari frailty syndrome. Sumber: Espinoza dan Fried.
Gambar 2. Patofisiologi dari frailty syndrome. Sumber: Espinoza dan Fried.

Latihan penguatan juga memperbaiki mobilitas dan aktivitas spontan sehingga dipikirkan bahwa peningkatan kekuatan otot mungkin dapat memutuskan siklus FS dengan cara menstimulasi peningkatan aktivitas. Lipsitz menunjukkan bahwa perubahan sistem tubuh mungkin mendasari kerentanan pada usia lanjut. Perubahan pada tingkat molekuler juga dapat memberikan kontribusi terhadap FS. Secara teoritis, Bortz telah mengusulkan teori physics of frailty yaitu berupa kehilangan kemampuan fungsional di tingkat selular dengan berkurangnya termodinamik serta hilangnya cadangan energi selular yang berakhir pada penurunan fungsi fisik. Fungsi fisiologik yang mengalami penurunan tersebut dapat mengakibatkan FS yang bermanifestasi sebagai berkurangnya kemampuan untuk mempertahankan homeostasis dalam menghadapi stresor, antara lain infeksi akut.