Apa saja yang dapat menyebabkan manusia mendapatkan Azab atau Siksa Kubur ?

Siksa Kubur

Apa saja yang dapat menyebabkan manusia mendapatkan Azab atau Siksa Kubur ?

Diriwayatkan dalam beberapa hadis, bahwa kebanyakan siksa kubur itu disebabkan adanya tiga hal, di antaranya yaitu: ghibah (pergunjingan), namīmah (mengadu domba), dan tidak cukup membersihkan diri dari air kencing.

Al-Qurṯubi berkata seraya mengutip perkataan Abū Muhammad Abdu al-Haq,

“Ketahuilah bahwa azab kubur tidak hanya terkhusus bagi orang-orang kafir dan munafik saja, akan tetapi juga menimpa segolongan kaum mukmin. Semua tergantung amalnya serta akibat dosa dan kesalahannya.”

Sebab-sebab yang membuat penghuni kubur menadapat azab ada dua: umum dan terperinci. Secara umum, mereka disiksa karena tidak mengetahui Allah, menyia-nyiakan perintah-Nya, dan berbuat maksiat. Sedangkan sebab yang terperinci banyak disebutkan di dalam hadis. Berikut beberapa penyebab seseorang mendapatkan azab kubur dan penjelasannya:

1. Tidak Memakai Penutup Saat Buang Air Kecil dan Suka Mengadu Domba

“Telah menceritakan kepada kami Utsmān berkata telah menceritakan kepadaku Jarīr dari Mansūr dari Mujāhid dari „Abdullāh bin „Abbās, dia berkata, “Suatu kali Nabi saw. berjalan melewati tembok kota Madinah (atau Mekkah), kemudian beliau mendengar suara dua orang yang disiksa di dalam kubur. Beliau lantas bersabda, "Kedua orang mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan karena melakukan dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Namun memang keduanya adalah dosa besar (menurut Allah). Salah satu dari keduanya tidak menutupi dirinya (dalam riwayat lain: tidak bersuci) saat buang air kecil, sedang orang yang satu lagi sering mengadu domba. Kemudian beliau meminta dibawakah satu pelepah kurma lalu dipatahkan menjadi dua, beliau meletakkan di setiap kuburan satu potong. Seorang bertanya kepadanya, "Wahai Rasulullah, mengapa anda melakukan hal ini?’ Beliau menjawab, “Mudah-mudahan keduanya mendapat keringanan selama kedua pelepah ini belum kering, atau hingga kedua pelepah ini kering.” (H.R. Bukhāri)

Rasulullah saw. memberitakan bahwa umunya azab kubur itu berawal dari air seni. Anas ra. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Bersihkan dirimu dari air seni, karena umumnya azab kubur berawal dari air seni.” Ibnu Abbās ra. meriwayatkan dengan redaksi: “Umumnya azab kubur berasal dari air seni maka bersihkanlah dirimu darinya.” Adapun versi Abū Hurairah: “Kebanyakan azab kubur berasal dari air seni.” Maka dari itu, agar selamat dari azab kubur, Salah satunya yakni bertindak hati-hati saat membuang air kecil dan tidak mengadu domba orang lain.

2. Dusta, Zina, Riba, dan Meninggalkan Shalat dan Al-Qur’an

Dalam sebuah hadis yang panjang tentang berbagai azab di alam barzakh, Rasulullah saw. menjelaskan bahwa beliau bermimpi dibawa oleh dua orang malaikat untuk menyaksikan suasana di alam kubur. Hadis tersebut terdapat di dalam kitab Sahīh al-Bukhāri, Kitāb al-Ta’bīr, Bāb Ta’bīri al-Ruʻyā ba’da al-Salāh al-Subhi. Adapun matan hadisnya sebagai berikut:

“Telah menceritakan kepada kami Muʻammal bin Hisyām telah menceritakan kepada kami Ismāʼil bin Ibrāhīm telah menceritakan kepada kami ʼAuf telah menceritakan kepada kami Abū Rajāʻ telah menceritakan kepada kami Samurah bin Jundab ra. dia mengatakan Rasulullah saw. seringkali menanyakan kepada para sahabatnya, “adakah seseorang di antara kalian yang bermimpi (tadi malam)?” lalu berceritalah kepada beliau orang yang dikehendaki Allah untuk bercerita.

Pada suatu pagi, beliau berkata kepada kami,

"Tadi malam aku didatangi oleh dua orang, kemudian mereka membawaku, dan keduanya berkata kepadaku, “berangkatlah”. Lalu aku pun berangkat bersama mereka berdua. Kami mendatangi seorang laki-laki yang tengah berbaring, ternyata ada seorang lagi (malaikat) yang berdiri sembari memegang batu besar, orang itu melemparkan batu besar itu ke arah kepalanya hingga pecah, lalu batu itu menggelinding di sana, lalu dia (malaikat) mengikuti batu yang dilemparkan itu lalu mengambilnya, dan dia tidak kembali kepada orang itu (yang dipecahkan kepalanya) hingga kepalanya itu utuh lagi seperti semula. Kemudian orang itu (malaikat) kembali lagi kepadanya dan melakukan seperti yang dilakukannya pertama kali’.

Beliau melanjutkan,

“lalu aku tanyakan kepada dua orang itu (malaikat yang mendampingi beliau),'Maha suci Allah! Ada apa pula dengan dua orang yang ini?”

Keduanya berkata, “berangkat, berangkat!”.

Lalu kami pun pergi dan mendatangi seorang laki-laki yang berbaring terlentang dengan bertumpu pada tengkuk kepalanya, sementara ada seorang lagi berdiri di dekatnya sembari memgang besi yang bengkok gagangnya. Orang ini lalu menusukkan besi itu ke salah satu bagian wajahnya hingga membelah pinggir mulutnya sampai ke tengkuk kepalanya, lubang hidungnya hingga sampai ke tengkuk kepalanya, matanya hingga sampai ke tengkuk kepalanya.’ – Dia mengatakan: Rasanya Abū Rajāʻ mengatakan: merobek -

Beliau melanjutkan,

“Kemudian ia (malaikat) beralih kepada bagian hingga dia kembali utuh seperti semula, kemudian kembali melakukan seperti yang dilakukannya pertama kali.”

Lalu beliau bersabda, "Maha suci Allah! Ada apa lagi dengan dua orang yang ini?’

Keduanya berkata, “berangkat, berangkat!”

Lalu kami pun pergi dan tiba pada sesuatu alat (tungku) untuk memasak roti (oven), [bagian atasnya sempit, sedang bagian bawahnya lebar, sementara api dinyalakan di bawahnya]. Dia (perawi) berkata, "Aku kira beliau menyebutkan, “ternyata di dalamnya terdengar teriakan-teriakan yang tidak dipahami dan suara-suara”.

Beliau melanjutkan,

“Kemudian kami dapati di dalamnya ada kaum laki-laki dan wanita yang telanjang, mereka dikejar oleh korban api dari bawah mereka, [ketika api hampir menyentuh mereka, mereka naik hingga hampir keluar, dan bila apinya meredup, mereka kembali ke dalamya], bila kobaran menghampiri mereka, semakin keraslah teriakan dan suara mereka.”

Beliau melanjutkan,

"Lalu aku tanyakan kepada kedua malaikat itu, “Mengapa mereka?”

Keduanya mengatakan, “Berangkat, berangkat!”.

Beliau melanjutkan:

“Lalu kami pun pergi dan mendatangi sebuah sungai. – Aku kira beliau mengatakan: - berwarna merah seperti darah, di dalam sungai itu terdapat seorang laki-laki yang tengah berenang, sementara di pinggir sungai ada seorang laki-laki [berdiri] dengan banyak bebatuan yang telah dikumpulkan di sisinya. Ketika orang yang berenang itu berenang-renang menepi ke arah orang yang di pinggir sungai yang mempunyai banyak bebatuan itu, dia membukakan mulutnya, kemudian orang yang di pinggir sungai itu melemparkan batu kepadanya yang kemudian dicaploknya, kemudian orang itu berenang lagi lalu kembali lagi, setiap kali kembali mukanya dilemparkan batu ke mulutnya yang kemudian disambutnya dengan mulutnya.”

Beliau berkata, "Aku tanyakan kepada kedua malaikat itu, Mengapa kedua orang ini?

Keduanya mengatakan, "Berangkat, berangkat!’.”

Dalam Hadis tersebut Rasulullah saw. menjelaskan:

“Kami pun berangkat, dan menemui seorang lelaki yang sedang berbaring. Tiba-tiba ada lelaki lain yang membawa jangkar besi. Ternyata dia mendekati salah satu pipinya dan membelah sudut mulut hingga ke belakang kepalanya, juga kedua matanya hingga ke belakang kepalanya. Lalu dia membelahnya menjadi dua. Kemudian dia menghadap ke bagian pipi sebelahnya dan memperlakukannya seperti pipi sebelumnya. Belum selesai dia melakukan perbuatannya itu, pipi yang pertama sudah pulih seperti sediakala. Kemudian dia mengulangi perbuatannya.” (H.R. Bukhāri).

Setelah perjalanan bersama kedua malaikat itu selesai, keduanya menerangkan maksud pemandangan yang dilihat oleh Rasulullah saw. Kedua malaikat itu menjelaskan kepada beliau,

“Adapun orang yang ujung mulutnya dibelah hingga kepala bagian belakang, dan dari matanya dibelah hingga kepala bagian belakang, adalah seorang lelaki yang keluar dari rumah dengan menyampaikan kedustaan lalu disebarkan hingga keberbagai penjuru tempat.” (H.R. Bukhāri).

Masih dalam hadis riwayat al-Bukhāri tentang mimpi Rasulullah saw. yang melakukan perjalanan bersama dua orang malaikat, menjelaskan azab kubur yang melakukan perbuatan zina. Rasulullah saw. bersabda,

“Maka kami pun kembali berangkat, hingga kami menjumpai tungku api. Di dalamnya terdapat ribut-ribut dan suara keras. Kami mengolok ke dalam. Ternyata terdapat kaum lelaki dan wanita telanjang. Tiba-tiba datanglah luapan api dari arah bawah mereka. Ketika api mendekati mereka, mereka berteriak ke atas.” (H.R. Bukhāri).
Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah saw. tentang berbagai hal aneh yang beliau lihat.

“Adapun laki-laki dan perempuan yang berada di atas tungku api adalah kaum laki-laki dan perempuan yang berzina.” (H.R. Bukhāri).

Adapun penjelasan tentang riba, masih dalam hadis al-Bukhāri tentang mimpi Rasulullah saw. yang melakukan perjalanan bersama dua orang malaikat. Rasulullah bersabda,

“Kami pun kembali berangkat hingga kami menjumpai sebuah sungai. Warna airnya merah seperti darah. Ternyata di dalam sungai itu terdapat seorang lelaki yang sedang berenang. Tiba-tiba ada seorang lelaki lain di tepi sungai, dengan membawa batu dalam jumlah banyak. Ketika lelaki pertama sedang berenang, segera didatangi oleh lelaki yang membawa bebatuan tadi, dia membuka mulutnya dan menjejalinya dengan satu batu, lalu lelaki itu kembali berenang, kemudian kembali lagi. Setiap kali dia kembali, dia pun dijejali lagi dengan batu.” (H.R. Bukhāri).

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah saw. tentang berbagai hal aneh yang beliau lihat.

“Adapun orang yang berenang di sungai darah dan setiap kali menepi mulutnya dijejali dengan batu, adalah orang yang memakan harta riba.” (H.R. Bukhāri).

Kemudian dalam riwayat hadis yang sama tentang mimpi Rasulullah saw. yang melakukan perjalanan bersama dua orang malaikat di atas, dijelaskan juga azab kubur bagi orang-orang yang meninggalkan shalat dan al-Qur’an. Rasulullah bersabda,

“Aku pun berangkat bersama mereka berdua (malaikat). Tiba-tiba kami menemui orang yang sedang berbaring. Tiba-tiba pula ada orang lain yang berdiri di mukanya dengan membawa batu besar. Batu itu dihantamkan ke kepala orang tersebut, lalu menggelindanglah batu itu hingga terjatuh. Lalu dia mengambil batu ini, namun tidaklah dia mendatanginya, sehingga kepalanya utuh seperti semula. Barulah dia mengulangi lagi perbuatannya seperti yang pertama. Rasulullah melanjutkan, “Aku bertanya kepada mereka berdua, „Subhanallah, Apa arti semua ini?” (H.R. Bukhāri).

Di akhir perjalanan, kedua malaikat itu menerangkan kepada Rasulullah tentang berbagai hal aneh yang beliau lihat.

“Kedua malaikat menjawab kepada ku (Rasulullah saw.), „Kami akan memberitahukanmu. Adapun lelaki pertama yang kita temui sedang dipecahkan kepalanya dengan batu, adalah orang mempelajari al-Qur’an kemudian menolak al-Qur’an dan dia juga orang yang tidur (meninggalkan) sholat wajib.” (H.R. Bukhāri).

3. Ghibah

Ghibah berasal dari bahasa Arab yang berarti fitnah, umpatan, gunjingan.21 Ghibah adalah menggunjing dan membicarakan keburukan orang lain di saat orang tersebut tidak berada di hadapan kita. Tegasnya, membicarakan keburukan orang lain di “belakang”. Hal ini juga terdapat di dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,

“Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Ayyub, Qutaibah, dan Ibnu Hujr berkata Isma’il dari ʼAlāʻ dari ayahnya dari Abū Hurairah Sesungguhnya Rasulullah saw. berkata „Apakah kalian mengetahui apa itu ghibah?’ mereka berkata Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui’ Kemudian beliau bersabda, "Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak ia sukai’. Seseorang bertanya "bagaimanakah menurut engkau wahai Rasulullah apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang saya ucapkan?’ Rasulullah bersabda "Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti kamu telah menggunjingnya, dan apabila apa yang kamu bicarakan itu tidak ada padanya, maka berarti kamu telah mendustakannya.” (H.R. Muslim).

Ghibah termasuk dalam dosa besar yang menyebabkan datangnya siksa kubur bagi pelakunya. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis yang shahih,

“Telah menceritakan kepada kami Abū Bakr bin Abī Syaibah telah menceritakan kepada Wakī’ telah menceritakan kepada kami Al-Aswad bin Syaibān telah menceritakan kepadaku Bahr bin Marrār dari kakeknya, Abu Bakrah, dia berkata, “Nabi melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda, "Kedua orang mayat ini tengah diazab. Keduanya diazab bukan karena melakukan sebuah dosa yang besar (menurut pandangan mereka). Salah satu dari keduanya karena (tidak bersuci) saat kencing, sedangkan orang yang satu lagi karena sering menggunjing.” (H.R. Ibnu Mājah).

4. Meratapi Mayit

Apabila seseorang telah mengetahui bahwa keluarganya akan meratapi kematiannya, sementara dia tidak mengajari dan memperingatkan mereka untuk tidak meratapinya, maka apabila telah mati niscaya dia akan disiksa akibat ratapan keluarganya. Dia disiksa karena tidak mengajari dan memperingatkan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya.

Ratapan bisa menyebabkan datangnya siksa kubur karena ia menunjukkan ketidak-sabaran dalam menerima musibah dari Allah swt. Ratapan menunjukkan adanya ketidak-terimaan terhadap takdir dari Allah. Berbeda dengan tangisan yang tidak disertai ratapan, karena menunjukkan adanya kasih sayang kepada orang yang meninggal.

Dari ʼUmar bin Khaṯṯab dan „Abdullah bin ʼUmar bahwasannya Rasulullah saw. bersabda,

“Telah menceritakan kepada kami Hannād bin As-Sarī dari ʼAbdah dan Abī Muʼāwiyah diriwayatkan secara maknawi, dari Hisyām bin ʼUrwah dari Ayahnya dari Ibnu ʼUmar berkata telah bersabda Rasulullah saw. Sesunguhnya orang yang telah mati (mayat) akan disiksa karena tangisan keluarganya yang meratapi terhadapnya’. Ketika Ibnu ʼUmar menyebutkan hadis ini kepada ʼĀisyah, ʼĀisyah berkata ia (Ibnu ʼUmar) telah lemah (salah menegerti). (Kejadiannya) Nabi saw. melewati suatu perkuburan, kemudian beliau bersabda

“Sesungguhnya penghuni kubur ini sedang disiksa karena keluarganya selalu menangisinya”

Kemudian ia (ʼĀisyah) membaca ayat, “Dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain” (Q.S Al-An’ām [6]: 164) Perawi berkata: Dari Abū Mu’āwiyah, Dia berkata, “Yaitu perkuburan orang Yahudi.” (Sahih: Muttafaq ʼAlaih), Al Ahkām 28. (H.R. Abū Dāwud).

Siksa kubur hanyalah balasan sementara atas berbagai ucapan dan perbuatan jahat yang dilakukan oleh seorang hamba. Balasan berupa siksa yang sangat pedih tersebut merupakan sebuah bentuk keadilan dari Allah terhadap perilaku seorang hamba semasa masih hidup di dunia.

Sebab-sebab mendapatkan azab kubur yang telah disebutkan di atas adalah hanya beberapa dari sekian banyak penyebab mendapatkan azab kubur, selain itu syirik, kufur, nifaq, tidak berpuasa di bulan suci Ramadhan, liwath, mencuri, dan lain-lain yang termasuk dalam perbuatan yang dilarang Allah swt. juga merupakan penyebab mendapatkan azab kubur.

Referensi :

  • Muhib al Majdi & Abu Fatiah al Adnani, Dari Alam Barzakh Menuju Padang Mahsyar
  • Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, Cet. XIV, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997)
  • Abū al-Husain Muslim bin al-Hajjāj bin Muslim al-Qusyairi al-Nasaiburi, Sahih Muslim, (Beirut: Dār al-Fikr, 1993)
  • Muhammad Nashiruddin Al Albāni, Mukhtasar Sahih Muslim, Penerjamah Subhan dan Imran Rosadi