Apa Tujuan Soft Diplomacy di RRT?

Tujuan Soft Diplomacy di RRT

Sejak awal diperkenalkannya Soft Diplomacy di kalangan masyarakat RRT, Soft Diplomacy sesungguhnya dibentuk berdasasarkan tujuan tertentu.

Apa Tujuan Soft Diplomacy di RRT?

Sejak awal diperkenalkannya Soft Diplomacy di kalangan masyarakat RRT, Soft Diplomacy sesungguhnya dibentuk berdasasarkan tujuan tertentu. Pengembangan isu Soft Diplomacy tidak hanya berlandaskan nilai – nilai serta komitmen yang ingin dicapai oleh RRT, melainkan adannya ketakutan yang dirasakan oleh pemerintah RRT yang mendorong pemerintah berserta rakyatnya untuk mulai menaruh perhatian mereka terhadap potensi Soft Diplomacynya.

Ketakutan yang dialami oleh RRT dipercaya dilatarbelakangi oleh kegiatan yang dilakukan RRT di masa lampau. Dalam sejarah, RRT dikenal sebagai negara yang erat kaitannya dengan nilai – nilai kekerasan dan cenderung menggunakan Hard Diplomacy sebagai elemen utama dalam kebijakan luar negerinya. Adapun beberapa tindakan yang mendorong RRT untuk melakukan perubahan iyalah adanya pergesekan yang telah lama terjadi diantara Amerika Serikat dan Taiwan, kasus sengketa laut yang ada disekitar RRT, kejadian tianamen dan perang dingin membuat negara lain berpandangan bahwa RRT bukanlah negara yang dapat diajak kompromi dan bekerja sama dalam hal lebih baik.

Citra yang terbentuk dikalangan masyarakat internasional inilah yang mendorong RRT untuk menciptakan suatu strategi guna mengembalikan dan memperbaiki pandangan negara lain terhadapnya. Pengembalian citra yang telah terbangun dikalangan masyarakat internasional bukanlah hal yang mudah karena pada masa itu, RRT tidak memiliki strategi dalam mengatasi isu tersebut. hal ini dapat terjadi karena RRT belum menaruh perhatiannya terkait isu nontradisional tersebut.

Setelah menimbang kemungkinan dampak yang dapat dialami oleh RRT dan ancaman yang akan dihadapi oleh RRT di masa mendatang, maka, beberapa pemimping RRT layaknya Deng Xiaoping, Hu Jintao dan Jiang Zemin menciptakan suatu wacana adanya peningkatan Soft Diplomacy yang dimiliki oleh RRT. Soft Diplomacy yang ingin dibangun oleh RRT ini meliputi budaya, nilai poilitk dan kebijakan luar negerinya. Tetapi dalam konteks RRT, ketiga Soft Diplomacy tersebut haruslah berlandaskan nilai – nilai yang dianut oleh RRT yaitu paham sosialis dan konfusius.

Ketiga unsur tersebut dipercaya dapat mendorong dan memperbaiki image buruk RRT didunia. Dalam segi budaya, RRT telah mencoba memanfaatkan budayanya sebagai unsur utama dalam pengaplikasian Soft Diplomacy RRT. Untuk mempromosikan atau memperkenalkan budaya tersebut, RRT menggunakan berbagai media untuk memperkenalkan budaya yang mereka miliki diantaranya yaitu, pertukaran kebudayaan, ferstival, film, musik dan pariwisata sejak tahun 2000an.

Menurut pemikiran RRT penggunaan budaya dapat memberikan pengaruh yang besar kepada pola pikir masyarakat internasional terhadap RRT. Perubahan pola pikir ini dipengaruhi oleh timbulnya rasa kecintaan dan simpati masyarakat internasional melihat RRT. Penggunaan budaya guna mempengaruhi orang lain dengan tidak menggunakan unsur kekerasan, sejalan dengan pemikiran Konfusius yang berpegang teguh pada nilai – nilai harmonisasi dan hubungan baik antar sesama dengan pemikiran Joseph Nye.

Dalam perkembangannya, Soft Diplomacy RRT dilihat sebagai suatu kebijakan luar negeri RRT untuk menarik hati masyarakat internasional utamanya hati para pemimpinnya. Soft Diplomacy tersebut dimaksudkan untuk meminimalisir pandangan buruk yang menggambarkan bahwa RRT merupakan negara yang memberikan ancaman ke negara lain dan dianggap berbahaya serta menunjukkan ke mata masyarakat internasional bahwa RRT memegang komitmennya untuk menciptakan lingkungan yang damai.

Dari segi domestik, keberadaan Soft Diplomacy dapat memperkuat nilai – nilai sosialis dan budaya tradisional RRT. Dalam konteks tersebut, Soft Diplomacy secara tidak langsung mendorong RRT untuk berkembang melalui sudut pandang baru. Soft Diplomacy dikatakan dapat mendorong perkembangan RRT melalui sudut pandang baru karena sebelum awal diperkenalkannya Soft Diplomacy kebijakan luar negeri RRT cenderung bersifat koersif dengan mengutamakan ekonomi dan militer sebagai senjatanya dalam melawan negara lain. Keberadaan Soft Diplomacy ini menciptakan suasana baru di RRT dan situasi dimana RRT mulai memperhatikan potensi Soft Power yang dimilikinya dibanding tahun – tahun sebelumnya.

Selain untuk mendorong perkembangan RRT, keberadaan Soft Diplomacy juga dipercaya dapat meningkatkan moralitas rakyat RRT. Peningkatan moralitas ini timbul karena secara tidak langsung Soft Diplomacy juga kembali mengingatkan masyarakat RRT untuk selalu menimbang nilai – nilai dasar yang diperkenalkan oleh Konfusius sehingga keberadaan Soft Diplomacy tersebut dapat meningkatkan kebersamaan dan memperkuat pondasi kesatuan rakyat RRT.

Menurut Xi Jinping, Soft Diplomacy merupakan tehnik untuk merealisasikan slogan Xi Jinping dalam membangun RRT yaitu “ the Chinese dream of the great rejuvenation of Chinese Nation ”. Slogan ini mengajakan rakyat RRT untuk bangga terhadap budaya dan identitas nasional mereka danmenunjukkan bahwa RRT adalah negara yang dapat bekerja sama dengan negara lain. Dalam kaitannya dengan Soft Diplomacy, dengan unsur budaya yang terkandung di dalamnya, Soft Diplomacy berperan sebagai media untuk memperkenalkan dunia budaya dan identitas rakyat RRT serta membangun opini public bahwa budaya RRT beserta ideologi yang dianutnya bukanlah hal yang berbahaya melainkan suatu hal yang patut untuk dicontoh dan dipelajari.

Dalam konteks RRT, Soft Diplomacy merupakan bagian dari Peaceful Rise. Peaceful Rise awalnya diciptakan dengan tujuan untuk membangun struktur politik dan ekonomi internasional yang baru. Tetapi sering perkembangan waktu, Peaceful Rise dianggap sebagai suatu metode untuk merubah pola konfrontasi global saat ini dimana RRT tidak harus mengangkat senjata untuk memberikan pengaruh di dunia. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya isu non – tradisional yang mengutamakan kerjasama bilateral dan sifat non- konfrontasi untuk menyelesaikannya.

Untuk itulah Peaceful Rise dalam pengaplikasianya mengutamakan pembangunan elemen Soft Diplomacy karena selain untuk menciptakan hubungan yang baik dengan negara lain, juga untuk mendapatkan pengakuan dan penghargaan secara internasional. Menurut Wen Jiabao, RRT dapat menggunakan keunikan budayanya untuk meningkatkan kapasitas Soft Diplomacynya. Tetapi, tugas terbesar yang akan dihadapi oleh RRT ialah “hegemoni” budaya yang dimiliki oleh Amerika Serikat yang memiliki pengaruh yang luar biasa di dunia internasional dan dapat menjadi ancaman untuk kebudayaan RRT dan ideology yang mereka miliki.

Jika kita melihat secara realistis, Peaceful Rise ataupun Soft Diplomacy RRT pastinya memiliki dampak tersendiri terhadap hubungan RRT – Amerika Serikat. Melihat perkembangan Soft Diplomacy RRT, perkembangan ini kemudian tampak sebagai suatu “alat” untuk mengimbangi hegemoni yang dibentuk oleh Amerika Serikat saat ini. Sehingga meskipun secara nyata perbenturan budaya antara budaya yang dimiliki oleh RRT dengan budaya yang dimiliki oleh Amerika Serikat tidak menggunakan langkah yang dapat merusak secara fisik, perbenturan ini dapat kita anggap sebagai “perang budaya” yang dampaknya bersifat kasat mata dan memiliki pengaruh yang tidak kalah hebatnya dengan perang bersenjata.

Untuk menghadapi persaingan Soft Diplomacy antara RRT dengan negara lain utamanya Amerika Serikat, pada awal tahun 2000an, RRT telah merancang beberapa strategi untuk mencapai tujuan utama RRT yaitu, membangun hubungan baik dengan negara lain dan membangun image baik RRT di hadapan dunia. Strategi ini dikenal dengan “ Win – Win Relations ” dimana Amerika, Afrika, Asia dan Negara Arab dapat memiliki hubungan baik dengan RRT. Strategi ini salah satunya digunakan Presiden Hu Jintao pada pernyataannya di suatu konferensi bertemakan “ An Open Mind for Win – Win Cooperation ” tahun 2005. Pada kesempatan tersebut, Hu Jintao menyatakan bahwa “ Dialogue andconsultation . . . is an important avenue to win – win cooperation . . . [China] will only promote peace, stability and prosperity ”.

Pernyataan yang di sampaikan oleh Hu Jintao memberikan gambaran bahwa strategi yang dimaksudkan yaitu, RRT sebagai suatu negara yang berdaulat harus berteman dengan negara lain dan akan mendengar kebutuhan dan aspirasi negara lain tanpa melakukan intevensi ataupun tindakan yang dianggap dapat mengganggu kedaulatan negara lain. Salah satu strategi lainnya yang dilakukan ialah menggunakan Soft Diplomacy RRT untuk menunjukkan bahwa RRT tidak akan menjadi ancaman untuk negara lain.

Salah satu usaha yang dilakukan ialah melakukan kegiatan kebudayaan berupa tur budaya dan pertunjukan budaya di beberapa negara. pertunjukan yang ditampilkan beragam dan juga bermakna layaknya salah satu kegiatan yang bernama “ Voyage of Chinese Culture to Africa ” atau sejarah Zheng He dan Cheng Ho yang menggambarkan RRT akan memperlakukan negara lain dengan baik dan penuh hormat tanpa adanya niat untuk melakukan kolonialisasi. Kegiatan lainnya ialah pertukaran budaya dengan negara maju ataupun negara berkembang yang sangat menunjukkan hasil yang baik. Pertukaran budaya ini berkontribusi atas meningkatnya popularitas Bahasa Cina dan Kajian terkait budaya RRT.

Secara realitas, meskipun tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh RRT melaui pengembangan Soft Diplomacynya ialah untuk berkompetisi dengan negara – negara besar lainnya, Amerika Serikat tetap akan menjadi pesaing yang sangat berat bagi RRT. Hal ini dikarenakan kematangan kapasitas Soft Diplomacy yang dimiliki oleh Amerika Serikat sangatlah baik. Kematangan kapasitas yang dimiliki oleh Amerika telah dibuktikan dengan adanya Hegemoni Budaya yang diciptakan oleh Amereka melalui media. Kapasitas Amerika di bidang media dan jaringan internasional inilah yang mendorong produk budaya dan nilai – nilai yang dipegang oleh rakyat Amerika dapat tersebar dengan mudah.

Hegemoni budaya yang diciptakan oleh Amerika memberikan ketakutan sendiri bagi pihak pemerintah RRT. Ketakutan ini dilandasi akan adanya pemikiran bahwa Amerika Serikat sedang mendominasi dunia menggunakan budayanya dan juga memberikan pengaruh ke rakyat RRT. Salah satu pengaruh yang ditakuti oleh RRT ialah paham – paham yang ada di Amerika menyebar ke generasi mudanya dan terpengaruh oleh gaya hidup rakyat Amerika. Ketakutan lainnya ialah budaya Amerika ini ditakutkan dapat menghapus budaya tradisional RRT yang telah mereka bangun dan berdampak pada menurunnya nasionalisme rakyatnya. Untuk itulah kesadaran RRT untuk membangun Soft Diplomacy nya merupakan hal yang penting karena Soft Diplomacy saat ini, memiliki urgensitas yang setara dengan militer.

Dari pemaparan diatas, maka tujuan Soft Diplomacy RRT dapat digambarkan untuk menjaga nama RRT dan mengimbangi pengaruh Amerika Serikat. Soft Diplomacy RRT juga bertujuan untuk meningkatkan kebudayaan dan nilai – nilai yang dimiliki oleh RRT.