Binturong atau Binturung yang dalam bahasa latin disebut Arctictis binturong adalah sejenis musang bertubuh besar. Menurut David “Ekor Binturong dapat berfungsi sebagai kaki kelima guna berpegangan pada dahan. Hal ini menyebabkan binturong memiliki keahlian dalam memanjat pohon dengan sangat baik. Binturong betina memiliki organ khas berupa penis palsu ( pseudo-penis )” (David, 2015).
Alamendah menjelaskan “Binturong memiliki banyak nama pada beberapa daerah binatang ini disebut sebagai Binturong, Binturung, Menturung atau Menturun. Dalam bahasa Inggris, hewan ini disebut Binturong , Malay Civet Cat , Asian Bearcat , Palawan Bearcat , atau secara ringkas Bearcat . Disebut Bearcat mungkin dikarenakan karnivora berbulu hitam lebat dan bertampang mirip beruang yang berekor panjang, serta berkumis lebat dan panjang seperti kucing, sedangkan di China binatang ini disebut Xiong-Li” (Alamendah, 1010). Lebih lanjut Holden menjelaskan “ Binturung ( A. binturong ) tersebar mulai dari Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Kamboja, Cina, India, Indonesia (Jawa bagian barat, Kalimantan, Sumatera), Laos, Malaysia, Myanmar, Nepal, Filipina, Thailand, dan Vietnam” (Holden, 2016).
Populasi Binturong ( A. binturong ) cenderung mengalami penurunan. Sehingga oleh IUCN Redlist kini binatang ini dimasukkan dalam status konservasi Vulnerable (VU; Rentan) . Selain itu juga kini telah terdaftar dalam (CITES) Apendiks III. Menurut Holden “Binatang ini oleh pemerintah Indonesia termasuk salah satu satwa yang dilindungi” (Holden, 2016). Berkurangnya populasi Binturong disebabkan oleh perburuan dan rusaknya hutan sebagai akibat penggundulan hutan dan kebakaran hutan. Binturong diburu untuk diperdagangkan dalam pasar gelap, sebagai hewan peliharaan, dan juga diambil kulitnya yang berbulu tebal, dan untuk dimanfaatkan bagian-bagian tubuhnya sebagai bahan obat tradisional oleh masyarakat yang tinggal di sekitar hutan. Berikut ini adalah klasifikasi dari binturong menurut Maureen, (2015)
Klasifikasi Ilmiah Binturong
- Kingdom : Animalia Filum : Chordata
- Kelas : Mamalia
- Ordo : Carnivora
- Famili : Viverridae
- Genus : Arctictis
- Spesies : Arctictis binturong
- Biomal : Binturong
Sesuia dengan penjelasan binturong di atas, berikut ini merupakan ciri-ciri binturong pada umumnya seperti pada gambar dibawah ini :
Ciri-ciri Binturong
Binturong memiliki tubuh yang berukuran besar dengan ekor yang besar dan panjang. Belant menjelaskan bahwa “Panjang tubuh Binturong dapat mencapai antara 60–95 cm, sedangkan panjang ekornya bisa antara 50 – 90 cm. Berat binatang sejenis Musang ini sekitar 6–14 kg bahkan bisa sampai mencapai 20 kg” (Belant, 2008). Binturong memiliki rambut yang panjang dengan warna rambut hitam keabu-abuan di seluruh tubuhnya.
Bagian ujung telinga terdapat beberapa berkas rambut yang memanjang. Ekor Binturong berambut lebat dan panjang dengan warnanya yang hitam, terutama di bagian mendekati pangkal, sehingga terlihat gemuk. Ekor ini dapat juga digunakan sebagai pegangan pada suatu dahan untuk „kaki kelima‟ yang dapat memudahkan binturong pada saat mencari makan ataupun berpindah tempat dari dahan lain ke dahan lainnya. Dikatkan juga oleh David bahwa “Binturong betina memiliki pseudo-penis alias penis palsu, suatu organ khas yang langka ditemui pada makhluk lainnya” (David, 2015). Lebih lanjut Fadli menjelaskan “Binturong sebagaimana umumnya musang, merupakan binatang nokturnal yang aktif di malam hari. Walaupun lebih sering berada di atas pepohonan ( arboreal ) Binturong juga turun ke tanah ( terestrial )” (Fadli, 2015). Kadang-kadang ada juga yang bangun dan aktif di siang hari. Sebagai bangsa karnivora, Binturung ( Arctictis binturong ) memakan telur, hewan-hewan kecil semacam burung dan hewan pengerat. Namun Binturung juga memakan buah-buahan dan dedaunan.
Kepandaian memanjat dan melompat binturong dari dahan ke dahan lain sangat baik, binatang sejenis musang ini biasanya bergerak tanpa tergesa-gesa di atas pohon. Ekornya digunakan untuk keseimbangan, atau terkadang berpegangan manakala sedang meraih makanannya di ujung rerantingan. Menurut Fadli “Cakarnya berkuku tajam dan melengkung, memungkinkannya untuk mencengkeram pepagan dengan kuat” (Fadli, 2015). Kaki belakangnya dapat diputar ke belakang untuk memegang batang pohon, sehingga binturong dapat turun dengan cepat dengan kepala lebih dulu. Pada umumnya Binturong mengeluarkan semacam bau dari kelenjar di bawah pangkal ekornya. Bau ini digunakan untuk menandai wilayah kekuasaannya. Binturong betina melahirkan 2-6 anak, setelah mengandung selama kurang lebih 91 hari.
Lingkungan Binturong
Duckworth mengatakan “Binturong merupakan hewan aboreal dan jarang untuk turun ke tanah” (Duckworth, 2016). Hal ini dikarenakan makanan binturong lebih banyak terdapat di pepohonan daripada di tanah. Makanan hewan ini adalah burung-burung kecil, telur, dan hewan-hewan kecil lainnya, serta juga dapat memakan buah-buahan yang telah masak pohon. Pergerakan lambat ini disebabkan karena ukuran yang besar dan berat, sehingga menyebabkan pergerakan binturong begitu lambat. Pergerakan yang lambat dan tenang ini dapat memudahkan pengamat melakukan pengamatannya dengan lebih baik dan jelas.
Lebih lanjut Belant menjelaskan “Habitat binturong tersebar pada hutan-hutan tropis dan subtropis yang hidup pada dataran tinggi, meskipun banyak juga di berbagai Negara terlihat pada hutan dataran rendah sampai hutan tepi pantai” (Belant, 2008).
Binturong merupakan satwa arboreal dan hidup di kanopi tinggi, rapat, hutan tropis. Menurut Widmann keberadaan binturong “di Laos, mereka menghuni hutan cemara yang luas dan di Filipina mereka tinggal di hutan dataran rendah primer dan sekunder dengan padang rumpu”t (Widmann, 2008). Selain itu Diego juga menyatakan “binturong menghabiskan sebagian besar waktu mereka memanjat di pohon-pohon dan mereka bahkan tidur di cabang-cabang” (Diego, 2012). Lebih lengkap lagi Cosson menjelaskan bahwa “binturung sebagian besar hidup soliter dan cenderung menghindari satu sama lain, tetapi tidak memiliki status teritorial yang ketat, selain itu mereka menghabiskan sebagian waktu mereka untuk memanjat, tetapi juga memiliki tingkat tinggi aktivitas di tanah karena mereka terlalu besar untuk melompat dari pohon ke pohon yang lain” (Cosson, 2007. Menurut Grassman “binturung sebagian besar dianggap satwa malam, tetapi mereka juga kadang-kadang juga keluar pada siang hari, puncak aktivitas mereka antara 04:01-06:00 dan 20:00-22:00 dan aktivitasnya akan menurun dari tengah hari ke sore hari” (Grassman, 2005).