Apa saja yang dapat direnungkan dari ayat-ayat dalam al-Quran mengenai angin dan tanah?

Bila Anda perhatikan bagaimana bumi diciptakan, Anda melihatnya sebagai ayat Tuhan yang luar biasa. Allah SWT menciptakannya dengan terhampar. Menundukkkan ciptaan-Nya itu untuk hamba-hamba-Nya, meletakkan rezeki, makanan, dan kehidupan mereka di sana. Dia membuat jalan-jalan di sana agar manusia dapat berpindah-pindah untuk maslahat mereka. Bumi itu dikokohkan dengan gunung-gunung dan menjadikannya sebagai pasak yang menjaga agar bumi tidak mengguncangkan makhluk di atasnya. Dia meluaskan sisi-sisinya, dan menjadikannya sebagai tempat berkumpul untuk menampung mereka yang masih hidup di atas punggungnya, dan menampung mereka yang telah mati di perutnya. Jadi, punggungnya adalah tempat tinggal bagi yang hidup dan perutnya adalah tempat tinggal bagi yang telah mati. Sering sekali Allah SWT menyebutkan bumi di dalam kitab-Nya dan menyeru para hamba agar merenungkan penciptaannya. Allah SWT berfirman,

“Dan bumi itu Kami hamparkan; maka sebaik-baik yang menghamparkan (adalah Kami).” (adz-Dzaariyaat: 48)

“Allahlah yang menjadikan bumi tempat menetap bagi kamu.” (Ghaafir: 64)

“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu.” (al-Baqarah: 22)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan.” (al-Ghaasyiyah: 17-20)

“Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.” (al-Jaatsiyah: 3)

Dan, masih banyak lagi ayat-ayat lain. Lihatlah bumi yang mati, kaku, dan tenang itu. Apabila Kami telah menurunkan air, maka ia tergerak, tergetar dan tumbuh, meninggi, dan menghijau. Juga menumbuhkan tanaman yang berpasang-pasangan dengan berbagai ragam, ukuran, bentuk, warna, dan manfaatnya. Juga buah-buahan, obat-obatan, dan padang rumput bagi hewan juga burung. Kemudian perhatikanlah bagaimana bagian-bagian bumi yang berdampingan itu disirami air yang sama lalu tumbuhlah pasangan tanaman yang berbeda-beda dengan bermacam-macam warna, bentuk, bau, rasa, dan manfaat. Allah SWT berfirman,

“Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanam-tanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir.” (ar-Ra’d: 4)

Tidak lain itu adalah cipta Allah SWT Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, tiada Tuhan selain Dia. Kalaulah ini bukan salah satu ayat-Nya yang besar, tentu Dia tidak menyitirnya kepada hamba-hamba-Nya dan mengajak mereka untuk merenungkannya. Allah SWT berfirman,

“Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah serta menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang Haq dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan padanya; dan bahwa Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.” (al-Hajj: 5-7)

Kemudian perhatikanlah! Bagaimana Dia mengendalikan posisi bumi dengan gunung-gunung yang kokoh menjulang, menancapkannya dengan kokoh, meninggikan dan menjadikannya bagian bumi yang paling kuat/keras sehingga tidak lenyap oleh pergantian waktu dan terpaan hujan atau angin silih berganti. Dia menciptakannya secara luar biasa, memberikan manfaat, barang-barang tambang, dan mata-mata air yang tidak terhitung. Kemudian memberi petunjuk manusia untuk mengeluarkan barang-barang tambang itu dari dalamnya, dan memberi mereka ilham bagaimana membuat uang logam darinya, perhiasan, pakaian, senjata, dan alat-alat kehidupan yang beraneka macam. Kalau Dia tidak memberi petunjuk, tentu mereka tidak mempunyai ilmu sedikit pun dan juga tidak ada kuasa bagi mereka.

Di antara ayat-ayat-Nya yang menakjubkan adalah udara lembut yang terasa oleh indera perasa saat bertiup, tapi tak terlihat wujudnya. la bergerak di antara langit dan bumi, burung-burung terbang dan berenang di gelombang-gelombangnya sebagaimana hewan-hewan laut berenang di air. Udara bergejolak saat bertiup kencang seperti gelombang laut. Apabila menghendaki, Dia menggerakkannya dengan ‘gerakan rahmat’; menjadikannya rahmat, lembut, dan mendatangkan kegembiraan karena jadi tanda turunnya rahmat-Nya (hujan). Angin menjadi pejantan yang membuahi awan sehingga mengandung air seperti jantan yang membuahi betina sehingga hamil. Angin rahmat dinamakan dengan mubassyirat, nasyr, dzaariyat, mursalat, rukha , lawaqih; sedang angin azab dinamakan 'ashif, qashif (di laut), dan 'aqim, sharshar (di darat). Tapi kalau mau, Dia menggerakkannya dengan ‘gerakan azab’. Sehingga menghancurkan siapa yang dikehendaki dengan angin itu dan mengirimkannya sebagai azab yang pedih serta merusak segala apa yang dilaluinya.

Angin berbeda-beda arah bertiupnya. Ada yang bertiup ke arah timur, barat, utara, dan selatan. Angin-angin itu juga tidak sama manfaat dan pengaruhnya. Angin semilir dan lembab/basah menyehatkan badan, hewan, dan tanaman. Ada pula angin yang mengeringkan. Ada angin yang membuat mati atau sakit. Ada juga yang membuat kuat, dan juga ada yang melemahkan. Oleh karena itu, Allah SWT mengabarkan tentang angin rahmat dengan shighah jamak karena manfaatnya bermacam-macam. Ada angin yang menggelorakan awan, membuahinya, membawanya, dan angin yang membawa makanan bagi tetumbuhan. Karena arah bertiup dan tabiat angin itu bermacam-macam, Dia menciptakan untuk setiap angin lawan (penyeimbang) yang mengurangi kencang dan amukannya, dan mempertahankan kelembutan dan rahmatnya. Jadi, angin rahmat itu banyak macamnya.

Adapun angin azab hanya satu; diembuskan dengan satu cara untuk menghancurkan objek yang hendak dimusnahkan. Karenanya, tidak ada angin lain menjadi penyeimbangnya. Angin ini seperti serdadu yang besar, tak ada sesuatu pun yang melawannya. Dia menghancurleburkan apa yang ditimpanya. Perhatikanlah hikmah Al-Qur’an ketika menyebut keterangan ini di darat. Adapun di laut, angin rahmat disebutkan dengan kata tunggal seperti firman-Nya,

“Dialah yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncudah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai. Dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatannya kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata), ‘Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur.’” (Yunus: 22)

Hikmahnya di sini karena kapal hanya berjalan dengan satu angin yang datang dari satu arah. Apabila banyak angin yang berlawanan datang menerpa perahu, tentu jalannya tidak karuan arah. Jadi, fungsi angin di laut berbeda dengan fungsinya di darat. Karena yang diinginkan di laut, angin bertiup satu arah saja, tidak dihalangi oleh sesuatu pun. Karena itulah, disebutkan dengan kata tunggal, sedang di darat dipakai kata jamak.

Makhluk Tuhan ini memang lemah lembut. Sehingga, dapat digerakkan dan dibobol oleh makhluk yang paling lemah sekalipun. Tapi, Allah SWT memberikan makhluk lembut ini kekuatan dan kekerasan yang dapat menggoncangkan/ menggetarkan benda-benda cadas yang kuat, menggesernya dari tempatnya, menghancurleburkan dan menerbangkannya. Lihat saja bila udara yang lembut itu masuk dan memenuhi geriba (kantong air dari kulit) misalnya, lalu di atasnya diletakkan benda yang berat, tentu kantong air yang sudah berisi kulit itu tak bisa masuk ke dalam air. Padahal besi yang padat dan berat, jika diletakkan di permukaan air akan tenggelam. Jadi, udara yang lembut ini tidak mau ditundukkan (ditenggelamkan) oleh air, sedang benda yang kuat dan keras (besi) dapat ditundukkan.

Dengan hikmah ini, Allah SWT menahan kapal-kapal di atas permukaan air betapapun beratnya kapal itu beserta muatannya. Demikian pula semua benda berlobang yang berisi udara tidak akan tenggelam di air karena udara tidak mau menyelam ke dalam air. Jadi kapal yang bermuatan penuh bergantung kepada udara itu. Perhatikan, bagaimana perahu yang berat dan amat besar itu meminta perlindungan dan bergantung kepada zat yang lembut dan ringan itu sehingga tidak tenggelam. Ini seperti orang yang jatuh ke dalam sebuah jurang lalu bergelantungan kepada seorang yang kuat yang tidak dapat terjatuh ke dalam jurang sehingga dengan bergelantungan itu dia selamat.

Subhanallah! Maha Agung Allah yang menggantungkan perahu yang besar dan berat tersebut dengan udara yang lembut ini tanpa gantungan atau ikatan yang terlihat. Dan di antara ayat-ayat-Nya adalah,

“Awan yang dikendalikan antara langit dan bumi.” (al-Baqarah: 164)

Bagaimana Tuhan mampu mencipta awan dari dalam angin? Angin itu membuat awan bergolak dalam keadaan berkeping-keping lalu menyusun dan menggabungkannya satu sama lain. Angin pun kemudian membuahinya. Hasilnya oleh Allah SWT dinamakan dengan lawaqih. Kemudian Dia mengirimkan awan di atas angin itu ke bumi yang membutuhkannya. Apabila telah berada di atasnya, awan itu menumpahkan airnya. Pada saat air itu masih di angkasa, Allah SWT mengirimkan angin yang menceraiberaikan air itu agar tidak membahayakan dan menghancurkan apa yang ditimpanya. Apabila bumi telah basah dan memenuhi hajatnya terhadap air, hujan berhenti- dan awan pergi. Dengan demikian, awan itu adalah penyiram bumi, dibawa oleh angin.

Dalam Sunan Tirmizi dan lainnya disebutkan, ketika melihat awan, Nabi saw. bersabda, “Ini adalah penyiram bumi yang diarahkan oleh Allah SWT kepada suatu kaum yang tidak mensyukuri-Nya dan tak mengingat-Nya.” Awan adalah pembawa rezeki manusia dan makhluk-makhluk lainnya. Di sana tersimpan persediaan makanan mereka. Apabila melihat awan, al-Hasan berkata, “Demi Allah, di dalam awan ini tersedia rezeki kalian. Tetapi, kalian menghalanginya dengan dosa dan kesalahan.”

Dalam hadits shahih, Nabi saw.bersabda, “Ketika seorang lelaki berada di tanah kosong sendirian, ia mendengar suara dari arah awan, ‘Siramlah kebun si Fulan!’ Lelaki itu berjalan mengikuti awan tersebut sampai tiba di sebuah kebun. Ketika awan itu berada di tengahnya, awan itu menumpahkan airnya di sana. Tiba-tiba orang tersebut melihat ada seseorang yang memegang sekop sedang mengatur aliran air. la bertanya, ‘Siapa namamu?’ Jawabnya, ‘Fulan.’ Benar-benar nama yang didengarnya dari awan itu.”(HR Muslim)

Secara global, Anda bisa merenungkan bagaimana awan yang tebal dan pekat itu berkumpul di cuaca yang cerah tidak bermendung. Bagaimana Allah SWT mampu menciptakannya kapan pun Dia mau. Renungkan pula, betapa awan yang lembut dan lunak itu membawa air yang berat, memikulnya antara langit dan bumi sampai Allah SWT mengizinkan untuk menurunkan air yang dibawanya, kemudian menumpahkannya dengan tetesan-tetesan. Setiap tetesan mempunyai takaran khusus yang sudah diatur dengan hikmahNya. Awan itu menyiramkan airnya ke bumi, menumpahkannya dengan tetesan-tetesan yang terpisah-pisah, tidak ada setetes pun yang bercampur dengan tetes yang lain, yang belakang tidak mendahului turun dan yang depan tidak terlambat turunnya. Tak setetes air pun dapat menyusul temannya sehingga bercampur jadi satu. Setiap tetes itu turun di jalan yang telah ditetapkan untuknya, tidak menyimpang; sampai menimpa bumi setetes demi setetes. Setiap tetes telah ditentukan untuk bagian bumi tertentu, tidak akan jatuh ke bagian bumi lainnya.

Kalau seluruh makhluk bersatu untuk menciptakan setetes saja dari sekian tetes itu, atau menghitung jumlah tetesan yang turun dalam sesaat, tentu mereka tidak sanggup. Perhatikanlah bagaimana Allah SWT mengirimkannya sebagai rezeki bagi manusia, hewan, burung, dan semut. Jika Allah SWT berkenan mengirim angin itu sebagai rezeki hewan X di daerah X di kaki gunung X, air itu sampai kepadanya pada saat ia amat haus dan butuh.

Kemudian, bagaimana Allah SWT menyimpannya di tanah, lalu mengeluarkan dengannya berbagai macam makanan dan obat. Ada tanaman yang berfungsi untuk bahan makanan, ada yang berfungsi sebagai bumbu, ada yang beracun dan mematikan, ada yang menjadi penawarnya, ada yang menyebabkan sakit, ada yang menjadi penyembuhnya, ada yang mendinginkan, dan ada yang memanaskan. Ada pula tanaman yang apabila masuk ke dalam lambung mengekang empedu kuning di dasar urat, sementara tanaman yang lain bila masuk ke sana justru berubah jadi empedu kuning. Ada tanaman yang membersihkan dahak dan empedu hitam, sedang yang lain berubah menjadi kedua cairan itu; yang ini membuat darah bergolak dan yang itu menenangkannya; yang ini menidurkan dan yang itu menghalangi tidur; yang ini membuat gembira dan yang ini membuat pikiran kalut; dan keajaiban-keajaiban tetumbuhan lainnya.

Hampir tak ada sehelai daun atau sebuah ranting dan buah yang tak punya faedah. Cuma akal manusia tak sanggup mengetahui dan memerincinya. Lihatlah pipa saluran air di dalam serat-serat yang lembut dan lemah itu hampir tak terlihat oleh mata manusia kecuali bila dipincingkan. Bagaimana serat-serat lembut seperti ini sanggup menyedot air dari tempatnya ke atas, kemudian air itu berpencar di saluran-saluran itu sesuai dengan penerimaan, luas, dan sempitnya. Saluran-saluran itu berpencar, bercabang-cabang, dan mengecil sampai ukurannya tidak terlihat oleh mata.

Kemudian perhatikan proses kehamilan pohon dan perubahannya seperti proses perubahan janin yang tidak terlihat oleh mata! Anda menemukan hal yang amat ajaib. Maha Besar Allah, Tuhan Seru Sekalian Alam dan Pencipta Yang Terbaik. Kalau sebelumnya Anda melihat pohon itu hanya sebatang kayu yang berdiri telanjang tidak berpakaian, kini Allah SWT menutupinya dengan bunga-bunga, pakaian yang paling indah. Kemudian pakaian itu ditanggalkan-Nya kembali, lalu Dia membungkusnya dengan daun sebagai pakaian yang lebih kuat menempel daripada yang pertama. Lalu memunculkan kandungannya dalam keadaan lemah setelah mengeluarkan daunnya sebagai penutup dan baju untuk buah yang lemah itu agar terlindung dari panas, dingin, dan hama. Kemudian mengirimkan makanan ke buah-buah itu melalui serat dan saluran tersebut. Buah-buah itu menyerapnya seperti bayi meminum air susu ibunya. Dia merawat dan menumbuhkannya sedikit demi sedikit sampai dewasa dan sempurna. Sehingga, keluarlah buah yang lezat dan empuk dari sebatang kayu yang kering itu.

Alangkah banyak tanda kekuasaan Allah SWT dalam segala hal, baik yang terjangkau oleh indera manusia dan terlihat oleh matanya maupun yang tidak terlihat. Umur tidak cukup untuk mengetahui itu semua.