Apa Saja Perkembangan yang dialami Remaja?

perkembangan remaja

Apa saja perkembangan yang dilalui oleh remaja?

Berikut perkembangan yang dialami oleh remaja, yakni :

1. Perkembangan Fisik Masa Remaja

Papalia & Olds (dalam Jahja, 2012) menjelaskan bahwa perkembangan fisik adalah perubahan-perubahan pada tubuh, otak, kapasitas sensoris, dan keterampilan motorik. Piaget (dalam Papalia & Olds 2001, dalam Jahja, 2012) menambahkan bahwa perubahan pada tubuh ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh, pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi. Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya ialah kematangan. Perubahan fisik otak strukturnya semakin sempurna untuk meningkatkan kemampuan kognitif.

Pada masa remaja itu, terjadilah suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ-organ reproduksi (organ seksual) sehingga tercapai kematangan yang ditunjukkan dengan kemampuan melaksanakan fungsi reproduksi.

Perubahan yang terjadi pada pertumbuhan tersebut diikuti munculnya tanda-tanda sebagai berikut:

  • Tanda-tanda seks primer

Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber. Namun tingkat kecepatan antara organ satu dan lainnya berbeda. Berat uterus pada anak usia 11 atau 12 tahun kira-kira 5,3 gram, pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Sebagai tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah datangnya haid. Ini adalah permulaan dari serangkaian pengeluaran darah, lendir dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang akan terjadi kira-kira setiap 28 hari. Hal ini berlangsung terus sampai menjelang masa menopause. Menopause bisa terjadi pada usia sekitar lima puluhan (Widyastuti dkk, 2009).

  • Tanda-tanda seks sekunder

Menurut Widyastuti dkk (2009) tanda-tanda seks sekunder pada wanita antara lain:

  1. Rambut

Rambut kemaluan pada wanita juga tumbuh seperti halnya remaja laki-laki. Tumbuhnya rambut kemaluan ini terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting.

  1. Pinggul

Pinggul pun menjadi berkembang, membesar dan membulat. Hal ini sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit.

  1. Payudara

Seiring pinggul membesar, maka payudara juga membesar dan puting susu menonjol. Hal ini terjadi secara harmonis sesuai pula dengan berkembang dan makin besarnya kelenjar susu sehingga payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

  1. Kulit

Kulit, seperti halnya laki-laki juga menjadi lebih kasar, lebih tebal, pori-pori membesar. Akan tetapi berbeda dengan laki-laki kulit pada wanita tetap lebih lembut.

  1. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

  1. Otot

Menjelang akhir masa puber, otot semakin membesar dan kuat. Akibatnya akan membentuk bahu, lengan dan tungkai kaki.

  1. Suara

Suara berubah semakin merdu. Suara serak jarang terjadi pada wanita.

Empat pertumbuhan tubuh yang paling menonjol pada perempuan ialah pertambahan tinggi badan yang cepat, menarche, pertumbuhan buah dada, dan pertumbuhan rambut kemaluan (Malina, 1991; Tanner, 1991; dalam Santrock, 2002).

2. Perkembangan Psikis Masa Remaja

Widyastuti dkk (2009) menjelaskan tentang perubahan kejiwaan pada masa remaja. Perubahan-perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah:

  • Perubahan Emosi

Perubahan tersebut berupa kondisi:

  1. Sensitif atau peka misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri, lebih-lebih sebelum menstruasi.

  2. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya. Itulah sebabnya mudah terjadi perkelahian. Suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu.

  3. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih senang pergi bersama dengan temannya daripada tinggal di rumah.

  • Perkembangan intelegensia

Pada perkembangan ini menyebabkan remaja:

  • Cenderung mengembangkan cara berpikir abstrak, suka memberikan kritik.
  • Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.
    Tetapi dari semua itu, proses perubahan kejiwaan tersebut berlangsung lebih lambat dibandingkan perubahan fisiknya.

3. Perkembangan Kognitif Masa Remaja

Perkembangan kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa (Jahja, 2012).

Menurut Piaget (dalam Santrock, 2001; dalam Jahja, 2012), seorang remaja termotivasi untuk memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis mereka. Dalam pandangan Piaget, remaja secara aktif membangun dunia kognitif mereka, di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka. Remaja telah mampu membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibanding ide lainnya, lalu remaja juga mengembangkan ide-ide ini. Seorang remaja tidak saja mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, tetapi remaja mampu mengholah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Kekuatan pemikiran remaja yang sedang berkembang membuka cakrawala kognitif dan cakrawala sosial baru. Pemikiran mereka semakin abstrak (remaja berpikir lebih abstrak daripada anak-anak), logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah), dan idealis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin. Mereka berpikir tentang ciri- ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia); lebih mampu menguji pemikiran diri sendiri, pemikiran orang lain, dan apa yang orang lain pikirkan tentang diri mereka; serta cenderung menginterpretasikan dan memantau dunia sosial (Santrock, 2002).

Masa remaja awal (sekitar usia 11 atau 12 sampai 14 tahun), transisi keluar dari masa kanak-kanak,menawarkan peluang untuk tumbuh – bukan hanya dalam dimensi fisik, tetapi juga dalam kompetensi kognitif dan sosial (Papalia dkk, 2008).

4. Perkembangan Emosi Masa Remaja

Karena berada pada masa peralihan antara masa anak-anak dan masa dewasa, status remaja remaja agak kabur, baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya (Ali & Asrori, 2006).
Semiawan (dalam Ali & Asrori, 2006) mengibaratkan: terlalu besar untuk serbet, terlalu kecil untuk taplak meja karena sudah bukan anak-anak lagi, tetapi juga belum dewasa. Masa remaja biasanya memiliki energi yang besar, emosi berkobar-kobar, sedangkan pengendalian diri belum sempurna. Remaja juga sering mengalami perasaan tidak aman, tidak tenang, dan khawatir kesepian.

Ali & Ansori (2006) menambahkan bahwa perkembangan emosi seseorang pada umumnya tampak jelas pada perubahan tingkah lakunya. Perkembangan emosi remaja juga demikian halnya. Kualitas atau fluktuasi gejala yang tampak dalam tingkah laku itu sangat tergantung pada tingkat fluktuasi emosi yang ada pada individu tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita lihat beberapa tingkah laku emosional, misalnya agresif, rasa takut yang berlebihan, sikap apatis, dan tingkah laku menyakiti diri, seperti melukai diri sendiri dan memukul-mukul kepala sendiri.

Sejumlah faktor menurut Ali & Asrori (2006) yang dapat mempengaruhi perkembangan emosi remaja adalah sebagai berikut:

  • Perubahan Jasmani

Perubahan jasmani yang ditunjukkan dengan adanya perubahan yang sangat cepat dari anggota tubuh. Pada taraf permulaan pertumbuhan ini hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu saja yang mengakibatkan postur tubuh menjadi tidak seimbang. Ketidakseimbangan tubuh ini sering mempunyai akibat yang tak terduga pada perkembangan emosi remaja. Tidak setiap remaja dapat menerima perubahan kondisi tubuh seperti itu, lebih-lebih jika perubahan tersebut menyangkut perubahan kulit yang menjadi kasar dan penuh jerawat. Hormon-hormon tertentu mulai berfungsi sejalan dengan perkembangan alat kelaminnya sehingga dapat menyebabkan rangsangan di dalam tubuh remaja dan seringkali menimbulkan masalah dalam perkembangan emosinya.

  • Perubahan Pola Interaksi dengan Orang Tua

Pola asuh orang tua terhadap anak, termasuk remaja, sangat bervariasi. Ada yang pola asuhnya menurut apa yang dianggap terbaik oleh dirinya sendiri saja sehingga ada yang bersifat otoriter, memanjakan anak, acuh tak acuh, tetapi ada juga yang dengan penuh cinta kasih. Perbedaan pola asuh orang tua seperti ini dapat berpengaruh terhadap perbedaan perkembangan emosi remaja. Cara memberikan hukuman misalnya, kalau dulu anak dipukul karena nakal, pada masa remaja cara semacam itu justru dapat menimbulkan ketegangan yang lebih berat antara remaja dengan orang tuanya.

  • Perubahan Pola Interaksi dengan Teman Sebaya

Remaja seringkali membangun interaksi sesama teman sebayanya secara khas dengan cara berkumpul untuk melakukan aktifitas bersama dengan membentuk semacam geng. Interksi antaranggota dalam suatu kelompok geng biasanya sangat intens serta memiliki kohesivitas dan solidaritas yang sangat tinggi. Pembentukan kelompok dalam bentuk geng seperti ini sebaiknya diusahakan terjadi pada masa remaja awal saja karena biasanya bertujuan positif, yaitu untuk memenuhi minat mereka bersama.

  • Perubahan Pandangan Luar

Ada sejumlah pandangan dunia luar yang dapat menyebabkan konflik-konflik emosional dalam diri remaja, yaitu sebagai berikut:

  1. Sikap dunia luar terhadap remaja sering tidak konsisten. Kadang- kadang mereka dianggap sudah dewasa, tetapi mereka tidak mendapat kebebasan penuh atau peran yang wajar sebagaimana orang dewasa. Seringkali mereka masih dianggap anak kecil sehingga menimbulkan kejengkelan pada diri remaja. Kejengkelan yang mendalam dapat berubah menjadi tingkah laku emosional.
  2. Dunia luar atau masyarakat masih menerapkan nilai-nilai yang berbeda untuk remaja laki-laki dan perempuan. Kalau remaja laki- laki memiliki banyak teman perempuan, mereka mendapat predikat populer dan mendatangkan kebahagiaan. Sebaliknya, apabila remaja putri mempunyai banyak teman laki-laki sering sianggap tidak baik atau bahkan mendapat predikat yang kurang baik. Penerapan nilai yang berbeda semacam ini jika tidak disertai dengan pemberian pengertian secara bijaksana dapat menyebabkan remaja bertingkah laku emosional.
  3. Seringkali kekosongan remaja dimanfaatkan oleh pihak luar yang tidak bertanggung jawab, yaitu dengan cara melibatkan remaja tersebut ke dalam kegiatan-kegiatan yang merusak dirinya dan melanggar nilai-nilai moral.
  • Perubahan Interaksi dengan Sekolah

Pada masa anak-anak, sebelum menginjak masa remaja, sekolah merupakan tempat pendidikan yang diidealkan oleh mereka. Para guru merupakan tokoh yang sangat penting dalam kehidupan mereka karena selain tokoh intelektual, guru juga merupakan tokoh otoritas bagi para peserta didiknya. Oleh karena itu, tidak jarang anak-anak lebih percaya, lebih patuh, bahkan lebih takut kepada guru daripada kepada orang tuanya. Posisi guru semacam ini sangat strategis apabila digunakan untuk pengembangan emosi anak melalui penyampaian materi-materi yang positif dan konstruktif.

1. Pertumbuhan Biologis

Masa remaja atau masa pubertas terjadi sebagai akibat peningkatan sekresi gonadotropin releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus yang diikuti oleh sekuens perubahan dalam sistem endokrin yang kompleks yang melibatkan sistem umpan balik positif dan negatif. Masa pubertas diawali dengan terjadinya aktivasi aksis hipotalamus- hipofisis-gonad dengan peningkatan GnRH menetap. Faktor yang berperan dalam awal masa pubertas yaitu: faktor genetik, nutrisi, dan lingkungan (Batubara, 2010).

Anak perempuan diawali dengan terjadinya peningkatan FSH pada usia 8 tahun lalu diikuti oleh peningkatan LH. Periode selanjutnya FSH akan merangsang sel granulosa untuk menghasilkan estrogen dan inhibilin. Estrogen akan merangsang timbulnya tanda-tanda seks sekunder sedangkan inhibin berperan dalam mengontrol mekanisme umpan balik pada aksis hipotalamus-hipofisis-gonad.

Hormon LH berperan pada proses menarche dan merangsang terjadinya ovulasi. Hormon androgen adrenal (dehidropiandosteron/DHEA) mulai meningkat pada saat awal sebelum pubertas, sebelum terjadi peningkatan gonadotropin. Hormon DHEA mempunyai peran pada proses adrenarke (Batubara, 2010).

2. Perubahan Fisik

Pertumbuhan fisik pada remaja meliputi dua hal yaitu internal dan eksternal. Perubahan internal terdiri dari perubahan alat pencernaan makanan, bertambahnya berat dan ukuran jantung serta paru-paru, kelenjar endokrin bertambah sempurna. Perubahan eksternal meliputi: bertambahnya tinggi badan, lingkar tubuh, ukuran dan panjang lingkar tubuh, ukuran organ seks, dan munculnya tanda seks sekunder (Hurlock, 2011).

Menurut Martin and Colbert (1997) pertumbuhan fisik dapat dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya:

Faktor Internal

  1. Faktor genetik, anak yang orang tuanya bertumbuh tinggi cenderung lebih cepat tumbuh daripada anak dengan orang tuanya yang bertumbuh pendek.

  2. Kematangan.

Faktor Eksternal

  1. Kesehatan, anak yang sering sakit pertumbuhan fisiknya akan terhambat.

  2. Makanan, makanan bergizi akan membuat pertumbuhan anak berlangsung dengan cepat dibandingkan anak yang tidak mendapat asupan makanan bergizi.

  3. Stimulasi lingkungan, individu yang tubuhnya sering dilatih oleh lingkungannya dalam upaya untuk percepatan pertumbuhannya akan berbeda dengan anak yang tidak mendapatkan latihan.

3. Perkembangan Kognitif

Masa remaja merupakan dimana anak berada pada tahap operasional formal, kemampuan penalaran anak berubah dari penalaran secara naluri menjadi penalaran logis dan ilmiah. Pola pikir remaja mulai terjadi perkembangan dimana mereka mulai berpikir secara sistematis dalam memecahkan suatu masalah, mereka dapat menghubungkan sebab dan akibat dari apa yang terjadi (Wong et al., 2009).

Individu berkembang melalui empat tahapan kognitif, yaitu: sensorimotor, pra-operasional motor, operasi konkret, dan operasi formal. Setiap tahapan bergantung pada usia. Hal itulah yang menyebabkan adanya perbedaan cara berfikir. Remaja masuk dalam tahapan operasional formal, dimana remaja akan berpikir secara lebih abstrak, idealis, dan logis (Gunarsa, 2012).

4. Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial pada masa remaja ada pada tahap pencarian identitas diri dan penolakan versus kebingungan peran. Remaja akan berusaha mengembangkan identitas dirinya melalui pencarian identitas dalam kelompok. Pencarian identitas kelompok penting karena remaja membutuhkan penerimaan dan popularitas. Remaja akan berusaha menyesuaikan diri dengan kelompoknya agar mereka dapat diterima dan bias masuk menjadi bagian dalam kelompok tersebut (Wong et al., 2009).

5. Perubahan Emosional

Perkembangan emosi pada remaja dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: perubahan jasmani, perubahan pola interaksi dengan orang tua, perubahan interaksi dengan teman sebaya, perubahan pandangan luar, dan perubahan interaksi dengan sekolah (Ali, 2016). Adanya faktor-faktor diatas menyebabkan adanya perbedaan perkembangan emosi remaja satu dengan yang lainnya.

6. Perubahan Sosial

Perkembangan sosial remaja memiliki karakteristik yang unik yaitu kesadaran akan kesepian dan dorongan untuk bergaul, adanya upaya untuk memilih nilai-nilai sosial, mulai tertarik dengan lawan jenis, dan mulai memilih karir yang akan ditekuni di masa depan (Ali, 2016).

Perkembangan sosial pada masa remaja terlihat dari aktivitasnya dalam membentuk kelompok dengan teman seusianya. Remaja mempunyai dorongan untuk dapat berdiri sendiri dan cenderung ingin memisahkan diri dari orang tua dan lebih suka berkumpul dengan kelompoknya (Wong et al., 2009).