Apa yang anda ketahui tentang Bangau Storm?

Bangau storm (Ciconia stormi) adalah salah satu jenis burung langka yang masuk dalam seri perangko “Pusaka Hutan Sumatera”. Menurut perkiraan, jumlah bangau storm di seluruh daerah persebarannya hanya tinggal 500 ekor saja. Di Sumatera hanya terdapat 150 ekor. Jumlahnya yang terus menurun membuat International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengelompokkannya ke dalam status “genting” (Endangered/EN).

Bangau storm berukuran besar, panjangnya mencapai 80 cm. Bulunya dominan berwarna hitam dan putih dengan paruh merah yang sedikit melengkung ke atas. Lebih spesifik lagi, bulu sayap, punggung, mahkota, dan dan dada berwarna hitam, sedangkan bulu pada tenggorokan, tengkuk, perut, dan ekor berwarna putih. Kulit mukanya berwarna semu merah jambu, sangat nyata saat berbiak.

Di Indonesia, bangau storm tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Mereka hidup di hutan primer dan dataran rendah, hutan awet-hijau, dan hutan rawa air tawar di kawasan Sunda Besar. Biasanya mereka hidup soliter atau membentuk kelompok kecil.

Bangau Storm atau Storm’s Stork (Ciconia stormi), menjadi salah satu burung air yang hidup di Indonesia. Bangau Storm burung dari famili Ciconiidae berukuran hingga 80 cm ini termasuk salah satu burung langka Indonesia. Popolasi Bangau Storm di seluruh dunia di perkirakan hanya tertinggal kurang dari 500 ekor. Wajar jika kemudian Daftar Merah IUCN melabeli burung Bangau Storm sebagai spesies Endangered (terancam punah).

Nama latin hewan dari famili Ciconiidae ini adalah Ciconia stormi (Blasius, 1896). Dalam bahasa Inggris dikenal dengan sebutan Storm’s Stork. Sedangkan nama umum di Indonesia adalah Bangau Storm. Masih berkerabat dekat dengan burung Sandang-lawe atau Bangau Hitam (Ciconia episcopus).

Bangau Storm atau Storm’s Stork berukuran besar. Panjang tubuhnya mencapai antara 75-91 cm. Bulunya didominasi warna hitam dan putih. Sayap, punggung, mahkota, dan dada berwarna hitam, sedangkan tenggorokan, tengkuk, perut, dan ekor berwarna putih. Paruhnya panjang agak melengkung ke atas dan berwarna merah. Kulit di bagian muka berwarna merah jambu dengan lingkar mata berwarna kuning. Selain muka, tungkai dan kaki bangau ini pun berwarna merah jambu.

Perbedaan mencolok Bangau Storm dari kerabat dekatnya, Sandang Lawe adalah warna bulu di lehernya bagian bawahnya. Jika pada Sandang Lawe bulunya berwarna putih, bulu pada pangkal leher Bangau Storm hitam. Juga warna pada paruh, tungkai, dan kaki yang lebih merah.

Makanan utama Bangau Storm adalah ikan. Selain itu juga memakan katak, krustasea, cacing tanah, invertebrata dan larva serangga air. Kerap ditemukan menyendiri meskipun terkadang dapat ditemukan dalam kelompok kecil. Membuat sarang dari ranting di atas pohon yang tinggi. Saat berbiak, burung ini diketahui bertelur antara 2-3 butir yang akan dierami dan menetas setelah sekitar 90 hari.

Bangau Storm merupakan burung asli Indonesia meskipun bukan burung endemik Indonesia. Burung air ini memiliki daerah sebaran meliputi Indonesia, Malaysia, Brunei Darussalam, Myanmar, dan Thailand. Di Indonesia dapat dijumpai di pulau Sumatera dan Kalimantan. Habitatnya adalah daerah lahan basah seperti rawa-rawa, hutan rawa, rawa gambut, dan di sekitar daerah aliran sungai di daerah dataran rendah.

Bangau Storm termasuk burung langka dan terancam punah. Populasinya sangat kecil. Diperkirakan jumlah burung ini secara global hanya pada kisaran 250-500 ekor burung dewasa. Penurunan populasi ini diakibatkan oleh rusaknya habitat berupa hutan dan lahan basah sebagai akibat dari deforestasi maupun alih fungsi lahan menjadi perkebunan. Ancaman lainnya adalah kebakaran hutan yang kerap terjadi di wilayah Sumatera.

Akibat populasinya yang sangat kecil dan ancaman kelestariannya yang terus terjadi, IUCN Redlist memasukkan burung Bangau Storm (Ciconia stormi) sebagai spesies dengan status konservasi Endangered (Terancam Punah) sejak tahun 2012.

Meskipun langka dan terancam punah, ternyata burung ini tidak masuk dalam daftar Appendix CITES. Pun, Bangau Storm luput dan tidak termuat sebagai burung yang dilindungi berdasarkan PP Nomor 7 Tahun 1999.

Klasifikasi Ilmiah Bangau Storm : Kerajaan: Animalia. Filum: Chordata. Kelas: Aves. Ordo: Ciconiiformes. Famili: Ciconiidae. Genus: Ciconia. Spesies: Ciconia stormi (Blasius, 1896).

Bangau Storm


Bangau storm (Ciconia stormi) merupakan jenis bangau paling sedikit dipelajari, hanya beberapa penelitian studi lapangan yang telah dilakukan, sebagian besar dalam waktu yang singkat dan memusatkan perhatian pada perilaku pembiakan (Yaacob, 1992). Bangau storm merupakan salah satu jenis burung yang penyebaran dan populasinya sedikit, spesies burung ini dideskripsikan sebagai salah satu yang paling sedikit dari beberapa spesies burung bangau di dunia (Hancock, J. A, Dkk, 1992). Berikut ini beberapa informasi tentang Bangau Storm antara lain :

  1. Sumber Makanan

    Bangau storm (Ciconia stormi) merupakan salah satu jenis burung pemakan ikan (Fishcivora), walaupun terkadang demi mendapatkan makanannya tidak jarang bangau storm yang menjadi makanan dari satwa lain bahkan manusia. Menurut informasi masyarakat di hulu sungai Kepuluk terdapat areal penambangan emas tanpa izin merupakan salah satu tempat yang disukai oleh bangau storm untuk mencari makan pada musim tertentu, khususnya bekas galian yang membentuk danau-danau kecil akibat aktivitas penambangan emas, tetapi hal ini yang dapat menyebabkan perilaku bangau storm berubah jika tidak dilakukan pencegahan satwa liar ini akan terbisa dengan kehadiran manusia sehingga akan lebih mudah diburu.

  2. Sifat Hidup Satwa

    Salah satu sifat hidup satwa antara lain bereproduksi/melahirkan (natalitas) dan kematian (mortalitas). Tidak banyak informasi tentang data kelahiran bangau storm masa perkembangbiakan berlangsung selama kurang lebih 3 bulan, menetas pada akhir bulan Oktober dan biasanya sebanyak 2 sampai 3 telur Danielsen. F, Dkk, 1997), maka populasinya perlu diperhatikan, namun tidak berarti banyak atau sedikitnya burung ini berkembang akan semakin banyak pula populasinya, tetapi ada faktor lain yang dapat sangat mempengaruhi terhadap jumlah populasinya yaitu kematian yang dapat terjadi baik kerena usia, penyakit maupun kondisi habitat yang tidak cukup baik.

  3. Hubungan Kehidupan dan Daya saing Dengan Satwa Lain

    Kondisi habitat mencukupi dari kepadatan suatu populasi maka tidak akan terjadi persaingan antar satwa lain. Selama dilakukan pengamatan selain bangau storm juga dijumpai jenis-jenis burung yang sering terlihat di pinggir sungai Kepuluk seperti pekaka emas (Pelargopsis capensis), kuntul kecil (Egretta garzetta), bangau tongtong (Leptoptilos javanicus), bambangan hitam (Dupetor flavicollis), untuk jenis-jenis primata yang sering terlihat di pinggir sungai Kepuluk seperti orangutan (Pongo pygmaeus wurmbii), bekantan (Nasalis larvatus), kera ekor panjang (Macaca fascicularis).

  4. Predator

    Bangau storm (Ciconia stormi) mempunyai sifat alami seperti satwa liar lainnya yaitu menjauhi ancaman dari musuhnya atau predator di alam yang dapat membahayakan dirinya. Musuh alami bangau storm yang bisa saja membahayakannya adalah biawak, ular sanca, buaya, burung elang. Selain jenis-jenis satwa tersebut manusia merupakan musuh utama yang sangat membahayakan bagi kelangsungan hidup dan perkembangan populasi bangau storm di habitatnya. Jika manusia berada dalam jarak pandang sarang, burung ini tidak akan kembali sampai 2-3 jam sampai manusia itu pergi (Danielsen. F, Dkk, 1997). Rendahnya daya dukung habitat pada kawasan penelitian menyebabkan satwa ini sulit untuk bergerak dalam memenuhi kebutuhan ekologisnya satwa seperti: mencari makan dan bereproduksi.

Referensi :
  • Danielsen. F, Kadarisman. R, Skov. H, Suwarman. U, and W.J.M. Verheugh. 1997. The Storm’s stork Ciconia stormi in Indonesia: Breeding Biology, Population and Conservation. Ibis 139:67-75. Bogor. Indonesia.
  • Hancock, J. A., Kushlan, J. A. & Kahl, M. P. 1992. Storks, Ibises And Spoonbills Of The World. Academic Press. London.
  • Yaacob, T. M. N. 1992. Storm’s storks breed. Zoorama Malaysia.