Apa saja teori-teori motivasi yang ada menurut ahli ?

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.

Apa saja teori-teori motivasi yang ada menurut ahli ?

Teori motivasi menurut para ahli dibagi menjadi 3 yaitu: (1) teori kebutuhan tentang motivasi, (2) teori humanistik, dan (3) teori behavioristik, (Elida Prayitno, 1989)

  1. Teori kebutuhan

    Teori ini mengatakan bahwa manusia sebagai mahluk yang tidak akan puas hanya dengan terpenuhi satu kebutuhan, tetapi ia akan puas jika semua kebutuhan terpenuhi. Walaupun semua kebutuhan sudah terpenuhi pasti ia akan mengejar kebutuhan yang baru. Agar kebutuhan tersebut terpenuhi, maka ia akan termotivasi untuk mencapai kebutuhan yang diinginkan. Sehingga membuat ia puas, tetapi kepuasan itu hanya untuk sementara waktu saja. Demikian seterusnya, sampai terpuaskannya kebutuhan yang paling tinggi.

  2. Teori Humanistik

    Teori ini percaya bahwa hanya ada satu motivasi, yaitu motivasi yang hanya berasal dari masing-masing individu. Motivasi tersebut dimiliki oleh individu itu sepanjang waktu dan dimana pun ia berada. Yang penting lagi menurut teori ini adalah menghormati atau menghargai seorang sebagai manusia yang mempunyai potensi dan keinginan untuk belajar.

  3. Teori Behavioristik

    Teori ini berpendapat bahwa motivasi dikontrol oleh lingkungan. Suatu tingkah laku yang bermotivasi terjadi apabila konsekuensi tingkah laku itu dapat menggetarkan emosi individu, yaitu menjadi suka atau tidak suka. Apabila konsekuensi tingkah laku menimbulkan rasa suka, maka tingkah laku menjadi kuat, tetapi jika tingkah laku itu menimbulkan rasa tidak suka, maka tingkah laku itu akan ditinggalkan.

Menurut Martin Handoko, (1992), terdapat 6 teori motivasi yaitu :

  1. Teori kognitif

    Menurut teori ini tingkah laku tidak digerakkan oleh apa yang disebut motivasi, melainkan oleh rasio. Setiap perbuatan yang akan dilakukannya sudah dipikirkan alasan-alasannya. Berdasarkan rasionalnya manusia bebas memilih dan menentukan apa yang akan dia perbuat, entah baik ataupun buruk. Tingkah laku manusia semata-mata ditentukan oleh kemampuan berpikirnya.

    Makin inteligen dan berpendidikan, otomatis seseorang akan semakin baik perbuatan-perbuatanya dan secara sadar pula melakukan perbuatan-perbuatan untuk memenuhi atau kebutuhan tersebut.

  2. Teori Hedonistis

    Teori ini mengatakan bahwa segala perbuatan manusia, entah itu disadari ataupun tidak disadari, entah itu timbul dari kekuatan luar ataupun kekuatan dalam pada dasarnya mempunyai tujuan yang
    satu, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari hal-hal yang menyakitkan.

  3. Teori Insting

    Teori ini mengatakan kekuatan biologis adalah kekuatan yang dibawa sejak lahir. Kekuatan biologis inilah yang membuat seseorang bertindak menurut cara tertentu, demikianlah dasar pemikiran teori ini. Kekuatan insting inilah yang seolah-olah memaksa seseorang untuk berbuat dengan cara tertentu, untuk mengadakan pendekatan kepada rangsang dengan cara tertentu.

  4. Teori Psikoanalitis

    Sebenarnya teori ini merupakan pengembangan teori insting. Dalam teori ini pun diakui adanya kekuatan bawaan di dalam diri setiap manusia, dan kekuatan bawaan inilah yang menyebabkan dan mengarahkan tingkah laku manusia.

  5. Teori Keseimbangan

    Teori ini berpendapat bahwa tingkah laku manusia terjadi karena adanya ketidakseimbangan di dalam diri manusia. Dengan kata lain, manusia selalu ingin mempertahankan adanya keseimbangan di dalam dirinya.

  6. Teori Dorongan

    Pada prinsipnya teori ini tidak berbeda dengan teori keseimbangan, hanya penekanannya berbeda. Kalau teori keseimbangan menekankan adanya keadaan tidak seimbang yang menimbulkan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi, teori dorongan memberikan tekanan pada hal yang mendorong terjadinya tingkah laku.

Beberapa teori yang berkaitan dengan motivasi (disusun berdasarkan abjad) adalah :

Achievement Goal Theory


Achievement Goal Theory diteliti oleh Maehr (1980), Nicholls (1984) dan Dweck (1986), yang bekerja secara individual dan juga secara kolaboratif, dalam upaya untuk menjelaskan perilaku pencapaian goal dalam bidang olahraga.

Pelopor dan Pengembang

C. Ames; Diener; C, L, C. S.Dweck; E. S. Elliott; E. L. Leggett; M.L. Maehr; J.G. Nichols

Domain

Psikologi, Olahraga, Bisnis,

Variabel-variabel

Beberapa variabel yang dipertimbangkan adalah fokus pada:

Mastery Goals - pemahaman konsep dan konten, dan pengaplikasian tugas - belajar, task-involved, mastery goals, pendekatan dan penghindaran sasaran kinerja, penghindaran kerja, keterasingan akademis

Kinerja relatif terhadap orang lain - kinerja, kemampuan relatif, keterlibatan ego

Hasil - tujuan, atribusi, self-efficacy, tingkat keterlibatan kognitif, pengaturan diri, afeksi, minat, ketekunan, perilaku pilihan.

Achievement Motivation


Teori Achievement Motivation diteliti oleh McClelland (1961), Atkinson (1968), David Elliot (1996).

David McClelland percaya bahwa kebutuhan untuk berprestasi adalah adalah motif manusia yang berbeda yang dapat dibedakan dari kebutuhan orang lain. Salah satu ciri dari pencapaian motivasi seseorang adalah bahwa mereka lebih peduli dengan prestasi pribadi dibandingkan dengan imbalan kesuksesan. Dia percaya bahwa mereka tidak menolak sebuah imbalan tetapi imbalan bukan menjadi hal yang esensi dibandingkan dengan pencapaian itu sendiri (Argyris, 2010).

Atkinson berteori bahwa orientasi seseorang berasal dari usaha untuk mencapai kesuksesan dan menghindari kegagalan.

Motif untuk mencapai kesuksesan ditentukan oleh tiga hal:

  1. kebutuhan untuk berhasil atau kebutuhan untuk berprestasi (nAch);
  2. perkiraan seseorang tentang kemungkinan keberhasilan dalam melakukan tugas tertentu; dan
  3. insentif untuk sukses — yaitu, seberapa besar keinginan orang tersebut untuk berhasil dalam mengerjakan tugas tersebut.

Motif untuk menghindari kegagalan ditentukan oleh tiga pertimbangan yang sama:

  1. kebutuhan untuk menghindari kegagalan, sama seperti kebutuhan untuk mencapai sukses,
  2. perkiraan orang itu tentang kemungkinan kegagalan pada tugas tertentu; dan
  3. nilai insentif kegagalan pada tugas itu, yaitu, betapa tidak menyenangkannya mengalami kegagalan (Atkinson, 1966).

Sebagai penjelas, berikut adalah definisi istiliah-istilah penting dalam teori Achievement Motivation

  • Motivasi Pencapaian (Achievement Motivation) - juga disebut sebagai kebutuhan untuk pencapaian, merupakan penentu penting dari aspirasi, usaha, dan ketekunan ketika seorang individu kana mengevaluasi kinerjanya dalam kaitannya dengan standar kesempurnaan (standard of excellence). Perilaku seperti itu disebut berorientasi pada pencapaian (achievement-oriented).

  • Motivasi - merupakan sebuah “hasutan” kepada diri sendiri untuk mencapai sesuatu dan mereka tahu bahwa dia bertanggung jawab atas hasil dari usaha yang dilakukannya. Disisi lain dia juga telah mengantisipasi, berdasarkan pengetahuan eksplisit yang dipunyainya, akan hasil yang akan diterima, apakah mencapai keberhasilan atau kegagalan. Selain itu, dia juga tahu tingkat risiko dari usahanya, yaitu, adanya ketidakpastian terkait dengan hasil dari usahanya.

    Tujuan dari berorientasi pada pencapaian (achievement-oriented) adalah untuk menjadi berhasil, untuk melakukan segala sesuatu dengan baik dalam kaitannya dengan standar kesempurnaan (standard of excellence) atau dalam persaingan dengan orang lain yang dianggap sebagai kompetitor (McClelland 1961, bab 6; Atkinson 1964).

  • Pencapaian - Pencapaian merupakan hasil gambaran fantasi kita terhadap hasil yang akan kita raih ketika melakukan tugas dengan baik, atau pencarian pengalaman akan kesedihan atau kebahagian yang menjadi satu kesatuan sebagai hasil dari usaha-usaha yang dikeluarkan. (McClelland et al. 1953, bab 4; McClelland et al. 1958)

Pelopor dan Pengembang

McClelland (1961), Atkinson (1968), David Elliot (1996)

Domain

Psikologi, Bisnis, Pendidikan

Variabel-variabel

Sejauh mana seseorang mencapai sebuah motivasi dan bagaimana efek motivasi tersebut pada kinerja mereka.

Acquired needs theory


Acquired needs theory atau biasa dikenal dengan teori kebutuhan McClelland. Teori ini merupakan sebuah model motivasi yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana kebutuhan untuk pencapaian, kekuasaan, dan afiliasi akan mempengaruhi tindakan seseorang, dilhat dari konteks manajerial.

McClelland menyatakan bahwa kita semua memiliki ketiga jenis motivasi tersebut, tanpa memandang usia, jenis kelamin, ras, atau budaya. Jenis motivasi di mana setiap individu didorong berasal dari pengalaman hidup mereka dan pendapat dari budaya mereka.

Teori kebutuhan ini sering didiskusikan pada bidang manajemen atau perilaku organisasi.

Pelopor

David McClelland

Domain

Psikologi, Perilaku Organisasi

Variabel-variabel

Terdapat 3 variabel, yaitu Kebutuhan untuk pencapaian (need for achievement), Kekuatan (power) dan Afiliasi (affiliation).

Adam Equity Theory


Teori Ekuitas fokus pada persepsi seseorang tentang keadilan sehubungan dengan suatu hubungan. Selama pertukaran sosial, seorang individu menilai rasio dari apa yang didapatkan dari sebuah hubungan dengan apa yang didapatkan didalam hubungan tersebut dan juga terkait dengan rasio dari apa yang orang lain dapatkan dalam hubungan tersebut dibandingkan dengan apa yang dia berikan ke dalam hubungan tersebut.

Teori Ekuitas berpendapat bahwa jika orang tersebut merasakan adanya ketidaksetaraan, di mana rasio output / input yang mereka dapat kurang dari atau lebih besar dari apa yang mereka perkiraan rasio output / input orang lain dalam hubungan tersebut, maka orang tersebut kemungkinan akan menjadi tidak nyaman atau tertekan.

Misalnya, terdapat seorang karyawan yang mendapatkan kenaikan gaji dan karyawan lainnya “dia anggap” mendapatkan kenaikan gaji yang lebih besar untuk jumlah pekerjaan yang sama, karyawan pertama akan mengevaluasi perubahan ini, merasakan ketidaksetaraan, dan akan menjadi tidak nyaman atau tertekan.

Tetapi, jika situasinya sedemikian rupa sehingga karyawan pertama merasa bahwa karyawan lainnya tersebut diberi kenaikan gaji yang lebih besar serta diberi lebih banyak tanggung jawab dan lebih banyak pekerjaan, maka karyawan pertama dapat mengevaluasi perubahan, menyimpulkan bahwa tidak ada kerugian dalam status kesetaraan, dan tidak menolak perubahan tersebut.

Teori ini dapat digunakan untuk penelitian explanation dan dan prediksi.

Pelopor

John Stacey Adams (1963, 1965)

Domain

Bisnis Sistem Informasi, Kepemimpinan, Perilaku Organisasi, Keadilan Organisasi, Pemasaran, kebijakan dan Psikologi.

Hubungan dengan Teori Lainnya

ARCS Motivation Model, Cognitive Dissonance Theory, Expectancy Theory, Herzberg’s Two-Factor Theory (Motivation-Hygiene Theory), Maslow’s Hierarchy of Needs.

Variabel-variabel

Variabel dependen (tergantung) : Individu distress

Variabel independent (bebas) :

  • Persepsi seseorang tentang usaha yang mereka berikan (input) didalam suatu hubungan.
  • Persepsi seseorang tentang hasil yang mereka dapat (output) mereka dari suatu hubungan.
  • Persepsi seseorang tentang usaha yang diberikan (input) dari orang lain dalam hubungan tersebut.
  • Persepsi seseorang terhadap hasil yang didapat (output) dari orang lain dalam hubungan tersebut.

Alschulers 6-Step Process


Approach-Avoidance Motivation


ARCS Motivation Model


Model Motivasi ARCS berasal pada tahun 1979 dan didasarkan pada teori harapan-nilai (expectancy-value theory), yang mengasumsikan bahwa orang akan termotivasi untuk terlibat dalam kegiatan jika mereka merasa ada harapan positif untuk sukses dan jika kegiatan tersebut terkait dengan kepuasan kebutuhan mereka . Dalam bentuk aslinya, kedua kategori tersebut -harapan dan nilai- diperluas menjadi luas yaitu menjadi minat, relevansi, harapan dan hasil. Setelah beberapa tahun melakukan penelitian dan mengaplikasikan teori tersebut, model asli tersebut dirubah menjadi model ARCS, yang mencakup empat kondisi: perhatian, relevansi, keyakinan, dan kepuasan (Keller, 1984, 1987a). "

ARCS Model of Motivational Design

Model ARCS dari John M. Keller dapat dilihat disini. Model dan Desain motivasi ARCS dapat digambarkan sebagai berikut (R V, Zakaria, N, & El-Figuigui, H. (2004)),

  • Perhatian - Attention

    • Perceptual Arousal (A-PA) (misalnya, kejadian yang tidak konsisten atau tidak terduga, humor, kebaruan)

    • Enquiry Arousal (A-IA) (mis., Pertanyaan, aktivitas pemecahan masalah)

    • Variabilitas (A-V) (mis., Perubahan kecepatan, format, atau media)

  • Relevansi - Relevance

    • Orientasi Sasaran - Goal Orientation (R-GO) (misalnya, Spesifikasi tujuan pembelajaran, nilai sekarang, dan penggunaan pembelajaran di masa mendatang)

    • Motive Matching (R-MM) (misalnya, konten dan contoh yang terkait dengan pembelajaran dan pengalaman sebelumnya, model peran positif, pilihan pembelajaran)

    • Keakraban - Familiarity (R-F) (misalnya, bahasa dan contoh yang konkret dan familier)

  • Kepercayaan - Confidence

    • Persyaratan Pembelajaran - Learning Requirements (C-LR) (misalnya, kriteria yang ditetapkan dengan jelas untuk pembelajaran atau kinerja yang sukses)

    • Peluang Kesuksesan - Success Opportunities (C-SO) (mis., Tantangan yang dapat dicapai, peluang praktik)

    • Kontrol Pribadi - Personal Control (C-PC) (mis., Kontrol bersama atas kecepatan atau jumlah konten yang disajikan)

  • Kepuasan- Satisfaction

    • Konsekuensi Alami - Natural Consequences (S-NC) (mis., Peluang untuk segera menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru diperoleh dalam pengaturan nyata atau simulasi)

    • Konsekuensi Positif - Positive Consequences (S-PC) (mis., Memberikan umpan balik positif dan bantuan yang akan mempertahankan perilaku yang diinginkan, imbalan yang tidak diharapkan)

    • Keadilan - Equity (S-E) (misalnya, mempertahankan standar yang konsisten dan, konsekuensi untuk pencapaian pembelajaran).

Pelopor

Professor John Keller - Florida State University

Domain

Pendidikan, Pendidikan Jarak Jauh

Variabel-variabel

  • Perhatian (Attention) - Perlu stimulasi & variasi - rasa ingin tahu, kebosanan, gairah
  • Relevansi (Relevance) - Keinginan untuk memuaskan motif dasar - kebutuhan, motif-motif, atraksi
  • Keyakinan (Confidence) - Keinginan untuk merasa atribusi yang kompeten dan terkendali, ekspektasi, self-efficacy
  • Kepuasan (Satisfaction) - Keinginan untuk merasa baik terhadap diri sendiri - motivasi intrinsik, insentif ekstrinsik, kesetaraan

Aristotle’s Seven Causes


Variabel-variabel

Setiap tindakan pasti disebabkan oleh tujuh penyebab berikut ini ; Kesempatan, Sifat alami, Kebiasaan, Alasan, Kemarahan, Tekanan atau Paksaan dan Selera (Appetite).