Menurut Emile Durkheim terdapat empat penyebab atau motivasi bunuh diri dalam masyarakat, yaitu egoistic suicide yaitu bunuh diri karena urusan pribadi, altruistic suicide yaitu bunuh diri untuk memperjuangkan orang lain, kemudian jenis bunuh diri yang diakibatkan karena peraturan yang tinggi adalah bunuh diri fatalistik, dan jenis bunuh diri yang diakibatkan karena peraturan yang rendah adalah bunuh diri anomik.
Egoistic
Bunuh diri yang pertama adalah bunuh diri egoistik. Bunuh diri egoistik ini dapat terjadi karena hubungan integrasi diantara kelompok sosial atau masyarakat dengan diri individu manusia.
“Suicide varies inversely with the degree of integration of the social groups of which the individual forms a part” (Durkheim, 1952).
Setiap individu manusia berada pada suatu kelompok sosial atau masyarakat tertentu, dan setiap individu manusia berinteraksi di dalam suatu kelompok sosial masyarakat. Maka bagi Durkheim, suatu tindakan individu manusia ditentukan atau sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya. Individu manusia tidak bisa lepas dari sosial masyarakatnya. Sosial masyarakat yang memiliki sistem sangat berpengaruh terhadap tingkah laku diri individu manusia.
“But society cannot disintegrate without the individual simultanously detaching himself from social life, without his own goals becoming preponderant over those of the community, in a word without his personality tending to surmount the collective personality.” (Durkheim, 1952).
Hubungan antara individu manusia dengan masyarakat adalah sesuatu yang sudah melekat. Masyarakat tidak akan memisahkan diri dari individu manusia, kecuali jika diri individu manusia itu sendiri yang ingin melepaskan keterikatannya dengan kehidupan kelompok sosialnya. Disini individu manusia dianggap memiliki sifat egois, maka dalam jenis bunuh diri disini adalah bunuh diri egoistik. Diri individu manusia memisahkan diri dengan masyarakat atau lingkungan tempat diri individu itu berada. Disini terjadi keregangan hubungan diantara individu dengan masyarakatnya.
“The more weakened the groups to which he belongs, the less he depends on them, the more he consequently depends only on himself and recognize no other rules of conduct than what are founded on his private interest.” (Durkheim, 1952).
Semakin lemahnya keterikatan antara individu dengan masyarakat, maka akan semakin berkurangnya ketergantungan diri individu kepada masyarakat. Maka diri individu manusia akan lebih bergantung pada dirinya sendiri dan menyadari bahwa tidak akan ada peraturan yang akan mengatur tingkah lakunya untuk mencapai apa yang dirinya inginkan. Maka disini akan ada jarak yang sangat jauh diantara diri individu dengan masyarakat.
“If we agree to call this state egoism, in which the individual ego asserts itself to excess in the face of the social ego and at its expense, we may call egoistic the special type of suicide springing from excessive individualism.” (Durkheim, 1952).
Situasi ini dinamakan dengan egoisme, dimana diri individu mansuia menyatakan perbuatan yang diluar batas atau berlebihan tanpa peduli dengan lingkungan masyarakatnya. Dan egoistik ini menjadi salah satu tipe bunuh diri yang berkembang dari diri individu yang mementingkan diri sendiri dan tidak memiliki ikatan hubungan yang dekat dengan lingkungan masyarakat.
Bunuh diri egoistik terjadi akibat menurunnya integrasi yang terjadi dalam suatu masyarakat. Ini adalah jenis bunuh diri yang terjadi di mana tingkat integrasi sosial rendah. Setiap orang hidup bermasyarakat, hidup bergantung dengan orang lain. Ketika manusia bersikap egois dan tidak ada hubungan dekat dengan lingkungannya akan menimbulkan perasaan kesendirian. Ketika seseorang menemukan suatu permasalahan di dalam hidup, tidak ada satupun orang yang membantunya, ia akan merasakan depresi, ia juga akan merasakan kesendirian dan merasa tidak memiliki siapa-siapa di dunia. Salah satu contohnya adalah kedekatan dengan keluarga. Ketika terdapat integrasi yang kuat dalam struktur keluarga, suatu tindakan bunuh diri akan semakin rendah jumlahnya.
Tingkat kedekatan dengan masyarakat disini tidak terbatas pada keluarga saja, kelompok masyarakat yang lain dapat kita lihat dari kelompok agama dan kelompok integratif lain yang melindungi setiap manusia. Tingginya angka bunuh diri egoistis dapat ditemukan dalam masyarakat atau kelompok di mana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas atau dengan lingkungannya. Lemahnya integrasi terhadap lingkungan ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari masyarakat, dan masyarakat bukan pula bagian dari individu.
Bunuh diri egoistik ini memainkan peran emosi dan perasaan yang sangat tinggi. Faktor yang menyebabkan bunuh diri egoistik adalah arus sosial seperti depresi, kesedihan dan kekecewaan. Kekecewaan inilah yang akan melahirkan suatu situasi yang dirasakan oleh manusia sebagai sesuatu yang didominasi oleh perasaan kesia-siaan. Durkheim menyatakan bahwa ada faktor paksaan sosial dalam diri individu untuk melakukan bunuh diri, di mana individu menganggap bunuh diri adalah jalan lepas dari paksaan sosial.
Bunuh diri jenis egoistic ini terjadi karena kurangnya kontrol internal diri. Ketika seseorang dibiarkan untuk mengejar kepentingan pribadi mereka dengan apa yang mereka inginkan, mereka akan merasa ketidakpuasan terhadap dirinya. Mereka akan terus merasakan kurang dan tidak akan pernah merasa cukup. Manusia akan selalu membutuhkan hal yang lebih dan lebih terus menerus. Contoh bunuh diri jenis ini adalah individu yang tidak menikah memiliki tingkat bunuh diri yang lebih tinggi dari pada orang yang menikah. Contoh lain adalah pergaulan anak sekolah yang merasa tidak punya teman dan ditinggalkan dari segala sesuatu dan lingkungan orang-orang sekitarnya. Seorang anak yang dianggap aneh oleh teman-temannya akan memiliki pergaulan yang sempit, dimana dia tidak ditemani oleh teman-temannya, mereka akan terisolasi, diganggu atau digoda oleh orang lain sehingga anak ini akan merasakan depresi dan kesedihan mendalam, merasa kehidupannya sudah tidak lagi berguna dan tidak dibutuhkan oleh lingkungannya.
Contoh lain dari bunuh diri egoistik ini adalah orang kaya yang bunuh diri karena depresi atas lingkungannya yang hanya memanfaatkan dirinya karena harta yang ia miliki. Contoh lain dapat kita temui pada artis atau public figure atau bintang yang meninggal karena bunuh diri egoistic yaitu Marilyn Monroe, Janis Joplin Big Brother, Jim Morrison dari the doors, dan Kurt Cobain dari Nirvana. Mereka semua bunuh diri karena faktor internal dalam dirinya yang merasakan kekecewaan mendalam, depresi dan kesedihan. Kebahagiaan tidak dilihat dari seberapa kaya atau seberapa tenar seseorang dapat dilihat dalam kasus bunuh diri pada artis.
Alturistic
Jenis bunuh diri yang selanjutnya adalah bunuh diri alturistik. Bunuh diri alturistik ini adalah kebalikan dari bunuh diri egoistik. Bunuh diri alturistik ini terjadi karena hubungan individu manusia dengan masyarakat sangat dekat.
Individu manusia memiliki integrasi yang sangat tinggi dengan lingkungan sosialnya.
“If, as we have just seen, excessive individuation leads to suicide, insufficient individuation has the same effects. When man has become detached from society, he encounters less resistance to suicide in himself, and he does so likewise when social integration is too strong.” (Durkheim, 1952).
Kita dapat melihat bahwa terlalu individualistis yang sangat berlebihan akan membawa kita pada suatu tindakan bunuh diri, seperti bunuh diri egoistik. Namun ternyata tidak memiliki sifat individual sama sekali juga akan mengalami hal yang sama. Seseorang yang memiliki kedekatan yang sangat besar dengan lingkungan masyarakat sekitarnya dan tidak memiliki sifat memikirkan dirinya sendiri akan membawa kita pada suatu tindakan bunuh diri juga. Hal ini terjadi ketika seseorang yang memiliki tanggung jawab yang lebih kepada kelompok masyarakatnya, ia akan memiliki pandangan bahwa dirinya adalah untuk orang lain, maka tidak jarang mereka akan merelakan dirinya untuk bunuh diri demi masyarakat. Bunuh diri alturistik ini terjadi ketika hubungan kedekatan individu dengan masyarakat terlalu kuat.
Bunuh diri alturistik terjadi ketika seseorang memiliki integrasi sosial yang sangat besar. Seseorang akan memiliki kesadaran kolektif yang terlalu kuat. Secara harfiah dapat dikatakan bahwa individu terpaksa melakukan bunuh diri untuk orang lain. Ia tidak memikirkan dirinya sendiri dan lebih mementingkan orang lain atau masyarakat.
Orang-orang yang bunuh diri alturistik ini menganggap bahwa kematian adalah pembebasan. Salah satu contohnya adalah bunuh diri massal dari pengikut pendeta Jim Jones di Jonestown, Guyana pada tahun 1978. Beberapa dari orang- orang yang melakukan tindakan bunuh diri mungkin merasa itu adalah tugas mereka untuk melakukan bunuh diri. Contoh lain adalah polisi atau TNI yang mati ketika bertugas membela negara.
“Suicide, accordingly, is surely very common among primitive peoples. There are three categories. First, Suicides of men on the threshold of old age or stricken with sickness. Second, Suicides of women on their husbands’ death. Third, Suicides of followers or servants on the death of their chiefs.” (Durkheim, 1952).
Bunuh diri juga terjadi pada masyarakat primitif. Menurut Durkheim, ada tiga kategori bunuh diri yang terjadi pada masyarakat primitif, yaitu :
-
Pertama adalah bunuh diri yang terjadi pada orang tua yang memiliki kebosanan dan keletihan di dalam kehidupan atau karena serangan sakit yang berkepanjangan.
-
Kedua adalah bunuh diri yang terjadi pada seorang perempuan ketika suaminya meninggal dunia.
-
Ketiga adalah bunuh diri yang terjadi oleh para pengikut setelah kematian pemimpin atau kepala suku mereka.
“Now, when a person kills himself, in all these cases, it is not because he assumes the right to do so but, on the contrary, because it is his duty. If he fails in this obligation, he is dishonored and also punished, usually, by religious sanctions.” (Durkheim, 1952).
Maka ketika seseorang yang melakukan tindakan bunuh diri pada kasus bunuh diri alturistik disini, hal itu bukan karena keinginan dirinya sendiri, tapi justru karena hal itu adalah tugas atau kewajibannya. Jika seseorang telah gagal untuk menjalani kewajibannya, ia akan merasa sangat malu seperti sebuah aib, ia akan merasa dihukum oleh sangsi agama atau kepercayaannya. Maka ketika ia gagal menjalani kewajibannya, ia lebih baik bunuh diri. Ia mengabdikan dan merelakan dirinya untuk orang lain atau masyarakat.
Bunuh diri yang terjadi karena kewajibannya ini juga terjadi di Jepang, disebut juga dengan Harakiri. Bunuh diri ini makin banyak terjadi jika makin banyak harapan yang tersedia, karena dia bergantung pada keyakinan akan adanya sesuatu yang indah setelah hidup di dunia. Ketika integrasi mengendur, seorang akan melakukan bunuh diri karena tidak ada lagi kebaikan yang dapat dipakai untuk meneruskan kehidupannya, begitupun sebaliknya, ketika integrasi menguat, seseorang akan melakukan bunuh diri untuk memenuhi kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat. Sebagian dari mereka menyatakan bahwa mereka melakukan tindakan bunuh diri karena itu merupakan bentuk pengorbanannya.
“…it even happens that the individual kills himself purely for the joy of sacrifice.” (Durkheim, 1952).
Seorang individu manusia melakukan tindakan membunuh dirinya sendiri benar-benar karena sebagai suatu bentuk kesenangan dan juga sebagai bentuk pengorbanannya untuk masyarakat. Seseorang akan lebih merasa dianggap ketika ia melakukan sesuatu untuk masyarakat, dan hal ini terjadi ketika ia memiliki hubungan yang sangat dekat dengan lingkungan sosialnya. Seseorang akan melakukan pengorbanan yang sangat besar untuk masyarakat ketika terjadi hubungan yang sangat dekat antara individu dengan masyarakat, yaitu tindakan bunuh diri tanpa memikirkan dirinya sebagai individu.
Anomic
Bunuh diri anomik ini terjadi ketika regulasi melemah atau ketika tidak adanya aturan yang berlaku di dalam suatu masyarakat.
“Society is not only something attracting the sentiments and activities of individuals with unequal force. It is also a power controlling them. There is a relation between the way this regulative action is performed and the social suicide-rate.” (Durkheim, 1952).
Masyarakat bukan hanya sesuatu yang mengatur perasaan dan tindakan dengan kekuatan yang tidak setara, yaitu masyarakat yang posisinya lebih tinggi daripada individu. Tapi disana juga ada kekuatan yang mengontrol perilaku dan tindakan manusia di dalam suatu masayarakat yang bersifat memaksa, disebut dengan aturan. Maka disini ada hubungan antara peraturan regulatif dengan tindakan bunuh diri.
Bunuh diri anomic ini muncul karena terjadi ketidakstabilan sosial akibat kerusakan standar dan nilai-nilai. Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas terhadap kesenangan. Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi norma lama tidak berlaku lagi sementara norma baru belum dikembangkan atau dapat dikatakan bahwa tidak adanya pegangan hidup.
“It is a well-known fact that economic crises have an aggravating effect on the suicidal tendency.” (Durkheim, 1952).
Krisis ekonomi adalah faktor yang sangat berpengaruh dalam bunuh diri anomic ini. Contohnya adalah bunuh diri dalam situasi depresi ekonomi seperti pabrik yang tutup sehingga para tenaga kerjanya kehilangan pekerjaan, dan mereka lepas dari pengaruh regulatif yang selama ini mereka rasakan.
“So far the increase in poverty from causing the increase in suicide that even fortunate crises, the effect of which is abruptly to enhance a country’s prosterity, affect suicide like economic disasters.” (Durkheim, 1952).
Peningkatan angka kemiskinan yang menyebabkan peningkatan angka bunuh diri ini adalah krisis yang sangat menguntungkan, karena dapat menimbulkan negara mempertinggi kemakmuran pada rakyatnya dan akan mempengaruhi bunuh diri karena bencana ekonomi.
Contoh lainnya seperti booming ekonomi yaitu bahwa kesuksesan yang datang secara tiba-tiba sehingga mengakibatkan individu menjauh dari struktur tradisional tempat mereka sebelumnya melekatkan diri. Orang-orang yang dibebaskan dari norma dasar masyarakat ini seperti tidak memiliki akar pegangan lagi, mereka akan menjadi budak nafsu mereka, dan sebagai hasilnya, menurut pandangan Durkheim, melakukan berbagai tindakan merusak, termasuk bunuh diri dalam jumlah yang lebih besar dari yang biasa.
Fatalistis
Jenis bunuh diri yang keempat adalah bunuh diri fatalistis. Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Dan ketika regulasi ini meningkat dan terlalu kuat, Durkheim menganggap bahwa masa depan individu ditutup dan setiap individu berada dibawah disiplin yang terkesan menindas. Durkheim menggambarkan seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang yang masa depannya telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas dan mereka tidak dapat melakukan hal apapun. Contohnya adalah perbudakan, seorang budak dalam keadaan melankolis dimana melihat bahwa kehidupan mereka tidak dapat berubah dan meningkat akan melakukan tindakan bunuh diri fatalistik. Contoh lain adalah tahanan yang tidak mungkin akan lepas atau kabur.