Apa saja kriteria mental yang tidak sehat?

Bagaimanakah kriteria atau ciri-ciri orang yang mentalnya tidak sehat dilihat dari ilmu psikologi ?

Seseorang atau sekelompok orang yang profil kepribadiannya menyimpang jauh dari kriteria-kriteria mental yang sehat, maka orang atau kelompok-kelompok orang itu dapat dipandang sebagai pribadi-pribadi yang tidak sehat mentalnya, atau dengan kata lain mengalami gangguan mental.

Menurut Zakiah Daradjat, menyatakan bahwa basis sakit mental itu dua macam, yaitu :

  • Pertama, disebabkan adanya kerusakan pada anggota tubuh, misalnya otak, sentral saraf atau hilangnya kemampuan berbagai kelenjar, saraf-saraf atau anggota fisik lainnya untuk menjalankan tugasnya. Hal ini mungkin terjadi karena keracunan akibat minuman keras, obat-obat perangsang atau narkotika, akibat penyakit kotor dan sebagainya.
  • Kedua, disebabkan karena gangguan jiwa yang telah berlarut-larut sehingga mencapai puncaknya tanpa suatu penyelesaian secara wajar, atau dengan kata lain, disebabkan kehilangan keseimbangan mental secara menyeluruh. Akibat suasana lingkungan yang sangat menekan, ketegangan batin dan lain sebagainya.

Dalam ungkapan M. Ustman Najati, gangguan mantal itu disebabkan oleh tiadanya harmoni atau keselarasan antara aspek-aspek material dan spiritual dalam diri manusia.

Menurut Kartini Kartono, dalam bukunya yang berjudul “Hygiene Mental”, ketidaksehatan mental bisa bersumber dari salah satu basis jasmaniah atau basis psikologi, atau bahkan dari keduanya.

  • Basis jasmaniah dari ketidaksehatan mental (penyakit mental) antara lain disebabkan oleh penyakit, keracunan zat-zat yang mengandung racun, proses degenerasi karena usia tua, dan kelainan-kelainan sistem kelenjar.
  • Basis psikologi ketidaksehatan mental adalah ketidakmampuan individu menghadapi realitas, yang membuahkan berbagai konflik mental pada dirinya.

Ciri-ciri atau kriteria jiwa yang tidak sehat adalah :

  • Tidak mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri baik dirinya sendiri, orang lain, maupun lingkungan.
  • Kehidupan kejiwaannya ditandai oleh kegoncangan dan keresahan jiwa yang menyertai rasa bersalah, rasa cemas dan tidak puas.
  • Terjadi konflik kejiwaan misalnya takut dan cemas.

Sesungguhnya frustasi, konflik, dan cemas merupakan suatu rangkaian, yang unsur-unsurnya berkaitan satu sama lainnya.

Frustasi

Frustasi merupakan pernyataan sikap seseorang akibat adanya hambatan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, atau adanya suatu hal yang menghalangi keinginnanya.

Ada berbagai sikap yang ditunjukkan oleh seseorang apabila menghadapi rasa frustasinya, orang yang sehat mentalnya akan dapat menerima frustasi itu untuk sementara, sambil menunggu kesempatan yang memungkinkan untuk mencapai keinginannya. Sebaliknya, orang yang tidak mampu menghadapi rasa frustasi itu, akan berusaha mengatasi dengan caranya sendiri, tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya, misalnya dengan kekerasan.

Konflik

Konflik ini terjadi apabila ada dua macam keinginan yang saling bertentangan atau saling menghalangi

Apabila dalam diri seseorang terdapat dua dorongan atau lebih yang saling bertentangan dan tidak dipenuhi dalam waktu yang bersamaan dapat menyebabkan adanya konflik jiwa pada seseorang. Konflik jiwa ini dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:

  • Pertentangan antara dua hal yang diinginkan tetapi tidak mungkin diambil keduanya;
  • Pertentangan antara dua hal yang berbeda, yang salah satunya sangat diharapkan, sementara satu yang lainnya ingin dihindari.
  • Pertentangan antara dua hal yang tidak diinginkan, yaitu sama-sama tidak disenangi, jika salah satu dihindari maka harus menghadapi hal yang lainnya, yang juga tidak diinginkan.

Kecemasan

Kecemasan adalah luapan berbagai emosi yang menjadi satu. Kecemasan ini terjadi ketika seseorang sedang menghadapi sesuatu yang menekan perasaan dan menyebabkan pertentangan batin dalam dirinya.

Dalam kecemasan terdapat segi yang disadariu seperti rasa takut, terkejut, tidak berdaya, rasa dosa atau bersalah, terancam, dan sebagainya.

Orang yang tidak sehat mentalnya memiliki tekanan-tekanan batin. Dengan suasana batin seperti itu, kepribadian sesorang menjadi kacau, dan mengganggu ketenangannya. Gejala inilah yang menjadi pengganggu ketenangan hidup, yang akan berpengaruh pada kesehatan mentalnya. Biasa disebut juga penyakit jiwa atau gangguan jiwa.

Gangguan jiwa adalah keadaan seseorang yang membuat tidak normal yang disebabkan terganggunya fisik maupun mental atau jiwanya, gangguan jiwa tersebut bukan disebabkan rusaknya bagian anggota badan, meskipun terkadang gejalanya berdampak pada fisik.

Gangguan jiwa terbagi atas beberapa bagian yaitu:

Histeria

Zakiah Daradjat menjelaskan bahwa gangguan jiwa hysteria terjadi akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan perasaan, kegelisahan, kecemasan, dan pertentangan batin. Dalam menghadapi kesukaran itu orang tidak mampu dengan cara yang wajar, lalu melampiaskan tanggung jawab dan lari secara tidak sadar kepada gejala-gejala hysteria yang tidak wajar.

Neurasthenia (perasaan sangat lelah)

Neurasthenia terjadi akibat kepayahan, karena lamanya mengalami konflik jiwa yang menguasainya. Akibat saraf-saraf terpenuhi oleh perubahan-perubahan kimiawi yang terjadi pada makhluk hidup, dan yang pertama diserang adalah alat-alat saraf.

Selajutnya Zakiah Darajat menyatakan bahwa penyakit neurasthenia adalah penyakit payah, orang yang diserangnya akan merasa seluruh badan letih, tidak bersemangat, lekas merasa payah, perasaan tidak enak, sebentar-sebentar ingin marah, sukar mengingat dan memusatkan perhatian, apatis dan acuh tak acuh terhadap segala persoalan, sensitif terhadap cahaya suara, sehingga tidak dapat tidur.

Psychasthenia

Psychasthenia adalah kegoncangan yang bersifat paksaan. Adapun gejala-gejala psychasthenia adalah;

  1. Phobia (penyakit takut), ketakutan tersebut dianggap penyakit tidak wajar, penderita phobia tidak mengetahui sebabnya dan tidak dapat menghindarkan diri daripadanya.
  2. Obsesi dan kompromi adalah penderita dikuasai oleh pikiran-pikiran tertentu.

Menurut Zakiah Daradjat psychasthenia adalah semacam gangguan jiwa yang bersifat paksaan, yang berarti kurangnya kemampuan jiwa untuk tetap dalam keadaan integrasi yang normal. Jadi penderita psychastenia akan merasa takut yang tidak masuk akal, dan tidak dapat menghidarkan diri dari rasa takut tersebut

Skizoprenia

Skizofrenia adalah gangguan mental yang ditandai dengan gangguan proses berpikir dan tanggapan emosi yang lemah. Keadaan ini pada umumnya dimanifestasikan dalam bentuk halusinasi, paranoid, keyakinan atau pikiran yang salah yang tidak sesuai dengan dunia nyata serta dibangun atas unsur yang tidak berdasarkan logika, dan disertai dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan.

Psikosomatik

Psikosomatik berasal dari kata Psiko atau Psyche yang artinya Jiwa, sedang Soma artinya badan, jadi ilmu ini mempelajari kaitan antara jiwa dan badan.

Gangguan psikosomatis atau somatisasi adalah gangguan psikis yang menyebabkan gangguan fisik. Pendek kata, psikosomatik adalah penyakit fisik yang disebabkan oleh pikiran negatif dan/atau masalah emosi. Masalah emosi itu antara lain rasa berdosa, merasa punya penyakit, stress, depresi, kecewa, kecemasan atau masalah emosi negatif lainnya. Gangguan ini tidak hanya terjadi pada orang dewasa, anak-anak pun bisa mengalaminya.

Pikiran seseorang berhubungan dengan gejala fisik. Sebagai contoh, ketika seseorang takut atau cemas dapat memacu detak jantung yang cepat, jantung berdebar, merasa sakit, gemetar (tremor), berkeringat, mulut kering, sakit dada, sakit kepala, dan bernafas cepat. Gejala-gejala fisik tersebut melalui saraf otak mengirim impuls tersebut ke berbagai bagian tubuh, dan pelepasan adrenalin ke dalam aliran darah.

Depresi

Depresi adalah gangguan kejiwaan pada alam perasaan yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketidak gairahan hidup, perasaan tidak berguna, putus asa, dan lain sebagainya. Gejala fisik maupun psikis depresi sama dengan gejala kecemasan sehingga orang yang mengalami stres dapat diartikan bahwa orang itu memperlihatkan berbagai keluhan fisik,kecemasan dan juga depresi.

Ciri khas kondisi depresi adalah perasaan sedih, yang mendalam yang menenggelamkan individu. Kondisi ini umumnya disertai dengan susah beristirahat serta gangguan tidur dan makan. Penderita dipenuhi rasa bersalah dan tidak berharga, serta cendrung cemas dan menyalahkan diri sendiri.

Gejala gangguan psikologis (disebut juga gangguan mental, mental tidak sehat, gangguan jiwa atau psikopatologi) dapat dianalisis dalam berbagai aspek psikologi manusia, menurut Indra Majid dalam website psikoterapis, yang meliputi :

  1. Kesadaran dan kognisi
  2. Emosi / Perasaan
  3. Perilaku Motorik
  4. Proses Berpikir
  5. Persepsi / Penginderaan
  6. Pembicaraan dan Kemampuan Berbahasa
  7. Tilikan dan Daya Nilai Sosial

Gejala Gangguan Psikologis pada Kesadaran dan Kognisi


Gejala Gangguan Mental Pada Kesadaran

Kesadaran adalah suatu kondisi kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam.

Gangguan kesadaran seringkali merupakan pertanda kerusakan organik pada otak. Terdapat berbagai tingkatan kesadaran, yaitu:

  1. Kompos mentis: adalah suatu derajat optimal dari kesigapan mental individu dalam menanggapi rangsang dari luar maupun dari dalam dirinya. Individu mampu memahami apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya serta bereaksi secara memadai.

  2. Apatia: adalah suatu derajat penurunan kesadaran, yakni individu berespon lambat terhadap stimulus dari luar. Orang dengan kesadaran apatis tampak tak acuh terhadap situasi disekitarnya.

  3. Somnolensi: adalah suatu keadaan kesadaran menurun yang cenderung tidur. Orang dengan kesadaran somnolen tampak selalu mengantuk dan bereaksi lambat terhadap stimulus dari luar.

  4. Sopor: adalah derajat penurunan kesadaran berat. Orang dengan kesadaran sopor nyaris tidak berespon terhadap stimulus dari luar, atau hanya memberikan respons minimal terhadap perangsangan kuat.

  5. Koma: adalah derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak dapat bereaksi terhadap rangsang dari luar, meskipun sekuat apapun perangsangan diberikan padanya.

  6. Kesadaran berkabut: suatu perubahan kualitas kesadaran yakni individu tidak mampu berpikir jernih dan berespon secara memadai terhadap situasi di sekitarnya. Seringkali individu tampak bingung, sulit memusatkan perhatian dan mengalami disorientasi.

  7. Delirium: suatu perubahan kualitas kesadaran yang disertai gangguan fungsi kognitif yang luas. Perilaku orang yang dalam keadaan delirium dapat sangat berfluktuasi, yaitu suatu saat terlihat gaduh gelisah lain waktu nampak apatis. Keadaan delirium sering disertai gangguan persepsi berupa halusinasi atau ilusi. Biasanya orang dengan delirium akan sulit untuk memusatkan, mempertahankan dan mengalihkan perhatian.

  8. Kesadaran seperti mimpi (Dream like state): adalah gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari apa yang dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktivitas normal. Perlu dibedakan dengan tidur berjalan (sleep walking) yang akan tersadar bila diberikan perangsangan (dibangunkan), sementara pada dream like state penderita tidak bereaksi terhadap perangsangan.

  9. Twilight state: keadaan perubahan kualitas kesadaran yang disertai halusinasi. Seringkali terjadi pada gangguan kesadaran oleh sebab gangguan otak organik. Penderita seperti berada dalam keadaan separuh sadar, respons terhadap lingkungan terbatas, perilakunya impulsif, emosinya labil dan tak terduga.

Gejala Gangguan Mental Pada Kognisi

Kognisi adalah kemampuan untuk mengenal/mengetahui mengenai benda atau keadaan atau situasi, yang dikaitkan dengan pengalaman pembelajaran dan kapasitas intelegensi seseorang.

Termasuk dalam fungsi kognisi adalah; memori/daya ingat, konsentrasi/perhatian, orientasi, kemampuan berbahasa, berhitung, visual-spatial, fungsi eksekutif, abstraksi dan taraf intelegensi.

Gejala Gangguan Mental Pada Perhatian / Konsentrasi:

Perhatian / Konsentrasi adalah usaha untuk mengarahkan aktivitas mental pada pengalaman tertentu.

Gangguan perhatian meliputi ketidakmampuan memusatkan perhatian, mempertahankan perhatian ataupun mengalihkan perhatian. Pada gangguan kesadaran khususnya pada delirium ketiga ranah perhatian tersebut terganggu.

Terdapat beberapa jenis gangguan perhatian/konsentrasi, yaitu:

  1. Distraktibilitas: adalah ketidakmampuan individu untuk memusatkan dan mempertahankan perhatian. Konsentrasinya sangat mudah teralih oleh berbagai stimulus yang terjadi disekitarnya. Lazim ditemui pada gangguan cemas akut dan keadaan manik.

  2. Inatensi selektif: adalah ketidakmampuan memusatkan perhatian pada obyek atau situasi tertentu, biasanya situasi yang membangkitkan kecemasan. Misalnya seorang dengan fobia tidak mampu memusatkan perhatian pada obyek atau situasi yang memicu fobianya.

  3. Kewaspadaan berlebih: adalah pemusatan perhatian yang berlebihan terhadap stimulus eksternal dan internal sehingga penderita tampak sangat tegang.

Gejala Gangguan Mental Pada Orientasi

Orientasi adalah kemampuan individu untuk mengenali obyek atau situasi sebagaimana adanya.

Sesuai dengan ranah yang terganggu maka dibedakan gangguan orientasi orang, tempat dan waktu.

  • Orientasi personal/orang, yaitu kemampuan untuk mengenali orang yang sudah dikenalnya.

  • Orientasi ruang/spatial, yaitu kemampuan individu untuk mengenali tempat dimana ia berada.

  • Orientasi waktu, yaitu kemampuan individu untuk mengenali secara tepat waktu dimana individu berada.

Gangguan orientasi sering terjadi pada kerusakan organik di otak.

Gejala Gangguan Mental Pada Memori / Daya Ingat

Memori adalah proses pengelolaan informasi, meliputi perekaman – penyimpanan – dan pemanggilan kembali.

Terdapat beberapa jenis gangguan memori/daya ingat, yaitu:

  • Amnesia: adalah ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik di otak, misalnya; pada kontusio serebri. Namun dapat juga disebabkan faktor psikologis misalnya pada gangguan stres pasca trauma individu dapat kehilangan memori dari peristiwa yang sangat traumatis.

    Berdasarkan waktu kejadian, amnesia dibedakan menjadi:

    • Amnesia anterograd, yaitu apabila hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi setelah titik waktu kejadian. Misalnya; seorang pengendara motor yang mengalami kecelakaan, tidak mampu mengingat peristiwa yang terjadi setelah kecelakaan.

    • Amnesia retrograd, yaitu hilangnya memori terhadap pengalaman/informasi sebelum titik waktu kejadian. Misalnya, seorang gadis yang terjatuh dari atap dan mengalami trauma kepala, tidak mampu mengingat berbagai peristiwa yang terjadi sebelum kecelakaan tersebut.

  • Paramnesia: Sering disebut sebagai ingatan palsu, yakni terjadinya distorsi ingatan dari informasi/pengalaman yang sesungguhnya. Dapat disebabkan oleh faktor organik di otak misalnya pada demensia. Namun dapat juga disebabkan oleh faktor psikologis misalnya pada gangguan disosiasi.
    Beberapa jenis paramnesia, antara lain:

    • Konfabulasi: adalah ingatan palsu yang muncul untuk mengisi kekosongan memori. Biasa terjadi pada orang dengan demensia.

    • Deja Vu: adalah suatu ingatan palsu terhadap pengalaman baru. Individu merasa sangat mengenali suatu situasi baru yang sesungguhnya belum pernah dikenalnya.

    • Jamais Vu: adalah kebalikan dari Deja Vu, yaitu merasa asing terhadap situasi yang justru pernah dialaminya.

    • Hiperamnesia: adalah ingatan yang mendalam dan berlebihan terhadap suatu pengalaman

    • Screen memory: adalah secara sadar menutupi ingatan akan pengalaman yang menyakitkan atau traumatis dengan ingatan yang lebih dapat ditoleransi

    • Letologika: adalah ketidakmampuan yang bersifat sementara dalam menemukan kata kata yang tepat untuk mendeskripsikan pengalamannya. Lazim terjadi pada proses penuaan atau pada stadium awal dari demensi.

Berdasarkan rentang waktu individu kehilangan daya ingatnya, dibedakan menjadi:

  1. Memori segera (immediate memory): adalah kemampuan mengingat peristiwa yang baru saja terjadi, yakni rentang waktu beberapa detik sampai beberapa menit

  2. Memori baru (recent memory): adalah ingatan terhadap pengalaman/informasi yang terjadi dalam beberapa hari terakhir

  3. Memori jangka menengah (recent past memory): adalah ingatan terhadap peristiwa yang terjadi selama beberapa bulan yang lalu.

  4. Memori jangka panjang: adalah ingatan terhadap peristiwa yang sudah lama terjadi (bertahun tahun yang lalu)

Gejala Gangguan Psikologis pada Emosi atau Perasaan


Emosi adalah suasana perasaan yang dihayati secara sadar, bersifat kompleks, melibatkan pikiran, persepsi dan perilaku individu. Secara deskriptif fenomenologis emosi dibedakan antara mood dan afek.

Gejala Gangguan Mental Pada Mood

Mood adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.

  1. Mood eutimia: adalah suasana perasaan dalam rentang normal, yakni individu mempunyai penghayatan perasaan yang luas dan serasi dengan irama hidupnya.

  2. Mood hipotimia: adalah suasana perasaan yang secara pervasif diwarnai dengan kesedihan dan kemurungan. Individu secara subyektif mengeluhkan tentang kesedihan dan kehilangan semangat. Secara obyektif tampak dari sikap murung dan perilakunya yang lamban.

  3. Mood disforia: menggambarkan suasana perasaan yang tidak menyenangkan. Seringkali diungkapkan sebagai perasaan jenuh, jengkel, atau bosan.

  4. Mood hipertimia: suasana perasaan yang secara perfasif memperlihatkan semangat dan kegairahan yang berlebihan terhadap berbagai aktivitas kehidupan. Perilakunya menjadi hiperaktif dan tampak enerjik secara berlebihan.

  5. Mood eforia: suasana perasaan gembira dan sejahtera secara berlebihan.

  6. Mood ekstasia: suasana perasaan yang diwarnai dengan kegairahan yang meluap luap. Sering terjadi pada orang yang menggunakan zat psikostimulansia

  7. Aleksitimia: adalah suatu kondisi ketidakmampuan individu untuk menghayati suasana perasaannya. Seringkali diungkapkan sebagai kedangkalan kehidupan emosi. Seseorang dengan aleksitimia sangat sulit untuk mengungkapkan perasaannya.

  8. Anhedonia: adalah suatu suasana perasaan yang diwarnai dengan kehilangan minat dan kesenangan terhadap berbagai aktivitas kehidupan.

  9. Mood kosong: adalah kehidupan emosi yang sangat dangkal,tidak atau sangat sedikit memiliki penghayatan suasana perasaan. Individu dengan mood kosong nyaris kehilangan keterlibatan emosinya dengan kehidupan disekitarnya. Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien skizofrenia kronis.

  10. Mood labil: suasana perasaan yang berubah ubah dari waktu ke waktu. Pergantian perasaan dari sedih, cemas, marah, eforia, muncul bergantian dan tak terduga. Dapat ditemukan pada gangguan psikosis akut.

  11. Mood iritabel: suasana perasaan yang sensitif, mudah tersinggung, mudah marah dan seringkali bereaksi berlebihan terhadap situasi yang tidak disenanginya.

Gejala Gangguan Mental Pada Afek

Afek adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa tubuh).

Afek mencerminkan situasi emosi sesaat.

  1. Afek luas: adalah afek pada rentang normal, yaitu ekspresi emosi yang luas dengan sejumlah variasi yang beragam dalam ekspresi wajah, irama suara maupun gerakan tubuh, serasi dengan suasana yang dihayatinya.

  2. Afek menyempit: menggambarkan nuansa ekspresi emosi yang terbatas. Intensitas dan keluasan dari ekspresi emosinya berkurang, yang dapat dilihat dari ekspresi wajah dan bahasa tubuh yang kurang bervariasi.

  3. Afek menumpul: merupakan penurunan serius dari kemampuan ekspresi emosi yang tampak dari tatapan mata kosong, irama suara monoton dan bahasa tubuh yang sangat kurang.

  4. Afek mendatar: adalah suatu hendaya afektif berat lebih parah dari afek menumpul. Pada keadaan ini dapat dikatakan individu kehilangan kemampuan ekspresi emosi. Ekspresi wajah datar, pandangan mata kosong, sikap tubuh yang kaku, gerakan sangat minimal, dan irama suara datar seperti ’robot’.

  5. Afek serasi: menggambarkan keadaan normal dari ekspresi emosi yang terlihat dari keserasian antara ekspresi emosi dan suasana yang dihayatinya.

  6. Afek tidak serasi: kondisi sebaliknya yakni ekspresi emosi yang tidak cocok dengan suasana yang dihayati. Misalnya seseorang yang menceritakan suasana duka cita tapi dengan wajah riang dan tertawa tawa.

  7. Afek labil: Menggambarkan perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba tiba, yang tidak berhubungan dengan stimulus eksternal.

Gejala Gangguan Psikologis pada Perilaku Motorik


Perilaku adalah ragam perbuatan manusia yang dilandasi motif dan tujuan tertentu serta melibatkan seluruh aktivitas mental individu.

Perilaku merupakan respons total individu terhadap situasi kehidupan. Perilaku motorik adalah ekspresi perilaku individu yang terwujud dalam ragam aktivitas motorik. Berikut ini diuraikan berbagai ragam gangguan perilaku motorik yang lazim dijumpai dalam praktek psikiatri, yaitu:

  1. Stupor Katatonia: penurunan aktivitas motorik secara ekstrim, bermanifestasi sebagai gerakan yang lambat hingga keadaan tak bergerak dan kaku seperti patung. Keadaan ini dapat dijumpai pada skizofrenia katatonik

  2. Furor katatonia: suatu keadaan agitasi motorik yang ekstrim, kegaduhan motorik tak bertujuan, tanpa motif yang jelas dan tidak dipengaruhi oleh stimulus eksternal. Dapat ditemukan pada skizofrenia katatonik, seringkali silih berganti dengan gejala stupor katatonik.

  3. Katalepsia: adalah keadaan mempertahankan sikap tubuh dalam posisi tertentu dalam waktu lama. Individu dengan katalepsi dapat berdiri di atas satu kaki selama berjam jam tanpa bergerak. Merupakan salah satu gejala yang bisa ditemukan pada skizofrenia katatonik.

  4. Flexibilitas cerea: keadaan sikap tubuh yang sedemikian rupa dapat diatur tanpa perlawanan sehingga diistilahkan seluwes lilin.

  5. Akinesia: menggambarkan suatu kondisi aktivitas motorik yang sangat terbatas, pada keadaan berat menyerupai stupor pada skizofrenia katatonik.

  6. Bradikinesia: perlambatan gerakan motorik yang biasa terjadi pada parkinsonisme atau penyakit parkinson. Individu memperlihatkan gerakan yang kaku dan kehilangan respons spontan.

Gejala Gangguan Psikologis pada Proses Berpikir


Gejala gangguan mental pada proses berpikir adalah sebagai berikut:

  1. Proses pikir primer: terminologi yang umum untuk pikiran yang dereistic, tidak logis, magis; secara normal ditemukan pada mimpi, tidak normal seperti pada psikosis

  2. Gangguan bentuk pikir/arus pikir: asosiasi longgar: gangguan arus pikir dengan ide­ide yang berpindah dari satu subyek ke subyek lain yang tidak berhubungan sama sekali; dalam bentuk yang lebih parah disebut inkoherensia.

  3. Inkoherensia: pikiran yang secara umum tidak dapat kita mengerti, pikiran atau kata keluar bersama-sama tanpa hubungan yang logis atau tata bahasa tertentu hasil disorganisasi pikir

  4. Flight of Ideas / lommpat gagasan: pikiran yang sangat cepat, verbalisasi berlanjut atau permainan kata yang menghasilkan perpindahan yang konstan dari satu ide ke ide lainnya; ide biasanya berhubungan dan dalam bentuk yang tidak parah, pendengar mungkin dapat mengikuti jalan pikirnya.

  5. Sirkumstansial: pembicaraan yang tidak langsung sehingga lambat mencapai point yang diharapkan, tetapi seringkali akhirnya mencapai point atau tujuan yang diharapkan, sering diakibatkan keterpakuan yang berlebihan pada detail dan petunjuk­petunjuk.

  6. Tangensial: ketidakmampuan untuk mencapai tujuan secara langsung dan seringkali pada akhirnya tidak mencapai point atau tujuan yang diharapkan.

Gejala Gangguan Psikologis pada Isi Pikir


Di sini yang terganggu adalah buah pikirannya atau keyakinannya dan bukan cara penyampaiannya. Dapat berupa miskin isi pikir, waham, obsesi, fobia, dan lain­-lain.

1. Kemiskinan Isi Pikir

Pikiran yang hanya menghasilkan sedkit informasi dikarenakan ketidakjelasan, pengulangan yang kosong, atau frase yang tidak dikenal.

2. Waham atau Delusi

Satu perasaan keyakinan atau kepercayaan yang keliru, berdasarkan simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan latar belakang budaya pasien, dan tidak bisa diubah lewat penalaran atau dengan jalan penyajian fakta. Jenis-­jenis waham:

  • Waham bizarre: keyakinan yang keliru, mustahil dan aneh (contoh: makhluk angkasa luar menanamkan elektroda di otak manusia)

  • Waham sistematik: keyakinan yang keliru atau keyakinan yang tergabung dengan satu tema/kejadian (contoh: orang yang dikejar­kejar polisi atau mafia)

  • Waham nihilistik: perasaan yang keliru bahwa diri dan lingkungannya atau dunia tidak ada atau menuju kiamat

  • Waham somatik: keyakinan yang keliru melibatkan fungsi tubuh (contoh: yakin otaknya meleleh)

  • Waham paranoid: termasuk di dalamnya waham kebesaran, waham kejaran/persekutorik, waham rujukan (reference), dan waham dikendalikan.

  • Waham kebesaran: keyakinan atau kepercayaan, biasanya psikotik sifatnya, bahwa dirinya adalah orang yang sangat kuat, sangat berkuasa atau sangat besar.

  • Waham kejaran (persekutorik): satu delusi yang menandai seorang paranoid, yang mengira bahwa dirinya adalah korban dari usaha untuk melukainya, atau yang mendorong agar dia gagal dalam tindakannya. Kepercayaan ini sering dirupakan dalam bentuk komplotan yang khayali, dokter dan keluarga pasien dicurigasi bersama­sama berkomplot untuk merugikan, merusak, mencederai, atau menghancurkan dirinya.

  • Waham rujukan (delusion of reference): satu kepercayaan keliru yang meyakini bahwa tingkah laku orang lain itu pasti akan memfitnah, membahayakan, atau akan menjahati dirinya.

  • Waham dikendalikan: keyakinan yang keliru bahwa keinginan, pikiran, atau perasaannya dikendalikan oleh kekuatan dari luar. Termasuk di dalamnya:

    1. thought withdrawal: waham bahwa pikirannya ditarik oleh orang lain atau kekuatan lain

    2. thought insertion: waham bahwa pikirannya disisipi oleh orang lain atau kekuatan lain

    3. thought broadcasting: waham bahwa pikirannya dapat diketahui oleh orang lain, tersiar di udara

    4. thought control: waham bahwa pikirannya dikendalikan oleh orang lain atau kekuatan lain

    5. waham cemburu: keyakinan yang keliru yang berasal dari cemburu patologis tentang pasangan yang tidak setia

    6. erotomania: keyakinan yang keliru, biasanya pada wanita, merasa yakin bahwa seseorang sangat mencintainya

3. Obsesi

Satu ide yang tegar menetap dan seringkali tidak rasional, yang biasanya dibarengi satu kompulsi untuk melakukan suatu perbuatan, tidak dapat dihilangkan dengan usaha yang logis, berhubungan dengan kecemasan.

4. Kompulsi

Kebutuhan dan tindakan patologis untuk melaksanakan suatu impuls, jika ditahan akan menimbulkan kecemasan, perilaku berulang sebagai respons dari obsesi atau timbul untuk memenuhi satu aturan tertentu.

5. Fobia:

Ketakutan patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi berhubungan dengan stimulus atau situasi spesifik yang mengakibatkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus tersebut.

Beberapa contoh di antaranya:

  • Fobia spesifik: ketakutan yang terbatas pada obyek atau situasi khusus (contoh takut pada laba­laba atau ular

  • Fobia sosial: ketakutan dipermalukan di depan publik seperti rasa takut untuk berbicara, tampil, atau makan di depan umum

  • Akrofobia: ketakutan berada di tempat yang tinggi

  • Agorafobia: ketakutan berada di tempat yang terbuka

  • Klaustrofobia: ketakutan berada di tempat yang sempit

  • Ailurofobia: ketakutan pada kucing

  • Zoofobia: ketakutan pada binatang

  • Xenofobia: ketakutan pada orang asing

  • Fobia jarum: ketakutan yang berlebihan menerima suntikan

Gejala Gangguan Psikologis pada Persepsi


Persepsi adalah sebuah proses mental yang merupakan pengiriman stimulus fisik menjadi informasi psikologis sehingga stimulus sensorik dapat diterima secara sadar.

Beberapa contoh gangguan persepsi:

  1. Depersonalisasi: satu kondisi patologis yang muncul sebagai akibat dari perasaan subyektif dengan gambaran seseorang mengalami atau merasakan diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata atau khayali (asing, tidak dikenali)

  2. Derealisasi: perasaan subyektif bahwa lingkungannya menjadi asing, tidak nyata

  3. Ilusi: satu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal yang nyata

  4. Halusinasi: persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal yang nyata; menghayati gejala­gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata.

    Jenis­-jenis halusinasi:

    • halusinasi hipnagogik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika mulai jatuh tertidur, secara umum bukan tergolong fenomena patologis

    • halusinasi hipnapompik: persepsi sensorik keliru yang terjadi ketika seseorang mulai terbangun, secara umum bukan tergolong fenomena patologis

    • halusinasi auditorik: persepsi suara yang keliru, biasanya berupa suara orang meski dapat saja berupa suara lain seperti musik, merupakan jenis halusinasi yang paling sering ditemukan pada gangguan psikiatri

    • halusinasi visual: persepsi penglihatan keliru yang dapat berupa bentuk jelas (orang) atau pun bentuk tidak jelas (kilatan cahaya), sering kali terjadi pada gangguan medis umum

    • halusinasi penciuman: persepsi penghidu keliru yang seringkali terjadi pada gangguan medis umum

    • halusinasi pengecapan: persepsi pengecapan keliru seperti rasa tidak enak sebagai gejala awal kejang, seringkali terjadi pada gangguan medis umum

    • halusinasi taktil: persepsi perabaan keliru seperti phantom libs (sensasi anggota tubuh teramputasi), atau formikasi (sensasi merayap di bawah kulit)

    • halusinasi somatik: sensasi keliru yang terjadi pada atau di dalam tubuhnya, lebih sering menyangkut organ dalam (juga dikenal sebagai cenesthesic hallucination)

    • halusinasi liliput: persepsi keliru yang mengakibatkan obyek terlihat lebih kecil (micropsia)

Gejala Gangguan Psikologis pada Tilikan

Tilikan adalah kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi (termasuk di dalamnya dari gejala itu sendiri).

Dalam arti luas, tilikan sering disebut sebagai wawasan diri, yaitu pemahaman seseorang terhadap kondisi dan situasi dirinya dalam konteks realitas sekitarnya. Dalam arti sempit merupakan pemahaman pasien terhadap penyakitnya. Tilikan terganggu artinya kehilangan kemampuan untuk memahami kenyataan obyektif akan kondisi dan situasi dirinya. Jenis-­jenis tilikan:

  1. Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya

  2. Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya

  3. Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya

  4. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak memahami penyebab sakitnya

  5. Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor­-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya

  6. Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan.