Apa saja Penyebab Munculnya Bid’ah?

Bid’ah

Bid’ah adalah segala sesuatu yang tidak didahului contoh-contoh

Apa saja penyebab munculnya Bid’ah ?

istilah bid’ah mulai muncul dan berkembang dalam masyarakat Islam. Bid’ah digunakan sebagai istilah untuk menghukumi kasus baru yang berkembang dalam masyarakat Islam. Dan masyarakat Islam pun mulai merespon keberadaan bid’ah di tengah-tengah mereka dengan respon yang berbeda-beda.

Tidak diragukan lagi bahwa berpegang teguh dengan al-Kitab dan as-Sunnah adalah kunci keselamatan dari terjerumusnya kepada bid’ah dan kesesatan; dalam al-Qur’an Allah berfirman:

Artinya : dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus. Maka ikutilah Dia. Dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa (Al- An’am: 153).

Rasulullah SAW telah menjelaskan hal itu dalam suatu hadis yang diriwayatkan olehIbnu Mas’ud Ra. Berkata

Rasulullah SAW. Membuat satu garis untuk kita, lalu bersabda: “ini adalah jalan Allah”. Kemudian beliau membuat garis-garis disebelah kanannya dan disebelah kirinya, lalu bersabda: “dan ini adalah beberapa jalan di atas setiap jalan tersebut ada syetan yang senantiasa mengajak manusia kepada jalan tersebut” kemudian beliau membaca ayat: dan bahwa (yang kami perintahkan ) ini adalah jalanku yang lurus maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikiti jalan-jalan (yang lain), (HR. Imam Ahmad, Nasa’i, ad-Darimi dan Ibnu Hatim).

Barangsiapa yang berpaling dari al-Kitab dan as-Sunnah: maka akan selalu terbentur oleh jalan-jalan yang sesat dan bid’ah. Sehingga yang melatarbelakangi penyebab munculnya bid’ah adalah bodoh terhadap hukum- hukum ad-din, mengikuti hawa nafsu, ashabiyah terhadap pendapat orang-orang tertentu, menyerupai dan taqlid (Mengikuti suatu paham yang tidak tau dasarnya) terhadap orang-orang kafir.

Beberapa penyebab munculnya bid’ah didalam masyarakat antara lain :

1. Ketidaktahuan terhadap hukum-hukum ad-din

Semakin panjang zaman dan manusia berjalan menjelajahi atsar- atsar risalah islam : semakin sedikitlah ilmu dan tersebarlah kebodohan, sebagaimana yang telah dijelaskan rasulullah SAW. dalam sabdanya:

“Barang siapa dari kamu sekalian yang masih hidup setelahku, pasti akan melihat banyak perselisihan “. (HR. Abu Daud, at-Tirmidzi).

Dan dalam sabda rasulullah saw juga bersabda,

“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak mengambil (mencabut) ilmu dengan mencabutnya dari semua hambanya, akan tetapi mengambilnya dengan mewafatkan para ulama, sehingga jika tidak ada yang tersisa seorang ulamapun, maka manusia mengangkat pemimpin-pemimpin yang bodoh, mereka ditanya (permasalahan) lalu berfatwa tanpa dibarengi dengan ilmu, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan”. (HR. Bukhari).

Tidak akan ada yang bisa meluruskan bid’ah kecuali ilmu dan para ulama’: maka apabila ilmu dan para ulama telah hilang terbukalah pintu untuk muncul dan tersebarnya bagi para penganut dan yang melestarikannya.

2. Mengikuti Hawa Nafsu

Barang siapa yang berpaling dari al-Kitab dan as-Sunnah pasti mengikuti hawa nafsunya. Sebagaimana firman Allah :

Artinya : Maka jika mereka tidak Menjawab (tantanganmu) ketahuilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim (QS.Al-Qashsash : 50)
.
Allah Ta’ala berfirman

Artinya : Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran. (al-Jatsiyat: 23)

Dan bid’ah itu hanyalah merupakan bentuk nyata hawa nafsu yang diikuti.

3. Fanatisme Terhadap Pendapat Orang-orang Tertentu

Ashabiyah terhadap pendapat orang-orang tertentu dapat memisahkan antara dari mengikuti dalil dan mengatakan yang haq. Allah SWT berfirman

Artinya: dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk (al-Baqarah:170)

Inilah keadaan orang-orang ashabiyah pada saat ini sebagian pengikut-pengikut madzhab, aliran tasawuf serta penyembah-penyembah kubur. Apabila mereka diajak untuk mengikuti al-kitab dan as-Sunnah serta membuang segala sesuatu yang menyelisihi keduanya (al-Kitab dan as-Sunnah) mereka berhujjah (berdalih) dengan madzhab-madzhab, syaikh-syaikh, bapak-bapak, dan nenek moyang.

4. Menyerupai orang-orang kafir

Hal ini merupakan penyebab paling kuat yang dapat menjerumuskan kepada bid’ah, sebagaimana disebutkan dalam hadis Abi Waqid Al-Laitsy berkata:

“kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW. menuju Hunain dan kami baru saja masuk islam (pada waktu itu orang-orang musyrik mempunyai sebuah pohon bidara) sebagai tempat peristirahatan dan tempat menyimpan senjata-senjata mereka yang disebut dzatu anwath. Kami melewati tempat tersebut, lalu berkata: ” Ya Rasulullah buatkanlah untuk kami dzatu anwath sebagaimana mereka memiliki dzatu anwath,

Lalu Rasulullah SAW. bersabda:

“Allahu Akbar ! sungguh ini adalah kebiasaan untuk mereka, dan demi yang jiwaku di tangannya, ucapan kalian itu sebagaimana ucapan Bani Israil kepada Musa AS. Artinya: Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah ilah (berhala) sebagaimana mereka Mempunyai beberapa illah (berhala) ”. (al-A’raf:138) lalu beliau bersabda
:”Sungguh kamu sekalian mengikuti kebiasaan-kebiasaan sebelum kamu”. (HR. Turmudzi).

Di dalam hadis ini disebutkan bahwa menyerupai orang-orang kafir itulah yang menyebabkan Bani Israil dan sebagian para sahabat Nabi SAW. Menuntut sesuatu yang buruk, yakni agar mereka dibuatkan tuhan- tuhan yang akan mereka sembah dan dimintai berkatnya selain Allah Ta’ala. Hal ini yang menjadi realita saat ini.

Sungguh kebanyakan kaum muslimin telah mengikuti orang-orang kafir dalam amalan-amalan bid’ah dan syirik, seperti merayakan hari-hari kelahiran, mengkhususkan beberapa hari atau beberapa minggu (pekan) untuk amalan-amalan tertentu, upacara keagamaan dan peringatan-peringatan, melukis gambar- gambar dan patung-patung sebagai pengingat, mengadakan peringatan hari suka dan duka, bid’ah terhadap jenazah, membuat bangunan di atas kuburan dan lain sebagainya.

Referensi :
  • Firanda Andirja Abidin, Bid’ah Hasanah: Mengenal Bid’ah dan Sunnah (Jakarta: Naasirussunah, 2013).
  • Hasyim Asy’ari, Risalah Ahlu al-Sunnah Wa Al-jama’ah (Yogyakarta: LKPSM, 1999).
  • Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, Bab: Mengikuti Sunnah Menyingkiri Bid’ah, Hadis No.
  • 2.600, dalam Ensiklopedi Kitab Hadis 9 Imam.
  • Al-Bukhari, Shohih Bukhori, bab: Cara dicabutnya ilmu, Hadis No.98, dalam Ensiklopedi kitab 9 Imam.

penyebab munculnya bid’ah didasarkan pada dua sisi yaitu :

  1. Waktu Munculnya Bid’ah:
    Ibnu Taemiyyah berkata: “Ketahuilah, bahwa kebanyakan bid’ah yang berkaitan dengan ilmu dan ibadah, mulai terjadi pada ummat ini di masa akhir dari pemerintahan khulafa’ur rasyidin sebagaimana telah disebutkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam:

    “Barang siapa diantara kamu yang hidup (pada masa itu), maka ia akan banyak menjumpai
    perselisihan, maka ketika itu kamu wajib berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para khulafa’ur rasyidin yang mendapatkan petunjuk setelahku.” Bid’ah yang pertama kali muncul adalah bid’ahnya Qodar (Qodariyyah), bid’ah Irja’ (Murji’ah), bid’ah Tasyyu’ (Syi’ah) dan bid’ah khawarij. Bid’ah-bid’ah ini muncul pada abad kedua, saat itu sebagian sahabat masih ada dan mereka mengingkari para pelakunya. Kemudian setelah itu muncullah bid’ah I’tizal (mu’tazilah), maka terjadilah fitnah antar sesama Umat Islam, sehingga muncullah perbedaan pendapat dan kecendrungan kepada bid’ah dan hawa nafsu, kemudian muncullah bid’ah tasawwuf dan bid’ah membangun kuburan setelah berlalunya tiga masa generasi pertama Islam yang dijamin oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, dan demikianlah semakin waktu berlalu, semakin bertambah dan berkembanglah bid’ah.”

  2. Tempat Munculnya Bid’ah:
    Bid’ah telah muncul di berbagai Negri Islam. Ibnu Taemiyyah berkata: “Daerah-daerah besar yang telah dihuni oleh para sahabat Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam yang telah membuahkan Ilmu dan Iman, ada lima: Mekkah, Madinah, Kufah, Bashra dan Syam, dari sanalah munculnya Al Qu’an, hadits, fiqh, ibadah dan hal-hal lain yang berkaitan dengan masalah keislaman. Dan dari kawasan-kawasan ini pulalah munculnya bid’ah-bid’ah ushuliyah (dalam masalah aqidah) selain Al Madinah An Nabawiyyah.

    Dari Kufah, telah muncul bid’ah tasyyu’ dan irja’, kemudian setelah itu tersebar ke kawasan lain, dari Bashra muncul bid’ah qodar dan mu’tazilah serta kesalah-kesalahan dalam ibadah, kemudian setelah itu tersebar ke kawasan lain, di Syam terjadi bid’ah Nawashib dan Qodar. Adapun Tajahhum (bid’ah jahmiyyah), bid’ah ini muncul dari arah Khurasan dan bid’ah ini adalah bid’ah paling jahat, dan demikianlah munculnya bid’ah sesuai dengan kejauhannya arah dari Kota Kenabian.

    Maka ketika terpecahnya ummat setelah terbunuhnya Usman bin Affan ra, muncullah bid’ah Khawarij (Al Haruriyyah), adapun kota Madinah, ia bersih dari bid’ah ini, sekalipun di dalamnya ada oknum-oknum tertentu yang menyembunyikan aqidahnya, akan tetapi ia hidup dengan penuh kehinanaan, sebagaimana saat itu ada juga beberapa kalangan dari Qodariyyah dll, akan tetapi mereka hidup dalam keadaan tertindas dan terhina, hal ini berbeda dengan keadaan orang-orang Syi’ah dan Murji’ah yang ada di Kufah dan orang-orang Mu’tazilah serta para pelaku bid’ah dalam ibadah di Bashra, serta orang-orang Nawashib di Syam, mereka telah hidup berjaya.

    Di dalam hadits shahih diserbutkan bahwa Dajjal tidak akan masuk ke kota Madinah. Dan bahwa ilmu dan iman terus berkembang di Madinah hingga masa Imam Malik yang hidup di abad keempat. Adapun pada tiga generasi pertama Islam, di Madinah tidak ada satu bid’ahpun yang nampak jelas sebagaimana telah nampak di daerah-daerah lain.”

Dan berikut ini perinciannya:

  1. Bodoh terhadap hukum-hukum Islam, Samakin zaman berlalu dan manusia jauh dari risalah, semakin marak pula kebodohan, hal itu telah disebutkan oleh Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam

    “Barang siapa diantara kalian yang hidup setelahku nanti, maka sungguh ia akan melihat perselisihan yang banyak." Dan sabdanya:

    “Sesungguhnya Allah tidak mengambil ilmu dengan mencabut dan mengangkatnya, akan
    tetapi mengambilnya dengan kematian para ulama, sehingga apabila tidak tertinggal seorang alimpun, manusia menjadikan orang-orang bodoh sebagai peminpin mereka, apabila mereka ditanya, mereka menjawab dengan tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan.” Maka tidak ada yang dapat menghadapi bid’ah kecuali Ilmu dan Ulama, dan apabila hal itu tidak ada, maka bid’ah akan cepat tumbuh dan berkembang."

  2. Mengikuti hawa nafsu, karena bid’ah hanya semata-mata keluar dari hawa nafsu belaka.
    Allah Azza wa Jalla berfirman:

    “Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), ketahuilah bahwa sesunggunya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapatkan petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim.” Dan firman-Nya:

    “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya
    dan Allah membiarkannya sesat berdasatkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran.”

  3. Fanatis dan ta’ashshub bagi golongan dan figur tertentu, sehingga hal itu menghalanginya untuk mengikuti dalil dan kebenaran. Allah Azza wa Jalla berfirman:

    “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ikutilah apa yang telah diturunkan Allah. Mereka menjawab: (Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami. (apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apapun, dan tidak mendapatkan petunjuk?.”

    Dan demikianlah keadaan orang-orang yang ta’ashub hari ini, yang terdiri dari sebagian pengikut madzhab tertentu, orang-orang sufi dan orang-orang yang beribadah kepada kubur, apabila mereka diseru untuk mengikuti Al Qur’an dan As Sunnah, mereka tidak mau menerimanya dan berargumen dengan pendapat guru dan nenek moyang mereka.

  4. Menyerupai orang kafir (tasyabbuh), dan inilah salah satu faktor penyebah terjadinya bid’ah, sebagaimana telah disebutkan dalam hadits Abi Waqid Al Laetsi, ia berkata: “Kami telah keluar bersama Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam menuju Hunain, sedangkan kami waktu itu masih dekat dengan kekafiran. Saat itu orang-orang musyrik memiliki sebuah pohon bidara tempat mengantungkan senjata-senjata mereka yang dinamakan dengan Dzatu Anwath.

    Kemudian kami melaluinya, dan kami berkata: Wahai Rosulullah, jadikalah bagi kami Dzatu Anwath sebagaimana yang mereka miliki. Maka Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam menjawab: “ Allahu Akbar, Itulah kebiasaan yang telah kalian ucapkan. Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sebagaimana telah diucapkan oleh Bani Isarail kepada Musa:

    “Wahai Musa, Jadikanlah tuhan bagi kami sebagaimana tuhan-tuhan mereka. (Musa) menjawab: Sesungguhnya kalian adalah orangorang yang bodoh.” Sungguh kalian akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian.”

    Dari hadits tersebut di atas kita dapat mengetahui bahwa mengikuti orang-orang kafir adalah salah satu penyebab Bani Israil dan beberapa orang dari Sahabat Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengajukan permohonan jelek ini dari nabi mereka, dan demikian pulalah apa yang terjadi hari ini, karena kebanyakan ummat Islam yang terjerumus ke dalam jurang kebid’ahan dan kemusyrikan adalah dikarenakan pengekoran mereka terhadap amalan-amalan orang kafir seperti merayakan Maulid Nabi, upacara hari-hari besar Islam, mengkhususkan hari dan pekan tertentu untuk amalan tertentu, bid’ah-bid’ah kematian dan membangun di atas kubur dll.”