Apa saja macam-macam teori inflasi?

teori inflasi

Apa saja macam-macam teori inflasi?

Teori Inflasi


1. Teori Kuantitas Uang

Dalam teori kuantitas uang disebutkan bahwa orang memegang uang untuk membeli barang dan jasa sehingga kuantitas uang dalam perekonomian sangat erat hubungannya dengan jumlah uang yang dipergunakan untuk bertransaksi. Hubungan antara transaksi dan uang ditunjukkan dalam persamaan :

M x V = P x Y

Dimana :

M = kuantitas uang

V = perputaran uang (velocity of money)

P = harga

Y = output perekonomian

Dalam teori tersebut diasumsikan bahwa perputaran uang adalah stabil dan output nominal adalah proporsional terhadap persediaan uang. Karena faktor produksi dan fungsi produksi menentukan GDP riil, maka teori kuantitas uang menunjukkan bahwa tingkat harga proporsional terhadap kuantitas uang sehingga tingkat pertumbuhan dalam kuantitas uang menentukan tingkat inflasi.

2. Inflasi Menurut Kaum Monetarist

Friedman menyatakan bahwa uang dan kebijakan moneter berperan penting dalam menentukan aktifitas ekonomi. Argumennya tentang pentingnya arti uang berasal dari teori uang kuantitatif (MV=PY), yang berarti bahwa jumlah uang dalam perekonomian (M) dikalikan jumlah waktu yang digunakan tiap dolar dalam satu tahun untuk membeli barang (V) harus sama dengan output ekonomi yang terjual tahun itu (PY).

Kecepatan uang ini tergantung pada faktor ekonomi seperti suku bunga dan perkiraan inflasi. Selain itu Friedman mengakui bahwa daripada membeli barang, orang lebih suka memegang uang karena alasan lain yaitu karena keamanan atau karena mereka berpikir bahwa harga persedian dan harga aset-aset yang lain mungkin akan turun. Namun studi empiris yang dilakukan Friedman menemukan bahwa faktor-faktor ekonomi ini hanya berdampak kecil pada keceptan dan dampaknya ini cenderung menurun dari waktu ke waktu. Karena kecepatan uang relatif stabil, maka jumlah uang yang berampak pada tingkat aktivitas ekonomi.

Friedman menyatakan bahwa ketika uang berpengaruh pada aktivitas ekonomi dalam jangka pendek, maka uang bisa bersifat netral dan tidak memiliki dampak ekonomis dalam jangka panjang. Ketika ahli ekonomi secara tradisional membedakan inflasi karana dorongan biaya dengan inflasi karena dorongan permintaan, Friedman justru menyatakan bahwa semua inflasi berasal dari terlalu banyaknya permintaan barang ketika uang banyak diciptakan. Oleh sebab itu, inflasi menurut Friedman adalah semata-mata fenomena moneter, satu-satunya solusi masalah inflasi adalah harus mengendalikan pertumbuhan persediaan uang.

Hal ini dapat dilihat dari Grafik 2.1. dimana perekonomian awal berada di pont 1 ketika

output berada pada tingkat alamiah (Yn) dan tingkat harga P1. Jika supply uang meningkat terus selama tahun ini, kurva permintaan agregat akan bergeser ke kanan (AD2). Pada awalnya, untuk waktu yang sangat singkat, keseimbangan ekonomi mungkin pindah ke point 1‟ (interaksi antara kurva AD1 dan AS1), dan output meningkat di atas tingkat alamiah (Y‟) sehingga menyebabkan upah naik dan kurva penawaran agregat akan segera mulai bergeser ke kiri (AS2). Pergeseran kurva AS akan berhenti ketika mencapai AS2, pada saat perekonomian telah kembali ke tingkat output alamiah (kurva AS jangka panjang/LRAS). Pada saat itu, ekuilibrium berada pada poin 2, dan harga meningkat dari P1 ke P2.

Jika uang beredar meningkat pada tahun berikutnya, kurva AD akan bergeser ke AD3 dan kurva AS akan bergeser dari AS2 ke AS3 sehingga keseimbangan perekonomian akan bergerak dari poin 2 ke poin 3, dan harga meningkat dari P2 ke P3. Jika jumlah uang berdear akan meningkat terus, ekonomi akan terus bergerak lebih tinggi diikuti dengan kenaikan harga. Selama jumlah supply uang terus tumbuh, proses ini akan terus berlanjut, dan inflasi akan terjadi.

3. Inflasi Menurut Keynes

Dasar pemikiran model inflasi dari Keynes ini, bahwa inflasi terjadi karena masyarakat ingin hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya, sehingga menyebabkan permintaan efektif masyarakat terhadap barang-barang (permintaan agregat) melebihi jumlah barang-barang yang tersedia (penawaran agregat), akibatnya akan terjadi inflationary gap. Keterbatasan jumlah persediaan barang (penawaran agregat) ini terjadi karena dalam jangka pendek kapasitas produksi tidak dapat dikembangkan untuk mengimbangi kenaikan permintaan agregat. Oleh karenanya sama seperti pandangan kaum monetarist, Keynesian models ini lebih banyak dipakai untuk menerangkan fenomena inflasi dalam jangka pendek.

Dengan keadaan daya beli antara golongan yang ada di masyarakat tidak sama (heretogen), maka selanjutnya akan terjadi realokasi barang-barang yang tersedia dari golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang relatif rendah kepada golongan masyarakat yang memiliki daya beli yang lebih besar. Kejadian ini akan terus terjadi di masyarakat. Sehingga, laju inflasi akan berhenti hanya apabila salah satu golongan masyarakat tidak bisa lagi memperoleh dana (tidak lagi memiliki daya beli) untuk membiayai pembelian barang pada tingkat harga yang berlaku, sehingga permintaan efektif masyarakat secara keseluruhan tidak lagi melebihi supply barang (inflationary gap menghilang).

4. Teori Strukturalis

Teori ini biasa disebut juga dengan teori inflasi jangka panjang, karena menyoroti sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya penawaran bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural ini, pertambahan produksi barang lebih lambat dibandingkan peningkatan kebutuhan masyarakat. Akibatnya penawaran (supply) barang kurang dari yang dibutuhkan masyarakat, sehingga harga barang dan jasa meningkat.

Teori inflasi yang sering digunakan dan cukup terkenal adalah teori kuantitas. Dalam teori kuantitas dikatakan bahwa inflasi sangat dipengaruhi jumlah uang yang beredar. Dalam kenyataannya memang jumlah uang beredar itu sangat berpengaruh terhadap inflasi.