Apa saja unsur fisik yang ada dalam seni rupa ?

seni rupa

Unsur fisik adalah semua unsur visual yang terdapat pada sebuah benda yang secara langsung dapat dilihat dan atau di raba dalam sebuah karya seni rupa.

Apa saja unsur fisik yang ada dalam seni rupa ?

Unsur fisik dalam karya seni rupa meliputi:

  1. Garis, adalah unsur fisik yang memiliki dimensi memanjang dan mempunyai arah serta sifat-sifat khusus seperti: pendek, panjang, vertikal, horizontal, lurus, melengkung, berombak, tebal, atau tipis.

  2. Bidang/ raut/ bentuk, adalah penampakan, potongan atau wujud dari suatu objek. Bidang berbentuk pipih mendatar sedangkan bentuk berupa volume bermassa.

  3. Ruang, adalah unsur fisik yang menunjukan kesan dimensi dari obyek yang terdapat pada karya seni rupa.

  4. Tekstur/ barik adalah kualitas taktil dari suatu permukaan. Taktil artinya dapat diraba atau yang berkaitan dengan indra peraba. Tekstur juga dapat dimaknai sebagai penggambaran struktur permukaan suatu objek baik halus maupun kasar.

  5. Warna, adalah kesan yang diterima mata yang dihasilkan karena cahaya mengenai suatu benda,

  6. Tone (nada gelap terang), adalah kesan yang timbul karena perbedaan intensitas cahaya yang jatuh pada permukaan benda.

unsur atau elemen seni rupa

Secara umum orang tidak akan tertariknya kalau melihat suatu karya kriya membahas tentang unsur, karena unsur adalah bagian terkecil dari sesuatu yang membentuk kesatuan sistem. Berbeda dengan orang/kelompok pragmatis, formal, dan sruktural, karena berasumsi suatu karya dilihat karena adanya unsur-unsur yang membentuk. Sebagai praktisi sekaligus pendidik dibidang seni, unsur adalah hal yang sangat diperlukan untuk memberi dan mendukung suatu obyek. Dalam pembentukan suatu struktur pada karya seni kriya/ ukiran, dalam unsur yang terkecil dapat dijadikan identitas suatu bentuk atau motif.

Bentuk adalah bagian yang paling sukar dan rumit diantara empat elemen yang menunjang terjadinya sebuah karya seni rupa. Namun demikian, Plato membedakan bentuk itu; antara bentuk yang relatif dan yang absolut.

  • Bentuk relatif yang dimaksudkan adalah perwujudan yang perbandingan maupun keindahannya terkait atau dikaitkan pada hakikat bentuk-bentuk alam dan merupakan tiruannya.

  • Bentuk absolut adalah suatu abstraksi yang terdiri dari garis lurus, lengkung yang dihasilkan lewat perentara atau tidak, serta bentuk-bentuk di alam, tiga dimensional. Dan sesuai dengan pengrtian dan sifat yang dimilikinya, maka bentuk ada dua macam yaitu yang arsitektural dan bentuk simbolik ”abstrak dan absolut” (Herbert Read).

Unsur-unsur fisik yang ada dalam seni rupa antara lain :

1. Garis


Garis

Garis adalah hubungan dua titik/jejek-jejak titik yang bersambungan atau berderet. Dalam gambar, garis adalah aktual/nyata. Dalam seni lukis/patung, garis bersifat maya atau berupa kesan karakter garis tergantung pada alat dan bahan yang digunakan seperti: karakter garis dengan pensil berbeda dengan goresan kapur, begitu pula tekanan tangan dalam menggores. Dalam seni kriya garis bisa didapat dengan berbagai teknik pahatan dan cawian. Garis yang tampak pada pahatan bisa berbentuk garis lurus, lengkung, mendatar, zigzag, keras ataupun tipis.

Garis

Garis adalah unsur yang paling penting/elementer dalam seni rupa. Garis adalah hubungan dua buah titik atau jejak-jejak titik yang bersambungan atau berderet yang dapat menghasilkan irama. Secara historis jenis seni rupa yang menggunakan garis (kontur) ada di gua-gua yang bertolak dari keinginan untuk menggaris. Pedoman yang kuat dan ampuh bagi seni, dan buat kehidupan ini, adalah bahwa makin tajam, nyata, dan kuat garis batasnya, makin sempurna karya seninya.

Pada seni kriya garis dalam ornamen bersifat aktual atau nyata, sedangkan dalam pahatan/ukiran garis tersebut bersifat maya atau berupa kesan. Kesan garis terjadi karena adanya pertemuan dua permukan atau sisi dalam bentuk. Secara fisik garis yang dimunculkan akibat pahatan/ukiran menjadi karakter tersendiri sesuai dengan yang dikehendaki atau memang merupakan karakter pembuatnya. Arah jejak dan jarak garis dapat berupa garis lurus, lengkung, zig-zag, vertikal, horisontal, ikal, dan vertikal.

Garis yang menari, berirama atau yang lainnya dapat memberi kesadaran ritmik yang lebih gampang dirasakan dari pada diungkapkan, hal inidapat dinikmati dengan jalan analogi fisis. Namun untuk menceritakan ini secara visual (rupa) kita mencarikan atau memerlukan pendekatan empati yaitu beberapa hal harus diproyeksikan ke dalam garis.

Garis

2. Raut


Raut adalah tampang, potongan, bentuk suatu obyek. Raut juga sering disebut perwujudan dari suatu obyek. Dilihat dari visual/tampilan raut tersebut berwujud sebagai: raut geometris seperti segi tiga, persegi atau lingkaran. Raut organis atau biomorfis yakni raut yang terbentuk dari lengkungan-lengkungan bebas.

Raut

Raut dalam seni kriya dapat terbentuk karena tidak disengaja, kebetulan atau secara alamiah. Dalam buku Estetika Makna, Simbol, dan Daya, istilah raut untuk saat ini mengandung difinisi yang beragam dan sangat bias. Silang pendapat para ahli juga masih terjadi di perguruan tinggi seni ketika bangun praksis seni rupa, desain produk industri, desain interior, desain komunikasi visual, dan kriya seni ditarik atau diarahkan ke bidang kajian estetika. Dalam praksis kesenirupaan dan desain, diposisikan adanya unsur-unsur yang melibatkan aspek estetis (kepekaan, keterampilan, pengalaman,proses kreatif yang diimplementasikan keberbagai wujud berkarya, baik temetis atau bebas. (Agus sachari, 2002).

3. Warna


Dalam teknologi warna dikenal adanya warna cahaya atau warna aditif (benda yang memancar). Warna Figmen atau bahan disebut warna subteraktif (kualitas warna pada bahan). Pada seni kriya warna akan didapat dari bahan-bahan yang digunakan. Warna bahan yang alami memberikan nilai tambah pada suatu karya yang dihasilkan. Pemilihan jenis bahan seperti: kayu, bambu, dan rotan yang mengandung zat ektrasi telah memberikan keragaman warna pada setiap jenisnya. Warna olahan pabrik t sering digunakan untuk mewarnai barang-barang kerajinan. Tetapi bukan berarti karya kriya seni tidak menggunakan warna olahan pabrik. Oleh beberapa seniman/kriyawan di Bali selain menggunakan warna olahan pabrik, masih ada mengunakan warna tradisional. Warna-warna ini diperoleh dengan jalan membuat sendiri. Adapun bahan dari warna tersebut putih, coklat/oker, hijau, kuning dan merah.

Jenis-jenis warna

  • Warna Primer- merah, kuning dan biru
  • Warna Sekunder – oranye/jingga, hijau, ungu/violet
  • Warna tersier – coklat, abu-abu, dan yang lainnya (ke-an).

Menurut teori warna, putih dan hitam tidak tergolong warna. Sifat-sifat Warna: Panas-dingin, Cerah-suram, terang-gelap.

Dalam dunia teknologi warna dikenal adanya warna cahaya yang disebut warna aditif dan warna bahan disebut subtraktif yang sering digunakan bagi yang mencintai warna-warna alam (natural). Warna cahaya bersumber dari pantulan/pancaran sebuah benda, sedangkan warna bahan (subtraktif) yang juga disebut warna figmen adalah warna yang melekat pada bahan itu sendiri. Berdasarkan klasifikasinya warna dapat digolongkan menjadi warna primer, sekender, dan tersier.

Menurut Herbert Read, Penggunaan warna dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) yaitu: warna heraldik, harmonis, dan murni.

  • Warna heraldik adalah warna digunakan untuk menutupi/mendukung jenis/bentuk natural yang telah ada. Penggunaan warna seperti ini bisa dikatakan yang paling primitif yang dimanfaatkan untuk kepentingan-kepentingan simbolis.

    Warna heraldik

  • Warna harmonis adalah warna-warna yang disesuaikan, dihubungkan, dengan warna dominan untuk mendapatkan variasi pada obyek.

    Warna harmonis

  • Warna murni yang juga disebut ala Cezanne, adalah warna yang digunakan untuk memperjelas dan untuk kepentingan warna itu sendiri. Suatu bentuk digambarkan secara langsung oleh warna tanpa mempertimbangkan cahaya dan bayangan atau yang lazin disebut chiaro-scuro.

    Warna murni

4. Tekstur

Tekstur adalah sifat atau kualitas permukaan (nilai raba) suatu benda seperti: kasar, halus, licin, dan berkerut. Tekstur dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Nyata, 2. Semu.

Kriya yang hampir semua karyanya menggunakan bahan dari benda bertekstur, dapat dipastikan tekstur yang dihasilkan dari karya tersebut adalah tekstur nyata, dan sangat sedikit tekstur yang terdapat pada produk kriya bertekstur semu.

Tekstur

Tekstur

Karya yang dikenakan tekstur semu lebih dominan pada barang-barang kerajinan yang terbuat dari bahan kualitas rendah. Tujuan barang tersebut diberi tekstur semu (warna) pada dasarnya untuk melindungi bahan agar lebih berkualitas/kuat. Dan sangat sedikit karya yang terbuat dari bahan berkualitas tinggi dibuat/diberi tekstur semu, dan bila hal tersebut terjadi dikarenakan ada unsur kesengajaan untuk mendapatkan efek tertentu. Pada karya kriya kedua tekstur baik yang semua maupun nyata terdapat didalamnya.

5. Ruang

Secara umum ruang dikaitkan dengan tiga demensi, namun dalam seni rupa, ruang adalah unsur yang memberi kesan keluasan, kesatuan, kedalaman, jauh atau dekatny suatu obyek. Ruang atau keluasan suatu obyek dalam gambar arsitektur ataupun seni rupa dapat dicapai dengan permainan perspektif. Ukuran dimensi atau matra yang secara realitas dapat dibagi tiga; eka,dwi,dan tri matra yang sebelumnya untuk menunjuk perbedaan suatu karya rupa seperi garis (ekamatra), lukisan/kriya (dwimatra), dan Patung/bangunan (trimatra) saat ini tidak begitu dipermasalahkan lagi didalam dunia seni rupa. Kesan bentuk tri matra juga bisa didapat pada karya dwimatra.

Gelap terang sering dikaitkan dengan pencahayaan. Dalan Seni patung/kriya dapat melalui raut/kedalaman. Teori atau pendapat ini selalu mengalami perkembangan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan gelap-terang atau cerah suramnya karya seni kriya tidak hanya terbatas dengan tinggi atau rendahnya kedalaman pahatan, namun dapat dilakukan seperti pada seni lukis yaitu dengan pewarnaan. Pahatan yang dalam identik dengan kesan gelap juga bisa berbalik kalau pada pahatan yang dalam tersebut diberi warna yang cerah/putih.

Imanuel Khan seorang filsuf Jerman mengatakan ciri khas kebudayan terdapat dalam kemampuan manusia untuk mengajar dirinya sendiri. Dalam Kebudayaan, manusia tidak saja bertanya bagaimana sifat-sifat sesuatu, melainkan juga bagaimana sesuatu bersifat. (Syafii Dkk., 2003). Selain kita diharapkan untuk mengetahui sifat-sifat dari suatu benda atau suatu karya seni, ada baiknya pula kita (kriyawan) belajar dan memastikan untuk mengerti istilah ”kriya ”dan memberi arti beserta sifat-sifat yang terkandung di dalamnya.

Gustav Theodor Fechner seorang pelopor estetika eksperimental dalam membuat suatu karya selalu mempertimbangkan dan menjadikan golden Section sebagai kuncinya. Begitu juga seorang yang ekstrim seperti Zeising menyatakan ”pembagian” itu selalu ada di mana-mana pada setiap hasil seni. Hal ini (golden Section) bisa didapat pada struktur ataupun karena kesadaranya terhadap bentuk. (Herbert Read, Terj. Soedarso Sp. 2000).

Ruang

Ruang

Suatu proporsi (golden Section) dalam sebuah bentuk pada karya seni dapat memberi/ menjadikan karya tersebut indah.

Sebuah benda dapat diekpresikan kedalam berbagai macam/jenis bentuk seni sesuai dengan spesialisasinya. Seperti misalnya burung, dapat dijadikan inspirasi sebuah tarian, lukisan, relief, nyanyian, ataupun tabuh. Ekpresi itu dapat diperlihatkan dengan berbagai media ungkap, seperti pada seni pertunjukan, rupa, musik, dan yang lainnya. Gerak, bentuk, dan irama yang terwujud adalah simbol-simbol yang mengandung makna tertentu. Pernyataan ekpresi itu sangat nyata dapat dilihat atau tersirat pada anak-anak ketika sedang bahagia, sedih, marah atau kecewa.

Sumber : I Made Suparta, Unsur-Unsur Seni Rupa, Program Studi Kriya Seni ISI Denpasar

Unsur fisik atau Unsur Fisioplastis sendiri lebih bersifat fisik dalam arti seni lukisnya itu sendiri yang meliputi hal-hal yang menyangkut masalah teknis, termasuk organisasi elemen-elemen visual yang terkandung dalam unsur seni rupa dan perinsip seni rupa (Darsono : 2014).

Sedangkan menurut Riski Agung (2013) elemen fisioplastis berupa penerapan estetis menyangkut unsur-unsur rupa, bentuk, garis, warna, ruang, cahaya, dan volume. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fisioplastis bersifat fisik secara visual yang mana meliputi bentuk, garis, warna, ruang, dan volume.

Bentuk (Form)

Menurut Dharsono Sony Kartika (2004) bentuk atau form adalah totalitas dari karya seni dan merupakan organisasi atau suatu kesatuan (komposisi) dari unsur-unsur pendukung karya. Ada dua macam bentuk: visual form yaitu bentuk fisik dari sebuah karya seni dan special form yaitu bentuk yang tercipta karena adanya hubungan timbal balik antara nilai-nilai yang dipancarkan oleh fenomena bentuk fisiknya terhadap tanggapan kesadaran emosionalnya.

Sedangkan bentuk yang dilihat secara umum dalam karya seni rupa, dalam bentuk sendiri bermakna memiliki dimensi tertentu.Dimensi tertentu diantaranya dua dimensi (dwimatra) dan tiga dimensi (trimatra).

Bentuk sendiri dalam sebuah karya tidak selalu ditampilkan apa adanya seperti bentuk yang sudah ada. Dalam pengolahan objek akan terjadi perubahan wujud sesuai dengan selera maupun latar belakang seniman. Perubahan wujud tersebut antara lain :

  • Stilisasi
    Merupakan cara penggambaran untuk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan objek dan atau benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan setiap kontur pada objek atau benda tersebut.

  • Distorsi
    Penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar.

  • Transformasi
    Penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara memindahkan (trans = pindah) wujud atau figur dari objek lain keobjek yang digambar.

  • Disformasi
    Merupakan penggambaran bentuk yang menekankan pada interpretasi karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara mengubah bentuk objek tersebut dengan hanya sebagian yang dianggap mewakili atau pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interpretasi yang sifatnya sangat hakiki.

Garis

Garis adalah perpaduan sejumlah titik yang sejajar dan sama besar, memiliki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, tebal, berombak, melengkung, lurus dan lain-lain. Karena dimensinya yang berbeda-beda maka garis tidak memiliki ukuran yang ditandai oleh sentimeter tetapi ukuran yang bersifat nisbi, yakni panjang-pendek, tinggi-rendah, besar-kecil, dan tebal-tipis. Garis sangat dominan sebagai unsur karya seni dan dapat disejajarkan dengan peranan warna.Penggunaan garis secara matang dan benar dapat pula membentuk kesan tekstur nada dan nuansa ruang seperti volume. Dalam seni lukis garis dapat pula dibentuk dari perpaduan dua warna (Susanto: 2011).

Kehadiran garis bukan hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbol emosi yang diungkapkan lewat garis atau lebih tepatnya disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan sehingga dari kesan yang berbeda garis mempunyai karakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari seniman (Kartika: 2004).

Garis adalah kumpulan titik sama panjang dan mempunyai dimensi yang tidak menentu, sangat dominan pada sebuah karya, kadang menjadi simbol emosi orang yang membuatnya, dan dalam karya seni lukis sendiri garis dapat membuat bidang sendiri meskipun garis dapat terbentuk dalam pertemuan dua warna yang kontras.

Warna

Warna sebagai getaran atau gelombang yang diterima indra penglihat manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda dan jenis warna adalah dua menurut pembentukannya yaitu warna cahaya atau spektrum dan warna pigmen (Susanto: 2011).

Sedangkan Kartika (2004) warna merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembuatan sebuah karya lukis.Warna juga dapat digunakan tidak demi bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk mengungkapkan kemungkinan-kemungkinan keindahannya serta digunakan untuk berbagai pengekspresian rasa secara psikologis.

Warna merupakan pigmen yang dipantulkan cahaya dari suatu benda yang diterima indera penglihatan manusia.Warna menjadi unsur yang komunikatif dibanding unsur- unsur seni rupa yang lain. Dengan warna seniman dapat mempertegas bentuk-bentuk, suasana dan memberi macam-macam kesan seperti kesan riang, gembira, sedih, gelap, terang, damai, tenang, mencekam, dan lain-lain.

Bidang (Shape)

Menurut Dharsono Sony Kartika (2004) Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda, atau gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Lebih lanjut mengenai bidang, jika bidang dikumpulkan dan disusun dapat terbentuk ruang.Ruang merupakan istilah yang dikaitkan dengan bidang dan keluasan, yang kemudian muncul istilah dwimatra dan trimatra (Mikke Susanto: 2011).

Bidang adalah suatu bidang yang dihasilkan dari bentuk garis atau pertemuan dari warna lain yang menghasilkan bidang secara visual. Dalam seni rupa orang sering mengaitkan ruang adalah bidang yang memilki batas atau limit, walaupun kadang-kadang ruang bersifat tidak berbatas dan dan tidak terjamah. Ruang juga dapat diartikan secara fisik adalah rongga yang yang berbatas maupun yang tidak berbatas.

1. Garis
Garis merupakan dua titik yang dihubungkan. Dalam dunia seni rupa sering kali kehadiran ”garis” bukan saja hanya sebagai garis tetapi kadang sebagai simbolemosi yang diungkapkan lewat garis, atau lebih tepat disebut goresan. Goresan atau garis yang dibuat oleh seorang seniman akan memberikan kesan psikologis yang berbeda pada setiap garis yang dihadirkan. Sehingga dari kesan yang berbeda maka garis mempunyai karakter yang berbeda pada setiap goresan yang lahir dari seniman.

Garis merupakan medium yang paling sederhana, sebagai pencapaian yang paling ekonomis dibanding dengan medium lain. Garis sebagai medium seni rupa mempunyai peranan yang sangat penting, selama seorang penghayat mampu menangkap informasi yang disampaikan lewat medium garis yang dihadirkan. Garis mempunyai peranan sebagai garis, peranan garis dalam seni rupa, yaitu :

  • Simbol bentuk logis.
  • Simbol informasi.
  • Simbol ilustrasi.
  • Simbol ekspresi.

Garis disamping memiliki preanan juga mempunyai sifat formal dan non formal, misalnya garis-garis geometrik yang bersifat formal, beraturan, dan resmi. Garis-garis non geometrik bersifat tak resmi dan cukup fluwes, lemah-gemulai, lembut, acak-acakan, yang semuanya tergantung pada intensitas pembuat garis. Namun yang paling penting sebenarnya bukan simbol atau lambang, tetapi bagaimana merasakan intensitas garis yang tergores pada setiap karya seni. Dalam melihat garis harus dapat merasakan lewat mata batin untuk merasakan setiap getaran yang terdapat pada setiap goresan.

2. Shape (Bidang)
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur. Di dalam karya seni, shape menggambarkan objek hasil subject matter. Shape (bidang) yang terjadi :

  • Shape yang menyerupai wujud alam (figur).
  • Shape yang sama sekali tidak menyerupai wujud alam (non figure).

Keduanya akan terjadi menurut kemampuan senimannya dalam mengolah objek. Di dalam pengolahan objek akan terjadi perwujudan sesuai dengan selera maupun latar belakang sang senimannya. Perubahan wujud tersebut antara lain :

  • Stilisasi merupakan cara penggambaran untk mencapai bentuk keindahan dengan cara menggayakan objek dan atau benda yang digambar, yaitu dengan cara menggayakan kontur pada objek atau benda tersebut.

  • Distorsi adalah penggambaran bentuk yang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara menyangatkan wujud-wujud tertentu pada benda atau objek yang digambar, misalnya pada penggambaran tokoh figur Gatutkaca pada wayang kulit purwa, semua shape disangatkan menjadi serba kecil dan atau mengecil.

  • Transformasi adalah penggambaran bentukyang menekankan pada pencapaian karakter, dengan cara memindahkan (trans=pindah) wujud atau figur dari objek lain ke objek yang digambar.

  • Disformasi merupakan penggambaran bentuk yang menekankan interprestasi karakter, dengan cara mengubah bentuk objek dengan cara menggambarkan objek tersebut dengan hanya sebagian yang dianggap mewakili, atau pengambilan unsur tertentu yang mewakili karakter hasil interprestasi yang sifatnya sangat hakiki.

3. Texture (Rasa permukaan bahan)
Texture adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu.

Artificial texture (tekstur buatan) merupakan tekstur yang sengaja dibuat atau hasil penemuan : kertas, logam, kaca, plastik, dan sebagainya. Sedang istilah Nature texture (tekstur alami) merupakan wujud rasa permukaan bahan yang sudah ada secara alami, tanpa campur tangan manusia: batu,pasir,kayu,rumput,danlain sebagainya. Pada prinsipnya membuat permukaan wajah menjadi rasa tertentu secara perabaan atau secara visual.

4. Warna
Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangant penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan. Warna juga sangat berperan dalam segala aspek kehidupan manusia. Warna mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu :

  • Warna sebagai warna.
    Kehadiran warna tersebut sekedar untuk memberi tanda pada suatu benda atau barang, atau hanya untuk membedakan ciri benda satu dengan benda lainnya tanpa maksud tertentu dan tidak memberikan pretensi apapun. Warna-warna tidak perlu dipahami atau dihayati karena kehadirannya hanya sebagai tanda dan lebih dari itu hanya sebagai pemanis permukaan.

  • Warna sebagai representasi alam.
    Kehadiran warna merupakan penggambaran sifat objek secara nyata, atau penggambaran dari suatu objek alam sesuai dengan apa yang dilihat. Warna hanya sebatas memberikan ilustrasi dan tidak mengandung maksud lain kecuali memberikan gambaran dari apa yang dilihat.

  • Warna sebagai tanda/lambang/simbol.
    Kehadiran warna merupakan lambang atau melambangkan sesuatu yang merupakan tradisi atau pola umum. Kehadiran warna di sini banya digarap oleh seniman tradisi dan banyak dipakai untuk memberikan warna pada wayang, batik tradisional, dan tata rupa lin yang punya citra tradisi. Kehadiran warna sebagai lambang/tanda/simbol merupakan satu kebiasan umum atau pola umum.

Standar warna yang dialternatifkan oleh Albert H. Munsell (1912) menyempurnakan sistem dari angka-angka warna dan terminologinya, berdasarkan atas penyelidikan pada standarisasi
warna yang dapat digunakan untuk aspek-aspek fisik dan psikologi. Sisitem Munsell mendasarkan pada dimensi kualitas warna, yaitu:

  • Hue adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan nama dari suatu warna, seperti : merah, biru, hijau, dan sebagainya. Munsell memilih 5 buah hue, yang merupakan dasar, yaitu : merah, kuning, hijau, biru, dan ungu.

  • Value adalah secara teoretis hanya membicarakan mengenai kegelapan dan kecerahan daripada warna. Ada banyak tingkatan dari cerah/terang kegelapan, mulai dari putih yang
    murni hingga hitam jet. Menurut Munsell ada tingkatan value netral, termasuk putih dan hitam yang secara teoretis bukan warna tetapi mempunyai hubungan dengan warna.

  • Tint adalah kecerahan dari sesuatu warna ke putih atau value yang lebih terang/cerah daripada warna normal.

  • Shade adalah kecerahan warna menuju ke hitam atau dengan kata lain value yang lebih gelap dari warna normal.