Apa saja manfaat mempelajari filsafat Islam?

Filsafat Islam

Filsafat adalah ilmu yang berusaha mencari sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala sesuatu berdasarkan pikiran atau rasio. Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.

Apa saja manfaat mempelajari filsafat Islam?

Melihat filsafah secara Islam adalah dengan cara mengawasi dimensi moral, spiritual dan etika dari semua episode dalam filsafah apapun besar atau kecilnya. Inilah mengapa Quran membuat filsafah belajar dalam beberapa hal merupakan tindakan iman dan sumber kebijaksanaan.

Manfaat mengetahui dan memahami filsafah Islam antara lain :

1. Mengetahui Asal Identitas

Kita tidak dapat mengetahui diri kita sendiri tanpa mengetahui dari mana kita berasal. Tidak tahu dari mana kita berasal dari meninggalkan kita tanpa rasa kedewasaan kita. Hilangnya identitas meninggalkan kita tanpa tujuan, seperti kapal tanpa tujuan, atas belas kasihan angin tanpa ampun. Hilangnya identitas ini telah disebutkan dalam Quran sebagai hukuman dari Allah:

Jangan seperti orang yang melupakan Allah, maka Allah membuat mereka melupakan diri mereka sendiri . [Surat Al-Hashr, 59:19]

Orang yang melupakan siapa mereka mungkin lupa siapa mereka seharusnya. Hal ini menyebabkan arogansi. Allah mengingatkan setiap manusia berulang-ulang tentang ‘sejarah’ pribadinya, untuk mengusir mereka dari ketidakpercayaan dan kesombongan mereka:

Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), (37) kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, (38) [Surat Al-Qiyamah, 75: 37-38],

Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! [Surat Yasin, 36:77]

2. Sebagai Sebuah Pengingat

Di Surat Al-Fil dan Surat Quraisy, Allah mengingatkan orang-orang Quraisy atas nikmat-Nya pada mereka di masa lalu, mendorong mereka untuk belajar pelajaran moral dari filsafah mereka:

Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentara bergajah? [Surat Al-Fil 105: 1]

Karena kebiasaan orang-orang Quraisy, (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan. [QS. Quraisy, 106: 1-4]

3. Bahan Renungan Diri

Allah berulang kali memerintahkan umat Islam di dalam Quran untuk mengamati, mempertimbangkan, dan merenungkan pelajaran dari filsafah bangsa-bangsa yang telah berlalu. Menginstruksikan orang-orang Muslim dalam filsafah moral dan spiritual bangsa-bangsa sebelumnya tampaknya menjadi salah satu penekanan utama Quran.

Fakta bahwa mayoritas Pesan Akhir Allah terdiri dari cerita perjuangan moral orang-orang sebelumnya merupakan indikasi pentingnya filsafah belajar, dan mempelajarinya dengan perspektif yang tepat untuk mencari pelajaran filsafat pendidikan islam.

4. Interpretasi Moral-Spiritual

Sementara sejarawan modern memusatkan perhatian pada dimensi filsafah yang berbeda dan menawarkan basis yang berbeda untuk interpretasi filsafah berdasarkan sistem kepercayaan masing-masing, dasar pengisahan Alquran secara tegas bersifat moral dan spiritual.

Dengan kata lain, Allah menuntut kita untuk melihat terlebih dahulu dan terutama aspek moral dari filsafah suatu bangsa. Bangsa-bangsa jatuh, misalnya, bukan karena kegagalan ekonomi, namun karena kegagalan moral-spiritual untuk secara tepat mengeluarkan keadilan ekonomi berdasarkan kepercayaan dan ketaatan yang benar kepada Allah.

Di Surat Al-A’raf, setelah menceritakan beberapa kisah perjumpaan antara nabi-nabi Allah yang benar dan orang-orang yang tidak percaya mereka, Allah merangkum pelajaran dari cerita-cerita ini dengan mengatakan:

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. [Surat Al-A’raf 7:96]

Penyebab jatuhnya bangsa-bangsa jaman dahulu adalah bahwa mereka mengabaikan pelajaran moral dari filsafah nenek moyang mereka, dan berpikir bahwa hal yang sama tidak berlaku bagi mereka:

Kami tidaklah mengutus seseorang nabipun kepada sesuatu negeri, (lalu penduduknya mendustakan nabi itu), melainkan Kami timpakan kepada penduduknya kesempitan dan penderitaan supaya mereka tunduk dengan merendahkan diri.
Kemudian Kami ganti kesusahan itu dengan kesenangan hingga keturunan dan harta mereka bertambah banyak, dan mereka berkata: “Sesungguhnya nenek moyang kamipun telah merasai penderitaan dan kesenangan”, maka Kami timpakan siksaan atas mereka dengan sekonyong-konyong sedang mereka tidak menyadarinya. [Surat Al-A’raf, 7: 94-95]