Apa Saja Kritik terhadap Pandangan Psikologi Klasik?

image
Setiap teori akan mendapatkan kritik dari berbagai sudut pandangan, salah satunya juga psikologi klasik.

Apa saja kritik terhadap pandangan psikologi klasik?

Dari sejumlah penelitian psikologi, dapat ditemukan sejumlah kekeliruan psikologi klasik dalam menjelaskan eksistensi perempuan, antara lain:

  1. Psikologi klasik jarang sekali menjadikan perempuan sebagai objek studi karena persoalan perempuan dianggap kurang penting diteliti. Akibatnya pada saat menjelaskan psikologis perempuan dengan membuat pandangan yang sama untuk kedua jenis kelamin itu.
  2. Teori-teori psikologi klasik dibangun dengan menggunakan lakilaki sebagai norma, dan tragisnya norma itu selalu berubah-ubah sesuai dengan selera laki-laki pembuat norma, dan perempuan dituntut harus menyesuaikan dengan norma tersebut. Akibatnya terjadilah salah ukur dalam menjelaskan eksistensi perempuan (mismeasurement of women).
  3. Model penelitian yang digunakan oleh psikologi klasik dalam membangun teori untuk kedua jenis kelamin dengan skala kontinum tunggal (single continum scale). Akibatnya jika perempuan tidak sesuai dengan skala tunggal tersebut, mereka dianggap tidak normal atau mengidap kelainan psikis.
  4. Psikologi klasik mengabaikan faktor sosial dan kultural yang membentuk perilaku perempuan. Akibatnya, stereotype perempuan yang inferior dianggap gambaran perempuan yang sebenarnya, bukan hasil bentukan sosial dan kultural yang selalu berubah dan mengalami kemajuan pesat.
  5. Psikologi klasik menganggap perempuan dan laki-laki disebabkan karena perbedaan anatomi dan fisiologi semata yang secara kodrati tidak berubah. Akibat perbedaan ini, perempuan dimarginalkan.

Demikian pandangan-pandangan misoginis dari psikologi klasik yang memilukan, yang sampai saat ini masih dijumpai. Teori-teori yang dikembangkannya sangat bias gender, memihak, membela, dan mempertahankan kepentingan yang menguntungkan laki-laki. Psikologi feminis menggugat norma patriarkhi yang terkandung dalam ilmu psikologi dengan melihat adanya kesenjangan perilaku, baik yang bersifat struktural maupun kultural, yang mensubordinasikan perempuan dengan dilegitimasi oleh pandangan-pandangan klasik, agama, ideologi negara, melalui suatu sistem pemikiran dan opini.