Apa yang anda ketahui tentang ashabul yamin?

Apa yang anda ketahui tentang ashabul yamin?

Allah Azza Wa Jalla membagi manusia ke dalam tiga golongan, dan dengan segala implikasinya, yang posisinya nanti sangatlah ditentukan oleh perjalanan hidupnya di dunia, serta komitmennya (iltizamnya) terhadap aturan dan hukum (syariah) yang telah ditetapkan-NYa. Tiga golongan itu, menurut terminologi Allah Azza Wa Jalla, pertama golongan ‘kiri’ (ashabul syimal), kedua golongan ‘kanan’ (ashabul yamin), dan ketiga adalah golongan ‘muqorrobun’ (dekat kepada Allah).

Golongan ‘kanan’ (ashabul yamin), menurut pandangan Al-Qur’an, dikatakan alangkah mulianya golongan ini, dan mereka menerima catatan amalannya di dunia dengan tangan kanannya. Mereka berada diantara pohon-pohon yang tidak berduri, dan pohoh-pohon pisang yang bersusun-susun buahnya, dan naungan yang terbentang luas, dan air yang mengalir terus-menerus, dan buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya, dan kasur-kasur yang tebal lagi empuk, Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) itu secara langsung, lalu Kami jadikan mereka perawan-perawan yang penuh cinta dan sebaya umurnya. Betapa indahnya dan nikmatinya yang Allah Ta’ala sediakan nanti di akhirat bagi golongan kanan itu. Dan, masihkah manusia lebih mementingkan kehidupan di dunia dibandingkan dengan kehidupan akhirat?

Golongan kanan akan berada di surga. Di antara pohon bidara yang tidak berduri. Di dalam naungan yang terbentang luas, dan air yang tercurah. Di antara buah-buahan yang banyak, yang tidak berhenti berbuah dan tidak terlarang mengambilnya. Itulah, antara lain, gambaran kenikmatan yang akan diperoleh golongan kanan.

Allah menggambarkan jalan terjal lagi sulit ini dalam surat Albalad (90) ayat 11-12. ’

‘Maka, tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar? Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu?’’

Ayat selanjutnya menjelaskan jalan mendaki itu adalah membebaskan budak, memberi makan kepada anak yatim yang ada hubungan kerabat atau orang miskin yang sangat fakir.

Jalan inilah yang telah ditempuh oleh sahabat Nabi, Abdurrahman bin 'Auf. Saudagar sukses di era Rasulullah SAW ini menggunakan hartanya di jalan Allah. Hartanya ia manfaatkan untuk perjuangan Islam dan kepentingan umat. Dalam suatu riwayat, ia pernah menjual tanah seharga 40 ribu dinar. Semua uang hasil penjualan itu ia bagikan kepada keluarganya dari Bani Zuhrah, para istri Nabi, dan kaum fakir miskin. Tak sedinar pun ia genggam untuk dirinya.

Di lain kesempatan Abdurrahman menyerahkan 1.500 ekor kuda untuk perlengkapan pasukan Islam. Namun, perniagaannya terus berkembang. Menjelang wafatnya ia membagikan 50 ribu dinar kepada para sahabat yang ikut Perang Badar. Setiap orang memeroleh 400 dinar termasuk Utsman bin Affan yang tergolong kaya. Saat menerima pembagian itu Utsman berkata, '‘Harta Abdurrahman bin ‘Auf halal lagi bersih, dan memakan harta itu membawa keselamatan dan keberkahan.’’

Orang-orang seperti Abdurrahman bin 'Auf tidak pernah lupa firman Allah,

‘‘Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah kemudian mereka tidak mengiringi apa yang telah dinafkahkan itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memeroleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati.’’ (QS Al-Baqarah [2]: 262).