Apa saja tahapan dalam persalinan?

Persalinan

Persalinan adalah proses alamiah dimana terjadi dilatasi servik, lahirnya bayi dan plasenta dari rahim ibu.

Apa saja tahapan dalam persalinan ?

Setiap persalinan memiliki 3 tahap berikut:

  • Tahap I diawali dengan kontraksi (perut berasa kencang & keras) untuk mulai membuka leher rahim dan berakhir dengan terbukanya leher rahim. Jika ibu hamil untuk pertama kalinya, tahap ini akan berakhir sekitar 10-20 jam atau lebih. Pada ibu dengan kehamilan kedua dan seterusnya, hanya berakhir sekitar 7-10 jam. Lamanya tahap ini dapat bervariasi.

  • Tahap II diawali dengan pembukaan leher rahim dan diakhiri dengan lahirnya bayi. Tahap ini lebih mudah dibandingkan dengan tahap I, dan tidak memakan waktu lebih dari 2 jam.

  • Tahap III diawali dengan kelahiran bayi dan diakhiri dengan keluarnya plasenta (ari-ari).

Tahap I: Pembukaan leher rahim


Untuk memastikan persalinan berjalan dengan baik, sebaiknya dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:

  1. Berapa lama ibu mengalami kontraksi dan seberapa sering kontraksi itu muncul? Pada awalnya, kontraksi muncul setiap 10 atau 20 menit dan kemudian muncul tiap menit bahkan kurang dari itu. Setelah beberapa waktu, kontraksi tersebut akan muncul lebih cepat, sekitar tiap 2 sampai 5 menit, dan berhenti lebih lama, sekitar 1 ½ menit sampai bayi dilahirkan. Jika ibu mengalami kontraksi tiap 10 menit atau kurang selama lebih dari 12 jam dan bayi tetap tidak bisa dilahirkan, bacalah bagian ‘persalinan lama’.

  2. Apakah selaput ketubannya sudah pecah?
    Jika selaput ketuban sudah pecah, tanyakan kapan. Jika pecahnya selaput ketuban sudah lebih dari 1 hari, bacalah bagian ‘selaput ketuban pecah dan persalinan tidak berlangsung dalam beberapa jam berikutnya’. Jika air ketuban berwarna hijau atau kecoklatan, bacalah ‘air ketuban hijau atau kecoklatan’.

  3. Apakah posisi kepala bayi berada di bagian bawah rahim?
    Rabalah perut ibu. Jika bayi dalam posisi lintang atau bokongnya berada di bagian bawah rahim, anda harus membawanya ke Rumah Sakit terdekat.

Anda juga dapat membantu ibu hamil tersebut dengan menenangkan hatinya bahwa dia baik-baik saja dan memberikan semangat kepadanya untuk:

  • Tetap aktif. Jalan-jalan di sekitar tempat bersalin akan membantu pembukaan leher rahim. Hal ini juga dapat mengurangi rasa sakit dan membuat ibu hamil merasa lebih tenang.

  • Makan makanan ringan/kecil, bukan makanan berat/banyak atau makanan yang berminyak

  • Minum cairan yang mengandung gula dan teh hangat sebanyak yang dia mau.

  • Sering buang air kecil

  • Tarik napas panjang dan dalam selama kontraksi berlangsung dan bernapas seperti biasa jika tidak sedang kontraksi.

  • Tidak mengedan sampai dia merasakan ada dorongan kuat yang mengharuskan dirinya untuk mengedan.

Selama proses persalinan, bairkan ibu hamil memilih posisi yang diinginkan. Selama bertahun-tahun, banyak dokter dan bidan meminta ibu hamil untuk berbaring, tetapi posisi ini akan mempersulit proses persalinan. Sarankan ibu hamil untuk mencoba berbagai posisi yang nyaman untuk dirinya. Banyak ibu hamil merasakan lebih mudah untuk mengeluarkan bayinya dengan posisi berlutut dengan tangan dan lutut sebagai tumpuan, jongkok, atau berbaring dengan kedua kaki diangkat mendekati dada.

Tahap II: melahirkan bayi


Tanda-tanda dimana ibu harus mulai untuk mengedan ( berarti leher rahim sudah terbuka):

  • Ibu merasakan dorongan kuat untuk mengedan. Dia merasakan seperti ingin buang air besar.
  • Selama kontraksi berlangsung, Anda dapat melihat bokong ibu mencembung dan juga melihat kepala bayi pada liang vagina yang terbuka. Di antara kontraksi yang terjadi, pada awalnya kepala bayi akan kembali masuk ke dalam.

Apa yang harus dilakukan:

  • Tetap mendampingi ibu setiap saat dan menenangkan dia bahwa dia dan bayinya baik-baik saja.
  • Tiap kontraksi akan muncul dengan kekuatan untuk mendorong bayi keluar. Ketika ibu merasakan adanya dorongan, tarik napas panjang dan mengedan seperti akan buang air besar, tetapi dengan seluruh kekuatannya. Beberapa ibu merasa sangat terbantu jika mereka berteriak saat mengedan.
  • Pastikan semuanya berjalan dengan baik dan siap untuk melahirkan bayi. Jika ibu
    sudah mengedan lebih dari 2 jam, bacalah ‘persalinan lama’.

Melahirkan kepala bayi

Jika kepala bayi sudah berada pada liang vagina, bahkan di antara 2 kontraksi rahim, inilah saatnya untuk mengeluarkan kepala bayi tersebut:

  1. Beritahu ibu untuk tidak mengedan terlalu kuat, tetapi berikanlah sedikit dorongan saja.
  2. Biarkan kepala bayi keluar dengan sendirinya di antara kontraksi. Hal ini akan membantu mencegah robekan jalan lahir.
  3. Ketika kepala bayi sudah keluar, usaplah mulut dan hidung bayi dengan kain bersih.

image

Melahirkan bahu bayi

Untuk membantu melahirkan bahu bayi:

  1. Peganglah kepala bayi dengan lembut dan masukkan tangan mengarah pada punggung ibu (menjauhi perut ibu). Tindakan ini akan mampu mengeluarkan bahu depan. Jangan menarik atau memutar kepala bayi.
  2. Bagian bahu yang lain akan keluar dengan lebih mudah. Anda harus bersiap- siap agar bayi tidak jatuh.

Merawat bayi baru lahir

Bayi yang sehat akan mulai bernapas, menggerakkan tangan dan kakinya, dan menangis spontan. Untuk merawat bayi yang baru lahir:

  • Usap bagian mulut dan hidung dengan kain bersih. Untuk membantu pengeluaran lendir, usahakan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya. Jika terdapat lendir yang cukup banyak, bersihkan dengan menggunakan alat penyedot (suction).

  • Berikan bayi kepada ibunya dengan segera. Letakkan kain bersih pada ibu dan bayinya. Lakukan tindakan ini sesegera mungkin agar bayi tetap hangat.

  • Segera posisikan bayi pada payudara ibu. Ketika bayi mulai menghisap, rahim ibu akan berkontraksi dan perdarahan akan berhenti. Hal ini juga dapat membantu plasenta keluar lebih cepat.

  • Ikat dan potong tali pusat jika sudah berwarna putih dan berhenti berdenyut. Untuk mencegah tetanus, penyakit berat yang dapat mematikan banyak bayi, potong tali pusat dekat dengan tubuh bayi.

Untuk memotong tali pusat:

  1. Jika tali pusat berhenti berdenyut, buatlah 2 ikatan pada tali pusat tersebut. Ikatan pertama berjarak 2 jari dari tubuh bayi dan ikatan kedua berjarak 2 jari lebih jauh dari ikatan pertama.

    image

  2. Potong tali pusat di antara 2 ikatan tersebut dengan pisau cukur baru. Jika Anda harus menggunakan alat lain, pastikan bahwa alat itu sudah direbus selama 20 menit.

    image

    Ikat tali pusat pada 2 tempat yang berbeda sebelum dipotong. Kemungkinan bayi terkena tetanus akan lebih besar jika pemotongan tali pusat dilakukan jauh dari tubuh bayi.

PENTING! Untuk mencegah tetanus dan infeksi lain, tali pusat dan alat-alat lain yang menyentuhnya harus dalam keadaan bersih. Jangan pernah meletakkan bahan kotor atau kotoran hewan pada pangkal tali pusat tersebut !

Perawatan mata bayi

Infeksi Gonorrhoea dapat menyebabkan kebutaan. Karena banyak ibu hamil tidak menyadari adanya infeksi tersebut dalam dirinya, berikan saja obat mata pada bayi yang baru dilahirkan tersebut : oleskan 1% tetrasiklin, eritromisin, atau kloramfenikol salep mata pada kedua mata segera setelah kelahiran, maksimal 1 jam setelah kelahiran bayi.

Bukalah kelopak mata bayi bagian bawah untuk mengoleskan salep mata di dalamnya. Kurang baik untuk mengoleskan salep tersebut di luar mata.

Tahap III: pengeluaran plasenta


Jika bayi sudah dibalut dengan kain dan berada di payudara ibu, inilah saat dimana plasenta akan keluar.

Amati vagina apakah tali pusat menjadi lebih panjang atau tidak. Jika menjadi lebih panjang berarti plasenta sudah terlepas dari dinding rahim. Amati juga apakah terjadi perdarahan banyak atau tidak. Jika tali pusat memanjang, mintalah ibu untuk mengedan untuk pengeluaran plasenta. Anda tidak diperbolehkan untuk menarik tali pusat tersebut.

Jika plasenta tetap tidak bisa keluar secara spontan dan tidak ada perdarahan, Anda masih bisa menunggu sampai 1 jam ke depan.

Untuk membantu pengeluaran plasenta:

  • Posisikan ibu dalam posisi jongkok dan kemudian mengedan. Jika ibu tidak bisa mengedan, mintalah ia untuk meniup ke dalam botol, bersin, atau batuk.
  • Mintalah ibu untuk buang air kecil.
  • Usahakan bayi untuk menghisap ASI (Air Susu Ibu) atau mintalah bantuan seseorang untuk memijat puting susu. Hal ini akan membantu kontraksi rahim.
  • Jika semuanya tidak berhasil, berikan 10 mg oksitosin di bokong atau paha ibu.

Mengecek kelengkapan plasenta

Biasanya plasenta keluar seluruhnya, tetapi terkadang juga ada bagian-bagian yang tertinggal di dalam rahim. Kondisi ini akan menyebabkan perdarahan atau infeksi. Untuk memastikan bahwa seluruh bagian plasenta sudah keluar, periksalah bagian atas dan bawah plasenta, dan juga selaput ketubannya.

Menurut Sarwono (2005), persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

  1. Kala I (kala pembukaan)

    Kala satu persalinan adalah permulaan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan serviks yang progresif yang diakhiri dengan pembukaan lengkap (10 cm) pada primipara kala I berlangsung kira-kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira-kira 7 jam.
    Terdapat 2 fase pada kala satu, yaitu :

    1. Fase laten

      Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif, yang umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentasi mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali.

    2. Fase aktif

      Merupakan periode waktu dari awal kemajuan aktif pembukaan menjadi komplit dan mencakup fase transisi, pembukaan pada umumnya dimulai dari 3 -4 cm hingga 10 cm dan berlangsung selama 6 jam. Penurunan bagian presentasi janin yang progresif terjadi selama akhir fase aktif dan selama kala dua persalinan.
      Fase aktif dibagi dalam 3 fase, antara lain :

      (1) Fase akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

      (2) Fase dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm
      (3) Fase deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap (Prawirohardjo, 2005).

      Pada kala I tugas penolong adalah mengawasi dan menanamkan semangat kepada ibu bahwa proses persalinan adalah fisiologis tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong.

      Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalan- jalan. Jika berbaring, sebaiknya ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan harus berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indiksi, karena setiap pemeriksaan akan membawa infeksi, apalagi jika dilakukan tanpa memperhatikan sterilitas. Pada kala pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya dan hanya akan menghabiskan tenaga ibu. Biasanya, kala I berakhir apabila pembukaan sudah lengkap sampai 10 cm.

  2. Kala II (kala pengeluaran janin)

    Depkes RI (2002), beberapa tanda dan gejala persalinan kala II adalah Ibu merasakan ingin meneran bersamaan terjadinya kontraksi, Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rectum atau vaginanya, perineum terlihat menonjol , vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka, peningkatan pengeluaran lendir darah.

    Pada kala II his terkoordinir, kuat, cepat dan lama, kira- kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadi tekanan pada otot -otot dasar panggul yang secara reflektoris timbul rasa mengedan, karena tekanan pada rectum, ibu seperti ingin buang air besar dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his kepala janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang. Dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala dengan diikuti seluruh badan janin. Kala II pada primi : 1½ - 2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2002). Pada permulaan kala II, umumnya kepala janin telah masuk P.A.P ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri. Apabila belum pecah, ketuban harus dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat, lalu timbulla his mengedan. Penolong harus telah siap untuk memimpin persalinan.
    Ada 2 cara ibu mengedan:

    1. Posisi berbaring sambil merangkul merangkul kedua pahanya dengan kedua lengan sampai batas siku. Kepala diangkat sedikit hingga dagu mengenai dada. Mulut dikatup.

    2. Dengan sikap seperti diatas, tetapi badan miring ke arah terdapatnya punggung janin dan hanya satu kaki yang dirangkul, yaitu yang sebelah atas. Apabila kepala janin telah sampai di dasar panggul, vulva mulai terbuka (membuka pintu), rambut kepala kelihatan. Setiap kali his, kepala lebih maju, anus terbuka, perinium meregang. Penolong harus menahan perinium dengan tangan kanan beralaskan kain kasa atau kain doek steril supaya tidak terjadi robekan (ruptur perinei). Pada primigravida, dianjurkan melakukan episiotomi.

    Episiotomi dilakukan jika perinium menipis dan kepala janin tidak masuk lagi ke dalam vagina, yaitu dengan jalan mengiris atau menggunting perinium. Ada 3 arah irisan, yaitu medialis, mediolateralis dan lateralis. Tujuan episiotomi adalah supaya tidak terjadi robekan perinium yang tidak teratur dan robekan pada m. spinchter ani yang jika tidak dijahit dan dirawat dengan baik akan menyebabkan inkontinensia alvi. Selanjutnya yaitu Ekspresi Kristeller dengan mendorong fundus uteri sewaktu ibu mengedan, tujuanya membantu tenaga ibu untuk melahirkan kepala (jarang digunakan karena dapat menyebabkan ruptur uteri, atonia uteri, trauma organ-organ dalam perut, dan solusio plasenta.

    Ketika perinium meregang dan menipis, tangan kiri penolong menekan bagian belakang kepala janin ke arah anus, tangan kanan di perinium. Dengan ujung-ujung jari tangan kanan, dicoba mengait dagu janin untuk di dorong pelan- pelan ke arah simfisis. Dengan pimpinan yang baik dan sabar, lahirlah kepala dengan ubun-ubun kecil (suboksiput) di bawah simfisis sebagai hipomoklion, kemudian secara berturut-turut tampaklah bregma (ubun-ubun besar), dahi, muka dan dagu. Perhatikan apakah tali pusat melilit leher, kalau ada, lepaskan. Kepala akan mengadakan putaran ke salah satu paha ibu. Lahirkan bahu depan dengan menarik kepala ke arah anus (bawah), lalu bahu belakang dengan menarik pelan- pelan ke arah simfisis (atas). Melahirkan badan, bokong, dan kaki lebih mudah, yaitu dengan mengait kedua ketiak janin.

    Bayi baru lahir yang sehat dan normal akan segera menangis, menggerakkan kaki dan tanganya. Bayi diletakkan dengan kepala lebih rendah, kira-kira membuat sudut 30 derajat dengan bidang datar. Mulut dan hidung dibersihkan, dan lendir diisap dengan pengisap lendir, tali pusat di klem pada 2 tempat: 5 dan 10 cm dari umbilikus, lalu digunting diantaranya. Ujung tali pusat pada bayi diikat dengan pita atau benang atau klem plastik sehingga tidak ada pendarahan. Lakukan pemeriksaan ulang pada ibu: kontraksi atau palpasi rahim, kandung kemih penuh atau tidak. Kalau penuh, kandung kemih harus dikosongkan sebab dapat menghalangi kontraksi rahim dan menyulitkan kelahiran uri.

  3. Kala III (pengeluaran plasenta)

    Menurut Depkes RI (2002), tanda-tanda lepasnya plasenta mencakup beberapa atau semua hal dibawah ini: Perubahan bentuk dan tinggi fundus, tali pusat memanjang, semburan darah tiba-tiba.

    Setelah bayi lahir kontraksi rahim istirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uterus setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi tebal 2 kali sebelumnya. Beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran uri. Dalam waktu 5-10 menit plasenta terlepas, terdorong ke dalam vagina akan lahir spontan atau sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5 -30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2002).

    Manajemen aktif kala III meliputi pemberian oksitosin dengan segera, pengendalian tarikan pada tali pusat, dan pemijatan uterus segera setelah plasenta lahir. Jika menggunakan manajemen aktif dan plasenta belum lahir juga dalam waktu 30 menit, periksa kandung kemih dan lakukan kateterisasi, periksa adanya tanda pelepasan plasenta, berikan oksitosin 10 unit (intramuskular) dosis ketiga, dan periksa si ibu dengan seksama dan jahit semua robekan pada serviks dan vagina kemudian perbaiki episiotomi (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).

  4. Kala IV

    Kala pengawasan dimulai dari lahirnya plasenta sampai 1 jam. Periksa fundus uteri setiap 15 menit pad jam pertama dan setiap 20-30 menit selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat massase uterus sampai menjadi keras.

    Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih dan perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 30 menit selama jam kedua. Selain itu perawat juga menganjurkan untuk minum agar mencegah dehidrasi. Higene juga perlu diperhatikan, istirahat dan biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi. Sebagai permulaan dengan menyusui bayi karena menyusui dapat membantu uterus berkontraksi. (Moh. Wildan dan A. Alimul H, 2008).