Apa saja warisan leluhur yang bisa ditemui di Malioboro?

Malioboro

Tempat ini sangat ramai. Banyak toko yang menjual berbagai macam cinderamata. Di depan lorong , banyak pula pedagang kaki lima yang menjajakan dagangan yang sama. Bedanya, barang yang dijual di toko lebih banyak dan bervariasi. Para pedagang kaki lima dengan semangat menawarkan barang dagangannya kepada para wisatawan. Bisa kah kamu tebak tempat apa ini? Ya! Dialah Jalan Malioboro, atau lebih dikenal dengan Malioboro, yang merupakan surganya para pelancong untuk cinderamata khas Yogyakarta. Namun apa saja warisan leluhur yang bisa ditemui di Malioboro?

Ada angklung bambu, mobil-mobilan kayu, wayang, sepeda onthel mini, vespa mini, becak mini, hingga delman mini. Lalu ada satu benda. Papan congklak. Sekilas mengingatkan masa kecil. Congklak adalah salah satu permainan yang sering di mainkan saat kecil.

Warna papan congklak itu campuran antara merah, hitam, oranye, dan cokelat. Bentuknya menyerupai badan ular. Dikedua ujungnya dihiasi kepala ular dengan lidah yang menjulur, dan terdapat 4 buah penopang di bawahnya. Masing-masing dua di setiap ujungnya. Tetapi agaknya papan congklak ini hanya bisa digunakan sebagai hiasan saja, karena dipapan congklak tersebut hanya terdapat 12 lubang. Padahal pada papan congklak yang biasa dimainkan hanya terdapat 16 lubang.

Ada yang tahu apa itu congklak? Congklak adalah salah satu permainan tradisional di Indonesia, yang dimainkan dengan menggunakan cangkang kerang sebagai biji congklak. Jika tidak ada cangkang kerang, biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu kecil bisa menjadi penggantinya.

Permainan ini dilakukan oleh dua orang menggunakan papan congklak dan 98 (14×7) biji congklak. Pada papan congklak terdapat 16 buah lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil yang saling berhadapan dan dua lobang besar dikedua sisinya. Setiap 7 lubang kecil di sisi pemain dan lubang besar di sisi kanannya dianggap sebagai milik sang pemain.

Congklak merupakan permainan yang disukai semua kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa. Permainan congklak sangat mudah dimainkan. Kita hanya perlu mengambil biji-bijian dari satu lobang, dan menaruhnya berkeliling ke setiap lobang. Jika sudah meletakkan biji terakhir, maka kita ambil lagi biji-bijian dari lobang tempat biji terakhit tadi diletakkan, dan memulainya lagi seperti tadi. Tetapi jika lobang tempat biji terakhir tadi diletakkan kosong, maka berganti giliran ke pemain yang lain. Begitulah seterusnya. Jika lubang besar di sisi kanan pemain penuh, maka dialah pemenangnya. Sangat mudah bukan?

Sayangnya, dewasa ini permainan tradisional Indonesia seperti congklak sudah dilupakan. Mengapa? Hal ini dikarenakan perkembangan teknologi. Jika kita melihat ke sekeliling kita, maka kita akan melihat anak-anak yang sedang asik bermain gadget. Baik itu PSP (PlayStation Portable), tablet, i-pad, dan handphone. Sungguh ironis bukan? Padahal Indonesia kaya akan berbagai macam permainan tradisional, yang tidak kalah asiknya dengan gadget-gadget tersebut. Sebut saja gasing bambu, gundu (kelereng), petak umpet, lompat tali, ular naga, boneka pasang, dan layangan. Permainan-permainan ini cukup asik untuk dilakukan.

Mungkin masih ada anak-anak yang melakukan permainan ini, terutama anak-anak di desa. Akan tetapi, jika teknologi mulai masuk ke desa-desa, nantinya permainan-permainan tradisional ini juga akan ditinggalkan. Oleh sebab itu, kita harus membantu melestarikan permainan tradisional Indonesia.

Setelah itu ada sate ayam, salah satu makanan khas Indonesia. Sate ayam adalah potongan daging ayam kecil-kecil dan ditusuki dengan tusukan sate. Tusukan sate ini sendiri biasanya dibuat dari lidi tulang daun kelapa ataupun bamboo. Kemudian sate dibakar di atas tungku dengan arang. Selanjutnya sate disajikan dengan berbagai macam bumbu. Perlu diketahui, daging yang bisa dijadikan sate bukan hanya daging ayam saja, tetapi daging kambing, domba, sapi, babi, ikan, bahkan sayuran. Sate merupakan makanan yang sangat terkenal di Indonesia. Kita bisa menjumpai sate di pedagang kaki lima, pedagang sate keliling, hingga restoran besar.

Makanan ini bisa disajikan dengan bumbu kecap atau bumbu kacang. Sebelumnya sate dibakar cukup lama sampai benar-benar matang. Kemudian sate yang sudah matang itu, disajikan di atas piring yang sudah dialasi dengan daun pisang.

Sayangnya, makanan-makanan tradisional di Indonesia sudah teralihkan dengan makanan-makanan cepat saji yang bermunculan di mal-mal ataupun tempat-tempat makan. Padahal makanan-makanan tersebut tidak sehat. Terutama ayam-ayam yang disajikan dalam restoran cepat saji. Perlu diketahui, ayam-ayam tersebut tidak lah sehat. Mengapa? Karena ayam-ayam tersebut tidak mendapatkan perawatan yang layak. Ayam-ayam tersebut diletakkan di kandang-kandang yang sempit. Bahkan sejak kecil ayam-ayam itu disuntik dengan obat-obatan yang membuat tubuhnya membesar.

Jika dibandingkan dengan restoran cepat saji, makanan-makanan tradisional Indonesia tentunya lebih terjamin kesehatannya. Makanan-makanan tradisional Indonesia diolah dengan baik dan dibumbui dengan rempah-rempah khas Indonesia, yang tentunya akan menciptakan makanan yang lezat. Contohnya saja rendang. Siapa yang tidak tahu rendang? Daging sapi yang dimasak dengan santan dan cabe, untuk mendapatkan rasa pedas yang mengigit, yang menjadi ciri khasnya.

Bukan hanya sate ayam dan rendang. Ada juga gudeg, sayur asem, gulai, semur, soto, kerak telor, pempek, batagor, siomay, dan lain-lain. Siapa yang dapet menolak kelezatan makanan-makanan ini. Karenanya, kita sebagai generasi penerus bangsa, sudah selayaknya melestarikan permainan dan masakan tradisional Indonesia, agar tidak luput dari ingatan masyarakat. Mulailah dengan mencintai makanan dan permainan tradisional Indonesia, dan tunjukkan bahwa kita bangga dengan apa yang kita miliki.

Sumber: