Apa urgensi Amanah dalam Kehidupan?

amanah

Secara bahasa, amanah berasal dari kata bahasa Arab : أَمِنَ يَأْمَنُ أَمْناً yang berarti aman/tidak takut. Dengan kata lain, aman adalah lawan dari kata takut. Dari sinilah diambil kata amanah yang merupakan lawan dari kata khianat. Dinamakan aman karena orang akan merasa aman menitipkan sesuatu kepada orang yang amanah.

Apa urgensi Amanah dalam Kehidupan?

Setidaknya terdapat empat elemen penting dalam konsep amanah, yaitu :

  • Menjaga hak Allah SWT,
  • Menjaga hak sesama manusia,
  • Menjauhkan dari sikap abai dan berlebihan, maksudnya amanah memang harus disampaikan dalam kondisi tepat, tidak ditambahi atau dikurangi, mengandung sebuah pertanggung jawaban.

Amanah merupakan salah satu yang harus dikembangkan ketika kita ingin menyucikan jiwa dan mengenal Allah SWT, karena ia seakar dengan keimanan. Artinya, sifat amanah itu lahir dari kekuatan iman seseorang. Semakin tipis iman seseorang maka semakin pudar amanah pada dirinya. Selaras dengan hadits Nabi SAW “Tidak ada keimanan bagi orang yang tidak melaksanakan amanah” , baik dalam Al-Qur’an maupun sunnah amanah menjadi syarat keberagaman. Dalam hubungan manusia antara sesama amanah menjadi jaminan terpeliharanya keselamatan hubungan tersebut. Keselamatan suatu negara terjamin karena pemerintah mengemban dengan baik amanahpolitik pemerintahan.

Rusaknya amanah akan merusak hubungan antara sesama manusia tersebut. Penyerahan amanah kepada manusia oleh Tuhan dimaksudkan untuk mengangkat nasib manusia kepada posisi yang lebih tinggi dari malaikat yang sepanjang amanah itu diembannya dan akan menurunkannya pada posisi yang lebih rendah dari binatang ternak bila amanah itu diabaikan.

Amanah merupakan ketundukan manusia terhadap seluruh dimensi pokok agama Islam karena melibatkan aspek vertical ( hablumminallah ) yakni beban pertanggungjawaban kepada Allah SWT dan aspek horizontal ( hablumminannas ) yaitu aspek syariah terutama dalam kaitannya dengan muamalah atau hubungan manusia dengan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya mengapa amanah menjadi salah satu substansi pokok agama Islam.

Dalam praktiknya, amanah sangatlah sulit untuk diaplikasikan. Mengucap janji dalam sumpah jabatan yang mengatas namakan Tuhan tidaklah menjadi pertimbangan para pelaku penyelewengan. Para pejabat negeri ini misalnya, bukan sebuah hal baru saat mereka yang menjadi aspirator rakyat itu tertangkap dan mendekam dalam jeruji besi akibat kasus korupsi. Satu persatu dari mereka hanya menunggu waktu.

Amanah adalah pilar keislaman seorang mukmin, ketika ia mengkhianati apa yang telah dipercayakan kepadanya maka ia tergolong sebagai orang munafik. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

"Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair telah menceritakan kepada kami Bapakku telah menceritakan kepada kami al-A’masy. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Waki’ telah menceritakan kepada kami Sufyan dari al-A’masy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah bin Amru dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: “Ada empat perkara, barangsiapa yang empat perkara tersebut ada pada dirinya maka dia menjadi orang munafik sejati, dan apabila salah satu sifat dari empat perkara tersebut ada pada dirinya, maka pada dirinya terdapat satu sifat dari kemunafikan hingga dia meninggalkannya: jika berbicara selalu bohong, jika melakukan perjanjian melanggar, jika berjanji selalu ingkar, dan jika berselisih licik.” Hanya saja dalam hadits Sufyan, ‘Apabila dalam dirinya terdapat salah satu sifat tersebut maka dia memiliki salah satu sifat kemunafikan’.” (HR. Muslim, Kitab Iman, Bab Penjelasan tentang Sifat Munafik).

Rasulullah SAW memiliki komitmen yang tinggi dalam untuk menegakkan amanah dengan tidak ikut-ikutan berkhianat jika adaorang lain yang berbuat khianat. Nabi saw bersabda :

“Rasulullah SAW bersabda, tunaikanlah amanah kepada orang yang mempercayaimu, dan jangan kamu khianat kepada orang yang mengkhianatimu.”

Ungkapan terakhir bisa berarti jangan berbuat khianat saat orang lain berkhianat. Jangan ikut-ikutan korupsi apabila orang lain korupsi, agar hidup aman dan tentram tanpa dikejar-kejar rasa bersalah. Secara hakikat seungguhnya manusia telah dianugrahi sifat-sifat kepantasan ( shalahiyah ) untuk menerima amanah, yaitu dianugerahi akal yang bisa mempertimbangkan perbuatan baik dan buruk. Oleh karena itu, untuk memelihara amanah yang diberikan Allah SWT atau masyarakat, dibutuhkan jiwa yang betul-betul jujur, dan juga teguh serta kuat menegakkannya. Jiwa yang amanah menurut konsep Al-Qur’an adalah jiwa yang tidak hanya jujur, tetapi juga teguh menegakkan kepercayaan yang diberikan kepadanya, serta menyadari segala amanah yang diterimanya berasal dari Allah SWT. Allah-lah yang pada hakikatnya mengangkat seseorang memperoleh kedudukan,derajat, pangkat, jabatan, dan apapun dalam kehidupan dunia.

1 Like