Apa yang anda ketahui tentang alam barzah atau alam kubur ?

Alam barzakh adalah alam yang terbentang antara dunia materi dan kiamat. Periode alam barzakh ini akan bermula semenjak masa kematian hingga masa digelarnya hari kiamat (baca: alam kubur). Apa yang anda ketahui tentang alam barzakh ?

Alam barzakh merupakan alam pertama yang akan dimasuki oleh orang yang sudah meninggal setelah dia hidup di dunia. Alam barzakh ini juga sering disebut juga dengan alam kubur. Alam barzakh ini dimulai setelah orang yang meninggal selesai dikuburkan dengan ditandai datangnya malaikat penanya di dalam kubur.

Dari segi bahasa, kata barzakh memiliki arti pemisah antara dua hal. Alam barzakh merupakan waktu (periode) yang memisah antara kematian di dunia dengan proses kebangkitan untuk menuju kehidupan akhirat yang abadi. Al-Qur’an juga memakai kata ini untuk menjelaskan adanya suatu alam setelah alam dunia.

(Demikianlah Keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, Dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah Perkataan yang diucapkannya saja. dan di hadapan mereka ada pemisah sampal hari mereka dibangkitkan. (QS. Al-Mu’minun (23): 99-100)

Pada ayat di atas jelas disebutkan adanya barzakh sampai hari kebangkitan. Yang dimaksud barzakh dalam ayat ini adalah sesuatu yang menjadi pemisah antara alam dunia dan alam akhirat. Ayat ini juga menunjukkan bahwa saat kematian datang, seseorang ingin kembali ke alam dunia tetapi keinginan tersebut tidak dapat terlaksana karena adanya dinding atau pemisah antara kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Dinding atau pemisah inilah yang disebut alam barzakh, dimana seseorang tersebut akan hidup setelah kematiannya di dunia dan akan terus berada di alam ini sampai datangnya hari kebangkitan. Dengan demikian, barzakh berfungsi menghalangi manusia menuju ke alam lain yang lebih sempurna dan dalam saat yang sama juga menghalangi manusia untuk kembali ke alam dunia.

Meskipun alam barzakh juga sering disebut dengan alam kubur, tetapi bukan berarti alam ini terdapat di area pemakaman yang sering diziarahi oleh manusia. Area pemakaman tersebut tentunya masih dalam wilayah dunia, sedangkan alam barzakh tidak terdapat di dunia dan juga belum termasuk pula dalam alam akhirat. Memang alam barzakh bisa dikatakan lebih dekat dengan alam akhirat ketimbang dengan alam dunia, hal ini dikarenakan manusia yang sudah memasuki alam barzakh berarti sedang berjalan menuju alam akhirat dan menjauh dari alam dunia. Kedekatan dengan alam akhirat itu juga bisa dilihat dari segi kemustahilan untuk kembali ke alam dunia.

Mengenai alam barzakh ini, hanya terdapat dalam ajaran agama islam saja. Sedangkan dalam agama lain, hanya konsepsi Zoroasterianisme yang memiliki kemiripan dengan doktrin alam barzakh. Konsepsi Zoroasterianisme meyakini terhadap adanya alam antara , alam ini menghubungkan kematian dan hari kebangkitan.

Dikalangan ulama’ sendiri muncul perbedaan mengenai alam barzakh ini. Sebagian besar dari mereka berpendapat bahwa di alam barzakh ini juga terdapat nikmat dan siksa sebagaimana di surga dan neraka kelak. Mereka mendasarkan pendapat mereka ini pada beberapa ayat dalam Al-Qur’an yang memang tidak secara tegas dan lugas menerangkan hal tersebut. Salah satu ayat yang mereka gunakan adalah Surah Al-Ghafir ayat 46:

kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): "Masukkanlah Fir’aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras". (QS. Al-Ghafir (40): 46)

Pada ayat di atas dijelaskan bahwa mereka akan diperlihatkan neraka tiap pagi dan petang, tentunya hal ini tidak terjadi di alam dunia karena ketidakmungkinan di dunia ini melihat neraka. Begitupun juga kejadian ini tidak terjadi di akhirat karena dalam ayat tersebut juga dijelaskan bahwa mereka nantinya baru akan dimasukkan ke neraka. Dengan kata lain kejadian seperti yang dijelaskan oleh ayat tersebut terjadi pada alam barzakh. Tentunya diperlihatkan kepada neraka setiap hari merupakan siksa yang sangat luar biasa dan mengerikan. Ayat inilah yang kemudian menjadi salah satu dalil adanya siksa alam bazakh.

Tidak hanya itu, terdapat banyak hadis nabi yang diriwayatkan juga menjelaskan senada dengan ayat tersebut, baik hadis nabi yang menjelaskan siksa kubur maupun hadis yang menjelaskan adanya nikmat kubur. Hadis-hadis tersebut banyak yang berkualitas shahih dan sulit untuk ditolak jika berpegang pada kaidah-kaidah riwayat.

Sementara sebagian orang juga berpendapat bahwa tidak ada yang namanya siksa dan nikmat di alam barzakh. Mereka mengatakan bahwa manusia di alam barzakh hanya tertidur dan tak sadar seperti halnya tidur yang dialami di alam dunia ini. Mereka mendasarkan pendapat ini pada al-Qur’an surah yasin:

mereka berkata: "Aduhai celakalah kami! siapakah yang membangkitkan Kami dari tempat-tidur Kami (kubur)?". Inilah yang dijanjikan (tuhan) yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul- rasul(Nya). (QS. Yasin (36):52)

Menurut mereka, pada ayat ini terlihat bahwa orang-orang kafir sebelum dibangkitkan merasa diri mereka tertidur dan tidak merasakan siksa. Mereka baru sadar dan bangun dari tidurnya setelah adanya kebangkitan.

Lebih jauh lagi, Al-Tabatbai yang merupakan tokoh besar syi’ah era kontemporer berpendapat bahwa dialam barzakh manusia tidak hanya terbagi atas dua keadaan yakni menerima nikmat dan memperoleh siksa. Tetapi menurut Al-Tabatbai juga ada sekelompok orang yang berada di alam barzakh dalam keadaan ditangguhkan, dalam artian mereka tidak menerima nikmat juga tidak memperoleh siksa. Orang-orang ini tidak akan merasakan kehidupan di alam barzakh.

Konsep semacam ini memang hampir mirip dengan konsep mu’tazilah ketika membahas alam akhirat yang mengatakan akan ada sekelompok orang yang akan menempati al-Manzilah baina Manzilatain. Pembagian tiga keadaan manusia menurut sekte syi’ah di alam barzakh ini memang tak banyak diketahui khalayak umum, karena memang tidak seterkenal konsep mu’tazilah di atas.

Menurut Al-Tabatbai manusia yang memasuki alam barzakh akan melihat malaikat yang akan menanyai mereka. Pada surah al-Furqan ayat 21-24 dijelaskan tentang kondisi orang-orang yang akan akan diberi pertanyaan oleh malaikat yang kemudian akan menentukan nasib mereka apakah akan mendapat nikmat atau malah mendapat siksa di alam barzakh.

Selain itu, ada golongan manusia yang pada alam barzakh tidak mendapat siksa ataupun nikmat dari Allah. Orang-orang seperti ini urusannya akan dipasrahkan pada Allah (Murjauna liamrillah) nanti di hari akhir, apakah mereka akan dimasukkan ke surga atau neraka. Hal ini berdasarkan surah al-Taubah ayat 106, menurut Al-Tabatbai ayat ini menjelaskan bahwa ada sekelompok orang yang pada alam barzakh urusannya dipasrahkan kepada Allah, mereka yang dimaksud oleh ayat ini adalah orang yang mustad’af.

Adapun yang dimaksud mustadh’af disini adalah orang-orang yang memang berada di bawah kekuasaan orang musyrik yang mencegahnya untuk melaksanakan syariat agama, sedangkan orang tersebut tidak mempunyai kekuatan untuk melawan orang musyrik dan juga tidak mempunyai daya untuk hijrah ke tempat lain. Selain itu orang yang termasuk kategori mustad‘af adalah orang yang akalnya tidak mampu untuk menerima pengetahuan agama sehingga menyebabkan dia tidak bisa menjalankan syari’at agama

Referensi :

  • Khawaja Muhammad Islam, Mati itu Spektakuler, terj. Oleh Abdullah Ali dkk (Jakarta: Serambi Ilmu, 2001).
  • M. Quraish Shihab, Kehidupan Setelah kematian: Surga dan Neraka yang Dijanjikan, (Jakarta: Lentera Hati, 2008).
  • M. Quraish Shihab, Kematian Adalah Nikmat, (Jakarta: Lentera Hati, 2013)
  • Sibawaihi, Eskatologi Al-Ghazali dan Fazlurrahman, (Yogyakarta: Islamika, 2004),
  • Muhammad Husein Al-Tabatbai , Hayat Ma Ba’da al-Maut, (Irak: Qism asy-Syu’un al-Fikriyal wa ats-Tsaqafah, 2008).
  • Muhammad Husein Al-Tabatbai , al-Mizan Fi Tafsir al-Qur’an , (Bairut: Muassasat al- A’lamililmat’at, 1997), juz 15.

Alam barzakh disebut juga alam kubur. Di alam barzakh, manusia dapat merasakan balasan amal baik dan buruk yang dilakukan selama hidup di dunia. Manusia berada di alam kubur sejak kematiannya sampai datangnya yaumul Ba’as (hari kebangkitan). Allah swt. berfirman dalam surah al-mu’minun ayat 100 sebagai berikut.

Artinya: Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan. (Q.S. Al-Mu’minun: 100)

Hani’ Radhiyallahu anhu , bekas budak Utsmân bin Affân Radhiyallahu anhu , berkata, “Kebiasaan Utsman Radhiyallahu anhu jika berhenti di sebuah kuburan, beliau menangis sampai membasahi janggutnya. Lalu beliau Radhiyallahu anhu ditanya,

Disebutkan tentang surga dan neraka tetapi engkau tidak menangis. Namun engkau menangis dengan sebab ini (melihat kubur), Mengapa demikian?

Beliau menjawab,

Sesungguhnya Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, (yang artinya) ‘Kubur adalah persinggahan pertama dari (persinggahan-persinggahan) akhirat. Bila seseorang selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih mudah darinya; bila seseorang tidak selamat dari (keburukan)nya, maka setelahnya lebih berat darinya.’ Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, ‘Aku tidak melihat suatu pemandangan pun yang lebih menakutkan daripada kubur.’” [HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Mâjah; dihasankan oleh syaikh al-Albâni]

Karena fase setelah kubur lebih mudah bagi yang selamat, maka ketika melihat surga yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla dalam kuburnya, seorang Mukmin mengatakan, “Ya Rabb, segerakanlah kiamat agar aku kembali ke keluarga dan hartaku.” Sebaliknya, orang-orang kafir, ketika melihat adzab pedih yang disiapkan Allâh Azza wa Jalla baginya, ia berseru, “Ya Rabb, jangan kau datangkan kiamat.” Karena yang akan datang setelahnya lebih pedih siksanya dan lebih menakutkan.

GELAPNYA ALAM KUBUR

Dari sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa seorang wanita hitam -atau seorang pemuda- biasa menyapu masjid Nabawi pada masa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mendapatinya sehingga beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menanyakannya. Para sahabat menjawab, ‘Dia telah meninggal’. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, ‘Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?’ Abu Hurairah berkata, ‘Seolah-olah mereka meremehkan urusannya’. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Tunjukkan kuburnya kepadaku’. Lalu mereka menunjukkannya, beliau pun kemudian menyalati wanita itu, lalu bersabda,

“Sesungguhnya kuburan-kuburan ini dipenuhi kegelapan bagi para penghuninya, dan sesungguhnya Allâh Subhanahu wa Ta’ala menyinarinya bagi mereka dengan shalatku terhadap mereka.” [HR. Bukhari, Muslim, dll]

HIMPITAN ALAM KUBUR

Setelah mayit diletakkan di dalam kubur, maka kubur akan menghimpit dan menjepit dirinya. Tidak seorang pun yang dapat selamat dari himpitannya. Beberapa hadits menerangkan bahwa kubur menghimpit Sa’ad bin Muadz Radhiyallahu anhu , padahal kematiannya membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit terbuka, serta malaikat sebanyak tujuh puluh ribu menyaksikannya. Dalam Sunan an-Nasâ’i diriwayatkan dari Ibn Umar Radhiyallahu anhuma bahwa Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Inilah yang membuat ‘arsy bergerak, pintu-pintu langit dibuka, dan disaksikan oleh tujuh puluh ribu malaikat. Sungguh ia dihimpit dan dijepit (oleh kubur), akan tetapi kemudian dibebaskan.” [Dishahihkan oleh syaikh al-Albâni rahimahullah ; Lihat Misykâtul Mashâbîh 1/49; Silsilah ash-Shahîhah, no. 1695]

Himpitan kubur in akan menimpa semua orang, termasuk anak kecil. Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

" Seandainya ada seseorang selamat dari himpitan kubur, maka bocah ini pasti selamat" [Mu’jam ath-Thabrani dari Abu Ayyub Radhiyallahu anhu dengan sanad shahih dan riwayat ini dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahihul Jâmi, 5/56]

FITNAH (UJIAN) KUBUR

Jika seorang hamba telah diletakkan di dalam kubur, dua malaikat akan mendatanginya dan memberikan pertanyaan-pertanyaan. Inilah yang dimaksud dengan fitnah (ujian) kubur. Dalam hadits shahih riwayat Imam Ahmad rahimahullah dari sahabat al-Barro bin ‘Azib Radhiyallahu anhu , Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

Kemudian dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya, lalu keduanya bertanya, “Siapakah Rabbmu ?” Dia (si mayyit) menjawab, “Rabbku adalah Allâh”. Kedua malaikat itu bertanya, “Apa agamamu?”Dia menjawab: “Agamaku adalah al-Islam”.

Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?” Dia menjawab, “Beliau utusan Allâh”.

Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah ilmumu?” Dia menjawab, “Aku membaca kitab Allâh, aku mengimaninya dan membenarkannya”.

Lalu seorang penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) benar, berilah dia hamparan dari surga, (dan berilah dia pakaian dari surga), bukakanlah sebuah pintu untuknya ke surga.

Maka datanglah kepadanya bau dan wangi surga. Dan diluaskan baginya di dalam kuburnya sejauh mata memandang. Dan datanglah seorang laki-laki berwajah tampan kepadanya, berpakaian bagus, beraroma wangi, lalu mengatakan, “Bergembiralah dengan apa yang menyenangkanmu, inilah harimu yang engkau telah dijanjikan (kebaikan)”. Maka ruh orang Mukmin itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa kebaikan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shalih”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, tegakkanlah hari kiamat, sehingga aku akan kembali kepada istriku dan hartaku”.

Pertanyaan ini juga dilontarkan kepada orang kafir, sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Kemudian ruhnya dikembalikan di dalam jasadnya. Dan dua malaikat mendatanginya dan mendudukannya. Kedua malaikat itu bertanya, “Sipakah Rabbmu?” Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.

Kedua malaikat itu bertanya, “Apakah agamamu?” Dia menjawab, “Hah, hah, aku tidak tahu”.

Kedua malaikat itu bertanya, “Siapakah laki-laki yang telah diutus kepada kamu ini?”Dia menjawab: “Hah, hah, aku tidak tahu”.

Lalu penyeru dari langit berseru, “HambaKu telah (berkata) dusta, berilah dia hamparan dari neraka, dan bukakanlah sebuah pintu untuknya ke neraka.” Maka panas neraka dan asapnya datang mendatanginya. Dan kuburnya disempitkan, sehingga tulang-tulang rusuknya berhimpitan.

Dan datanglah seorang laki-laki berwajah buruk kepadanya, berpakaian buruk, beraroma busuk, lalu mengatakan, “Terimalah kabar yang menyusahkanmu ! Inilah harimu yang telah dijanjikan (keburukan) kepadamu”. Maka ruh orang kafir itu bertanya kepadanya, “Siapakah engkau, wajahmu adalah wajah yang membawa keburukan?” Dia menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk”. Maka ruh itu berkata, “Rabbku, janganlah Engkau tegakkan hari kiamat”. [Lihat Shahîhul Jâmi’ no: 1672]

Sumber: Hadits-hadits Manakah yang Shahih Tentang Malaikat Mungkar dan Nakir | Almanhaj

Kata “barzakh” berasal dari bahasa Arab, yang berarti batas, atau sekat penghalang antara dua benda. Alam barzakh merupakan tempat tinggal antara dunia dan akhirat. Ia lebih banyak menyerupai alam akhirat atau bahkan bisa dikatakan sebagian dari akhirat. Tetapi yang lebih menonjol dan lebih tampak berperan di sana ialah ruh serta hal-hal yang bersifat ruhani. Jasad di alam itu hanya sebagai pengikut yang menyertai ruh dalam merasakan kenikmatan dan kegembiraan, atau azab dan kesengsaraan.

Adapun ruh itu akan tetap ada, dan sedangkan jasad itu akan hancur-lebur seiringnya waktu. Menurut syariat, barzakh berarti tempat yang ada di antara maut dan kebangkitan. Allah berfirman,

“Dan di hadapan mereka terdapat barzakh sampai hari mereka dibangkitkan.” (Q.S. al-Mu’minun: 100).

Menurut Al-Imam Mujāhid yang dikutip dari kitab al-Tadzkirat, beliau berkata, “Barzakh adalah sesuatu antara maut dan kebangkitan. Al-Sya’bī diberitahu, "Fulan wafat.’ Ia menjawab, "Ia sekarang tidak di dunia dan tidak pula di akhirat.”

Ibnu al-Qayyim berkata, “Azab dan nikmat kubur berarti azab dan nikmat barzakh, yakni alam antara dunia dan akhirat. Allah berfirman, „ Dan di hadapan mereka terdapat barzakh sampal hari mereka dibangkitkan .’ Penghuni barzakh berada di tepi dunia (di belakangnya) dan akhirat (di depannya).”

Di dalam al-Qur’an kata “barzakh” disebutkan sebanyak tiga kali, yaitu dalam Surat al-Mu’minūn [23]: 100, Surat al-Furqān [25]: 53, dan Surat al- Rahmān [55]: 20. Pada ketiga ayat tersebut, kata “barzakh” bermakna dinding dan batas yang memisahkan antara dua hal.

  • Pada ayat pertama, Barzakh berarti sebuah keadaan dan alam yang membatasi dan memisahkan antara kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Orang-orang yang memasuki barzakh mengalami sebuah kehidupan yang baru, yakni telah keluar dari kehidupan alam dunia namun belum memasuki kehidupan alam akhirat.

  • Pada ayat kedua dan ketiga, Allah menyebutkan adanya dua lautan yang berbeda jenis airnya. Allah mempertemukan kedua lautan tersebut, namun air keduanya tidak saling bercampur baur, karena Allah mengadakan barzakh. Yaitu sebuah pembatas antara keduanya, yang menghalangi bercampur baurnya air di antara kedua lautan tersebut.

Dari sini, para ulama menyimpulkan makna barzakh, yakni:

  • Syaikh Muhammad Sayyid al-Ṯanṯawi mengatakan, “Barzakh adalah pemisah dan penghalang antara dua hal, sehingga satu sama lain tidak saling bertemu. Jadi yang dimaksud dengan barzakh dalam ayat ini adalah masa yang harus dijalani oleh orang-orang kafir tersebut sejak mereka mati hingga hari dibangkitkan.”

  • Imam al-Jauharī berkata, “Barzakh adalah pemisah antara dua hal. Dengan demikian, barzakh adalah kehidupan antara dunia dan akhirat, sejak datangnya kematian hingga waktu dibangkitkan. Barangsiapa yang mati, berarti telah memasuki barzakh.”

  • Mujāhid bin Jabr berkata, “Barzakh adalah pemisah antara dunia dan akhirat.”

  • Muhammad bin Kaʼab al-Quraẕi berkata, “Barzakh adalah kehidupan antara dunia dan akhirat. Orang-orang yang memasuki barzakh tidaklah bersama penduduk dunia yang makan dan minum, namun juga tidak bersama penduduk akhirat yang diberi balasan amalnya.”

  • Abū Sakhr berkata, “Barzakh adalah kubur. Mereka tidak berada di dunia, tidak pula telah berada di akhirat. Mereka menempatinya hingga saat mereka dibangkitkan.”

Referensi
  • Tim Penyusun Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) , Cet. IV, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004)
  • Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia , Cet. XIV, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997)
  • ʼUmar Sulaiman al-ʼAsyqar, Al-Qiyamah al-Sughra, Cet. I, (Kuwait: Maktabah al- Falāh, 1406 H)
  • Louwis bin Naqula Ẕahīr Al-Maʽlūf, Al-Munjid Fi al-Lughah wa al-A’lam, Cet. XXXIX, (Beirut: Dār al-Masyriq, 2002)
  • ʼAbdullāh Haddād, Sabīl al-ʼIddikār wa al-I’tibār bimā Yamurru bi al-Insān wa Yanqaḏī lahu min al-A’mār / Renungan tentang Umur Manusia , Penerjemah Muhammad Bagir, Cet. V, (Bandung: Mizan, 1992)
  • Al-Qurṯubī, Al-Tadzkirah fi Ahwāl al-Mawta wa Umūr al-Akhirah , (Madinah: Maktabah al-Salafiyyah)
  • Umar Sulaymān al-„Asyqār, Ensiklopedia Kiamat dari Sakratul Maut hingga Surga- Neraka , Penerjemah Irfan Salim dkk. Cet. III (Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi, 2005).

Alam barzakh adalah alam kubur dimana manusia melakukan “penantian” untuk dibangkitkan pada hari kiamat. Jadi waktunya bisa berjalan jutaan tahun atau mungkin malah miliaran tahun. Sejak dia meninggal sampai Kiamat Sughra, dan kemudian dilanjutkan sampai hari berbangkit.

Dalam bahasa Arab, Barzakh berarti penghalang antara dua benda. Allah berfirman:

“Dan Dia membuat penghalang di antara keduanya” (QS al-Furqan: 53).

Adapun menurut syariat, barzakh berarti tempat yang berada di antara maut dan kebangkitan.

Yang menarik dari keberadaan alam barzakh ini adalah waktunya. Banyak sekali ayat Al Qur’an yang menjelaskan bahwa masa peralihan antara alam dunia dan akhirat itu terasa demikian singkat. Kebangkitan kita dari alam kubur itu diibaratkan orang tidur, yang kemudian dibangunkan. Dia tidak merasakan berapa lama tidur yang barusan dialaminya.

"Mereka berkata : Aduhai celakalah kami! Siapakah yang membangkit-kan kami dari tempat tidur kami (kubur)?. QS. Yasin (36) : 52

"Yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhiNya sambil memujiNya dan kamu mengira bahwa kamu tidak berdiam (di dalam kubur) kecuali sebentar saja". QS. Al Israa (17): 52

"Dan pada hari terjadinya kiamat, bersumpahlah orang-orang yang berdosa : "mereka tidak berdiam (di dalam kubur) melainkan sesaat saja. " Seperti demikianlah mereka selalu dipalingkan (dari kebenaran). Dan berkata orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan dan keimanan : sesungguhnya kamu telah berdiam (di dalam kubur) menurut ketetapan Allah, sampai hari berbangkit, maka inilah hari berbangkit itu, akan tetapi kamu selalu tidak meyakininya”. QS. Ar Ruum (30) : 55-56

Setelah membaca ayat-ayat yang berhubungan dengan bahasan tersebut, kita memperoleh kesan terhadap ayat-ayat di atas, bahwa ketika berada di alam kubur itu manusia seperti tidak sadar sebagaimana ketika masih hidup. Sehingga ketika dibangkitkan, ya seperti orang yang terbangun dari tidurnya. Sehingga sewaktu ditanyakan kepada mereka tentang lamanya tinggal di alam kubur itu, mereka tidak bisa menjawab dengan benar. Kata mereka, hanya sebentar saja. Dan Allah mengatakan, itu tidak benar. Karena mereka sebenarnya telah tinggal di alam kubur itu selama ribuan bahkan jutaan tahun.

Mereka tidak merasakan apa-apa. Seperti orang yang tidur atau pingsan. Bahkan di beberapa ayat lainnya, mereka dibuat terkejut oleh peristiwa kebangkitan itu. Dalam

" Dan mereka berkata Aduhai celakalah kita! Inilah Hari Pembalasan ". QS. Ash Shaaffaat (37) : 20

Mereka berbisik-bisik di antara mereka : kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sepuluh (hari) . Kami lebih mengetahui apa yang mereka katakan, ketika berkata orang yang paling lurus jalannya di antara mereka kamu tidak berdiam (di dunia) melainkan hanya sehari sajaQS. Thahaa (20) : 103-104

Ringkasnya, alam barzakh adalah alam penantian jiwa yang akan dibangkitkan. Ketika seseorang mati, badannya hancur terurai menjadi unsur-unsur dalam tanah. Tetapi jiwanya “melayang” memasuki Alam Barzakh. Sebuah alam yang memiliki dimensi berbeda dengan dunia manusia. Di sana kata Allah, ada dinding yang membatasi jiwa supaya tidak bisa kembali ke dunia. Seorang manusia atau pun jin yang telah meninggal, jiwanya tetap hidup di alam barzakh.

Allah memberi informasi kepada kita bahwa di sekitar kita ada alam barzakh yang berisi jiwa-jiwa yang menanti kebangkitan. Mereka hidup di sana, meskipun kita tidak bisa mengobservasinya secara jelas. Kadang-kadang, ada di antara kita yang bisa menangkap keberadaannya, meskipun samar-samar saja, kata Allah.

" Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorang dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar? ". QS. Maryam (19): 98

" Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur dijalan Allah, mati. Bahkan mereka hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya ". QS. Al Baqarah (2) : 154

" Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki ". QS. Ali Imran (3): 169

Yang menarik, jiwa-jiwa itu ternyata memiliki ‘kesadaran’ yang berbeda dengan ketika hidup di dunia. Terbukti ketika dibangkitkan kelak, mereka terkejut. Tidak menyangka. Antara orang tidur dengan orang terjaga. Keduanya memiliki ‘kesadaran’ yang berbeda. Orang tidur, sebenarnya memiliki ‘kesadaran’ Tetapi di alam tidurnya sendiri. Sehingga ia bisa bermimpi. Mengalami ‘kejadian’ di alam tidur itu. Mimpi, sesungguhnya adalah sebuah ‘kenyataan’ di dunia mimpi itu sendiri. Dan sebenarnya, juga memiliki korelasi atau hubungan tertentu dengan dunia kenyataan.

Demikian pula jiwa di alam Barzakh suatu ketika akan kembali kepada badan masing-masing. Dan sebagian mereka yang tidak percaya pada hari Berbangkit akan dibuat terkejut saat itu. Mereka memperoleh kesadaran Kehidupannya kembali. Bahkan inderanya lebih tajam dibandingkan dengan ketika masih hidup di dunia, Mereka justru bisa mengobservasi banyak hal yang tidak bisa diobservasinya pada saat hidup di dunia.

Referensi :

  • Aid Ibn Abd-Allah Al-Qarni, Drama Kematian Persiapan Menyongsong Akhirat, terj. Lukman Junaidi (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2003)
  • Umar Sulaiman al-Asyqar, Ensiklopedia Kiamat: Dari Sakratul Maut hingga Surga Neraka (Yogyakarta: Serambi, tt).