Menurut penelitian para ilmuan Amerika membuktikan bahwa mereka yang mampu memaafkan kondisinya lebih sehat, baik secara jiwa maupun raganya. Orang-orang yang diteliti menyatakan bahwa penderitaan mereka berkurang setelah memaafkan orang yang menyakiti mereka. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa orang-orang yang belajar memaafkan merasa lebih baik, tidak hanya secara batiniah, tetapi juga jasmaniah.
Telah dibuktikan bahwa berdasarkan penelitian, gejala-gejala pada kejiwaan dan tubuh, seperti sakit punggung akibat stres, susah tidur, dan sakit perut sangatlah berkurang pada orang-orang yang memaafkan.
Dr. Frederic Luskin dalam bukunya, Forgive for Good (Maafkanlah demi Kebaikan), menjelaskan sifat pemaaf sebagai resep yang telah terbukti bagi kesehatan dan kebahagiaan. Buku tersebut memaparkan bahwa sifat pemaaf memicu terciptanya keadaan baik dalam pikiran, seperti harapan, kesabaran, dan percaya diri dengan mengurangi kemarahan, penderitaan, lemah semangat, dan stres.
Menurut Dr. Luskin, kemarahan yang dipelihara menyebabkan dampak ragawi yang dapat diamati pada diri seseorang. Dia melanjutkan, memaafkan adalah salah satu perilaku yang membuat orang tetap sehat dan sebuah sikap mulia yang seharusnya diamalkan setiap orang.
Sebuah artikel berjudul “ Forgiveness”, yang diterbitkan Healing Current Magazine edisi bulan september-oktober 1996, menyebutkan bahwa kemarahan terhadap seseorang atau suatu peristiwa menimbulkan emosi negatif dalam diri orang, akibatnya keseimbangan emosional rusak, bahkan kesehatan jasmani juga. Artikel tersebut juga menyebutkan bahwa orang menyadari setelah beberapa saat bahwa kemarahan itu mengganggu mereka, kemudian berkeinginan memperbaiki kerusakan hubungan. Jadi mereka mengambil langkah-langkah untuk memaafkan. Disebut pula bahwa meskipun mereka tahan dengan segala hal itu, orang tidak ingin menghabiskan waktu-waktu berharga dari hidup mereka dalam kemarahan dan kegelisahan, bahkan lebih suka memaafkan diri mereka sendiri dan orang lain.
Semua penelitian itu menenjukkan bahwa kemarahan sebagai sebuah keadaan pikiran yang sangat merusak kesehatan manusia. Di sisi lain,memaafkan meskipun berat, terasa membahagiakan karena sebagai satu bagian dari akhlak terpuji, yang bisa menghilangkan dari segala dampak kemarahan dan membantu orang tersebut menikmati hidup yang sehat, baik secara lahir maupun batin.
Referensi : Janis Abrahms Spring, Michael Spring, How Can I Forgive You; Memaafkan Tanpa Menyisakan Rasa Sakit Hati, Jakarta, TransMedia, 2006.