Apa saja manfaat dan keutamaan menjadi seorang Mualaf ?

Islam

Apa saja manfaat dan keutamaan menjadi seorang Mualaf ?

Sangat beruntung bagi mereka yang telah memeluk agama islam, karena islam merupakan agama Allah SWT. Mengapa dikatakan beruntung? Sebab ketika orang tersebut mengucapkan dua kalimat syahadat, maka sejak saat itu ia adalah seorang muslim dan sejak saat itu pula segala amal perbuatannya akan mulai dihitung dan akan mendapatkan ganjaran dari Allah SWT. Adapun keutamaan menjadi seorang Mualaf diantaranya adalah :

1. Allah SWT akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu

Hal ini sebagaimana Firman Allah SWT dalam Al- Qur’an Surat Al-Anfaal ayat 38 berikut :

“Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi, sesungguhnya akan berlaku (kepada mereka) sunnah (ketetapan Allah) terhadap orang-orang dahulu.”

Dari Amr Bin Ash, Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pernah bersabda :

“Tidakkah engkau tahu bahwa Islam menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya, dan bahwa hijroh menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya bahwa haji menggugurkan (dosa-dosa) sebelumnya.” (HR. Muslim)

Allah SWT akan mencatat segala amal kebaikannya dan akan memberikan ganjaran atas amal yang ia buat tersebut berkali-kali lipat. Sedangkan untuk kejahatan yang telah ia lakukan, maka Allah SWT akan memberikan balasan sesuai dengan perbuatannya kecuali Allah SWT telah mengampuninya.

Hal tersebut sebagaimana sabda Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam berikut ini:

“Jika seorang hamba masuk Islam, lalu Islamnya baik, Allah menulis semua kebaikan yang pernah dia lakukan, dan dihapus darinya semua keburukan yang pernah dia lakukan. Kemudian setelah itu ada qishash (balasan yang adil), yaitu satu kebaikan dibalas sepuluh kali lipat sampai 700 kali lipat. Adapun satu keburukan dibalas dengan sama, kecuali Allah ‘Azza wa Jalla mengampuninya.” (HR. Nasai)

“Apabila seseorang masuk Islam kemudian Islamnya menjadi baik, niscaya Allah akan menghapus segala kejahatan yang telah dilakukan. Setelah itu, ia akan diberi balasan yaitu setiap kebaikannya akan dibalas Allah sepuluh sampai tujuh ratus kali. Sedangkan kejahatannya dibalas (hanya) setimpal kejahatannya itu, kecuali jika Allah memaafkannya.” (HR. Bukhari)

2. Allah SWT akan memberikan Rizki yang cukup bagi mereka yang masuk Islam, dan Allah SWT akan menjadikannya hamba Allah yang qana’ah

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang artinya

“Sungguh telah beruntung orang yang masuk Islam dan dia diberi rezeki yang cukup, dan Allah menjadikannya qana’ah (ridha; menerima) dengan apa yang Dia berikan kepadanya.” (HR. Muslim, Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Majah)

Setelah seseorang menjadi mualaf, hal apakah yang seharusnya diajarkan kepada mereka? Jika dilihat dari sirah Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam, beliau lebih mengutamakan masalah pemahaman aqidah dibandingkan pelaksanaan ibadah ritual. Beliau mengenalkan rukun Iman terlebih dahulu daripada rukun islam. Seorang Mualaf hendaknya belajar untuk mendalami ajaran agam islam serta menjalankan segala kewajiban seorang muslim seperti sholat, berpuasa, membayar zakat, naik haji jika mampu, serta kewajiban yang lainnya.

Apakah setelah masuk islam, seorang mualaf harus mengganti namanya? Jawabnya adalah tidak. Nama merupakan pemberian dari orang tua, dan selama nama yang diberikan tersebut memiliki makna yang baik (bukan nama baptis maupun nama yang mengandung makna kesyirikan), maka nama tersebut tidak perlu diganti.

Fenomena yang berkembang selama ini tentang penggantian nama oleh beberapa mualaf kemungkinan besar dilakukan untuk menunjukkan jati diri mereka yang baru (sebagai seorang muslim) atas hidayah dan ghirah keislaman yang mereka miliki. Tidak ada hukum yang mewajibkan seorang mualaf untuk mengganti namanya dan Rosulullah Sholallahu Alaihi Wassalam pun tidak memerintahkan hal itu. Beliau Shalallahu Alaihi Wassalam hanya memerintahkan agar memberikan nama yang baik serta memanggil saudara muslim dengan gelar atau sebutan yang disukainya.

Sungguh beruntung orang-orang yang telah menerima hidayah dari Allah SWT, lalu mereka memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Mengapa dikatakan beruntung? Karena selama mereka masih berada dalam kekafiran, maka apapun yang ia kerjakan selama di dunia tidak akan mendapatkan balasan kebaikan dari Allah SWT, dikarenakan orang-orang kafir telah mengingkari keimanannya kepada Allah SWT, di mana keimanan kepada Allah SWT merupakan perkara yang mendasar dalam kehidupan seseorang. Dan itu akan menjadikan mereka termasuk ke dalam golongan orang-orang yang merugi.

Allah SWT telah berfirman :

“Barangsiapa yang kafir terhadap keimanan, maka hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang merugi.” (QS. Al-Maidah ayat 5)

Allah SWT juga berfirman :

“Katakanlah, “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya?” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Tuhan mereka dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia. Maka hapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada hari kiamat.” (QS. Al-Kahfi ayat 105)

Dan orang-orang kafir tersebut pada hari kiamat kelak akan menyesali segala perbuatannya. Sebagaimana Firman Allah SWT :

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai apa yang di bumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk menebus diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu) tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.” (QS. Al-Maidah ayat 36)

“Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata), “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin.” (QS. As-Sajadah ayat 12)

Sumber : http://www.mualafcenter.com/tujuan/pengertian-mualaf/