Apa saja sifat hati manusia menurut Islam?

Hati

Apa saja sifat hati manusia menurut Islam?

2 Likes

Hati bisa terkena konflik batin. Interaksi yang terjadi antara pemenuhan fungsi memahami realita dan nilai-nilai (positif) dengan tarikan potensi negatif melahirkan suatu keadaan psikologis yang menggambarkan kualitas, tipe dan kondisi dari hati itu. Proses pencapaian kondisi hati itu melalui tahapan-tahapan perjuangan ruhaniah, dan dalam proses itu menurut Al-Quran, manusia mempunyai sifat tergesa-gesa, dan berkeluh-kesah.

Manusia yang bersifat tergesa-gesa dilukiskan dalam ayat berikut ini:

“Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepadamu tanda-tanda (azab-Ku). Maka janganlah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera” . QS Al-Anbiyâ‟ [21]: 37

Ayat lainnya adalah:

“Manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia mendoa untuk kebaikan. Adalah manusia bersifat tergesa-gesa” . QS Al-Isrâ‟ [17]: 11

Manusia juga memiliki sifat berkeluh-kesah, firman Allah dalam QS Al-Ma‟ârij [70]: 19-20

“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.

Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah” .

Seorang hamba mesti patuh dan sabar dalam menunggu ketentuan Tuhan, sebagai ganti sifat tergesa-gesa. Manusia sangat tidak pantas meminta Tuhan untuk segera mengabulkan keinginannya. Manusia, sebagai hamba Allah juga harus menghindari sifat suka berkeluh-kesah.

Ia harus selalu sadar, bahwa hidup itu tidak selalu berjalan linier, ada juga jalan berkelok yang tetap harus dilalui. Justeru karena kita pernah sakit, sehat itu terasa berharga; kita bisa merasakan kemudahan, karena sebelumnya kita pernah mengalami kesulitan. Oleh karena itu, manusia harus memiliki iman yang kokoh dalam hatinya agar dapat mengendalikan dua sifat buruknya tersebut.

Referensi

Jejen Musfah, Hati dalam tafsir al-azhar Hamka, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hati itu sifatnya berbolak-balik iaitu apabila syaitan menguasainya dan mengajaknya kepada kejahatan, lalu tersedarlah hati apabila malaikat memaling- kannya daripada syaitan dan begitulah sebaliknya.

Pada masa lainnya, apabila syaitan mengajak hati kepada kejahatan, syaitan yang lain juga mengajak hati untuk melakukan kejahatan yang lain. Begitu juga sekiranya malaikat mengajak mengajak kepada kebaikan, malaikat yang lain juga mengajak kepada kebaikan lain. Boleh jadi hati itu terkadang berbolak balik dalam melakukan di antara dua kejahatan dan di antara dua kebaikan (al-Ghazali 1998).

Firman Allah SWT dalam Surah al-An’am: 110 yang bermaksud:

“Kami bolak-balikkan hati dan pandangan mereka.”

Berbicara berkenaan berbolak-baliknya hati, al-Ghazali (1998) membagi hati kepada tiga jenis:

  1. Hati yang bersih yaitu hati yang dibangunkan dengan keimanan dan ketaqwaan yang kukuh dan penuh dengan akhlak yang terpuji. Hati ini tidak akan mudah terpesona dengan ayat-ayat penipuan daripada syaitan. Hati jenis ini setelah mencapai tahap cemerlang dan bersih daripada kebinasaan, maka akan melahirkan rasa syukur, sabar, takut (khauf), redha, tawakkal dan sebagainya. Hati inilah yang dihadapkan Allah seperti dalam firmannya dalam Surah ar-Ra’d: 28 yang bermaksud:

    “Ketahuilah, bahawa hanya dengan mengingati Allah, hati akan menjadi tenang.”

  2. Hati yang kotor yaitu hati yang terisi dengan hawa nafsu, penuh dengan akhlak yang tercela dan mudah untuk dimasuki syaitan. Hati ini penuh dengan godaan syaitan dan hawa nafsu. Segala tindakan yang terzahir daripada manusia, adalah kesan daripada tunduknya hati kepada hawa nafsu. Hati ini tidak mengenali Tuhannya dan tidak pernah mahu menyembah- Nya.

    Hati seperti ini terdapat dalam firmanNya dalam Surah al-Furqan: 43-44 yang bermaksud:

    “Tiadakah engkau perhatikan orang yang mengambil kemahuan nafsunya menjadi tuhannya? Engkaukah yang menjadi penjaganya? Atau apakah engkau mengira bahawa kebanyakan mereka mendengar atau mengerti? Tidak! Mereka adalah sebagai binatang ternak bahkan lagi sesat lagi jalannya.”

  3. Hati yang sentiasa berbolak-balik diantara kebaikan dan kejahatan. Hati ini terkadang menjadi hati yang bersih yang cenderung kepada cinta Allah, keimanan, keikhlasan dan tawakal kepada-Nya yang mana akhirnya ia memberi ketengangan dan kebahagiaan kepada hati. Namun, pada masa lain menjadi hati yang kotor yang cenderung terhadap cinta kepada nafsu, keinginan, dengki, bangga diri dan membuat kerosakan di muka bumi yang mana ia menyebabkan kehancuran dan kebinasaan.