Apa saja yang menjadi penyebab terbentuknya plak gigi?

Plak gigi adalah lapisan yang terdiri dari kumpulan bakteri, jaringan mati, fibriongen dan mikroorganisme lainnya, berwarna putih kekuningan yang terkadang tidak dapat kita lihat dengan kasat mata.

Plak tersebut bukan hanya melekat pada pada permukaan gigi saja dan namun dapat juga menempel pada lidah. Bila plak tersebut dibiarkan saja maka dapat terkalsifikasi atau mengeras dan terbentuklah karang gigi. Plak merupakan habitat yang menguntungkan bagi bakteri, sehingga bila tidak rajin dibersihkan maka peluang terbentuknya lubang pada gigi juga lebih besar.

Untuk meminimalisasi pembentukan plak, maka kita harus mengetahui faktor penyebab timbulnya plak, yaitu sebagai berikut:

1. Rutinitas menyikat gigi yang tidak benar. Kesalahan dalam kebiasaan menyikat gigi yang tidak kita sadari dapat dievaluasi dari segi waktu menyikat gigi yang tidak tepat, tekanan yang terlalu keras saat menyikat gigi, arah menyikat gigi yang menyamping, dan tidak terjangkaunya seluruh permukaan gigi saat menyikat gigi. Seluruh kebiasaan ini membuat tidak efektifnya pembersihan plak sekalipun sepertinya kita sudah rajin menyikat gigi.

2. Tidak menggunakan benang gigi dan tidak berkumur dengan mouthwash. Perlu diketahui bahwa plak banyak menempel pada leher gigi. Selain itu plak juga melekat pada area sela-sela gigi yang sulit dibersihkan dan terkadang tidak terjangkau dengan bulu sikat gigi. Dalam hal ini dibutuhkan benang gigi untuk membersihkan sela-sela gigi dari kotoran tersebut. Ada juga area lainnya yang sulit dibersihkan hanya dengan menyikat gigi, sehingga dibutuhkan mouthwash untuk menuntaskan pembersihan plak yang kita lakukan.

3. Jarang menyikat/ membersihkan lidah. Seperti telah diuraikan bahwa plak tidak hanya melekat pada gigi namun juga melekat pada permukaan lidah. Coba perhatikan lidah kita, apakah terdapat lapisan putih kekuningan merata yang melingkupi lidah (seharusnya lidah berwarna merah jambu). Lidah dapat menajdi tempat berkembang biak bakteri bila terdapat plak yang menutupinya. Bersihkan permukaan lidah dengan sikat gigi secara perlahan atau dengan pembersih khusus lidah setiap kita menyikat gigi pagi dan malam sebelum tidur.

4. Jarang makan buah dan sayuran serta jarang berkumur air putih setelah makan. Buah dan sayuran merupakan jenis makanan berserat yang membantu mencegah terbentuknya plak dan selain itu buah dan sayuran memang sehat bagi tubuh kita. Berkumur air putih setelah makan penting sebagai langkah awal meminimalisasi terbentuknya plak khususnya setelah makan, selain itu rajin berkumur air putih juga dapat mengurangi bau mulut.

Tidak rutin memeriksakan diri ke dokter gigi. Jangan abaikan pemeriksaan gigi dan mulutsetiap 6 bulan sekali ke dokter gigi. Hal ini diperlukan salah satunya untuk mengontrol plak dan juga karang gigi serta merawat gigi yang bermasalah sejak dini sehingga masalah parah pada gigi dapat dihindari.

Faktor-faktor penyebab timbulnya plak pada gigi adalah :

  1. Bakteri (Mikroorganisme)
    Bakteri yang berperan dalam pembentukan plak adalah bakteri Streptococcus mutans, Lactobacillus acidophilus dan Actinomyces viscosus. Ketiga bakteri ini mempunyai kemampuan untuk membentuk asam dari substrat (acidogenic), menghasilkan kondisi PH rendah (<5), bertahan hidup dan memproduksi asam terus menerus pada kondisi PH yang rendah (asidurik), melekat pada permukaan licin gigi, menghasilkan polisakarida tak larut dalam saliva dan cairan dari makanan guna membentuk plak (Arif Mansjoer, 2000).

    Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel. Bakteri yang yang pertama-tama berkoloni pada permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah didominasi oleh mikroorganisme fakultatif gram positif, seperti Actinomyces viscosus dan Streptococcus sanguis. Pengkolonian awal tersebut melekat ke permukaan gigi dengan bantuan adhesin, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Adhesin akan berinteraksi dengan reseptor pada pelikel sehingga terjadi perlekatan sel bakteri ke permukaan bakteri yang dibalut pelikel (Nurhalimah Ritonga, 2005).

    Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun berkolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan ekologis pada biofilm, yaitu peralihan dari lingkungan awal yang aerob dengan spesies bakteri gram positif menjadi lingkungan anaerob, dimana yang dominan adalah bakteri anaerob gram negatif (Nurhalimah Ritonga, 2005).

  2. Karbohidrat Makanan
    Diet yang dimakan juga dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu pembiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan gigi. Konsistensi dari diet dapat mempengaruhi kecepatan pembentukan plak, dimana kecepatannya lebih besar pada diet yang lunak dibandingkan dengan diet yang keras.

    Pada beberapa penelitian menyatakan bahwa karbohidrat menyebabkan pembentukan plak yang sangat tebal berbeda dengan plak yang terbentuk tanpa karbohidrat yang hanya menyebabkan lapisan plak yang tipis (Nurhalimah Ritonga, 2005).

    Karbohidrat menyediakan substrat untuk sintesa asam dan polisakarida ekstrasel bagi bakteri. Karbohidrat kompleks relatif lebih tidak kariogenik karena tidak dicerna sempurna di mulut, sedangkan karbohidrat sederhana akan meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan cepat oleh bakteri. Kariogenitas karbohidrat bervariasi menurut frekuensi makan, bentuk fisik, komposisi kimia, cara masuk dan adanya zat makanan lain. Sintesa polisakarida ekstrasel dari sukrosa lebih cepat daripada glukosa, fruktosa dan laktosa. Oleh karena itu, sukrosa yang bersifat paling kariogenik (Arif Mansjoer, 2000).

  3. Morfologi Gigi
    Daerah gigi yang mudah terjadi plak adalah:

    1. Pit dan fisur permukaan oklusal molar dan premolar, pit bukal molar dan pit palatal insisivus

    2. Permukaan halus daerah aproksimal sedikit di bawah titik kontak

    3. Tepi leher gigi sedikit diatas ginggiva

    4. Permukaan akar yang terbuka pada pasien resesi ginggiva karena penyakit periodontium

    5. Tepi tumpatan/tambalan

    6. Permukaan gigi dekat gigi tiruan atau jembatan.

  4. Lingkungan Gigi (Saliva)
    Gigi selalu dibasahi saliva secara normal. Jumlah dan isi saliva, derajat keasaman, kekentalan dan kemampuan buffer berpengaruh pada karies.
    Saliva mengandung campuran glikoprotein terdiri dari protein yang dikombinasi dengan karbohidrat oligosakarida. Bakteri rongga mulut memproduksi enzim-enzim glikosidase dengan menghancurkan karbohidrat yang digunakan sebagai nutrisi.

    Salah satu dari glikosidase ini adalah enzim neuraminidase yang berfungsi memisahkan asam sialik dan glikoprotein saliva. Asam sialik biasanya terdapat dalam glikoprotein saliva, tidak terdapat dalam plak. Hilangnya asam sialik menyebabkan berkurangnya kekentalan saliva dan pembentukan endapan yang merupakan satu faktor yang berperan dalam pembentukan plak. Selain itu saliva juga mengandung aglutinin spesifik yang menyebabkan penggumpalan bakteri (Nurhalimah Ritonga, 2005).

  5. Posisi Gigi
    Gigi malaligned, posisi keluar, rotasi atau situasi tak normal lain menyebabkan kesulitan pembersihan dan cenderung membuat makanan dan debris terakumulasi, akibatnya plak dalam posisi gigi tersebut mudah terakumulasi.

  6. Waktu
    Lamanya gigi terkena lingkungan yang kariogenik. Kemampuan saliva untuk meremineralisasi selama proses karies, menandakan bahwa proses tersebut terdiri atas periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti sehingga bila saliva berada di dalam lingkungan gigi, maka karies tidak akan menghancurkan gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun (Arif Mansjoer, 2000).

  7. Kebersihan Mulut
    Kebersihan mulut merupakan penyebab utama penyakit periodontal. Kebersihan mulut yang jelek menjadikan mudahnya pengumpulan plak, material alba dan karang gigi. Secara statistik dan klinis plak merupakan faktor penyebab utama penyakit periodontal. Peningkatan kebersihan mulut akan tinggi jika dilakukan kontrol plak tiap hari (Isnindiah Koerniati, 2006).

  8. Kebiasaan Menggosok Gigi
    Mengoosok gigi adalah cara umum yang dianjurkan untuk membersihkan gigi dari berbagai kotoran yang melekat pada permukaan gigi dan gusi. Kesehatan mulut tidak lepas dari etiologi dengan plak sebagai faktor bersama terjadinya karies. Penting disadari bahwa plak pada dasarnya dibentuk terus-menerus. Kebersihan mulut dapat dipelihara dengan menyikat gigi (Ratih Ariningrum, 2000).