Apa saja komponen dari Triangular Theory of Love?

komponen dari Triangular Theory of Love

Sternberg (1987) memformulasikan sebuah model berkenaan dengan cinta. Teori ini dinamakan sebagai Triangular Theory of Love

Apa saja komponen dari Triangular Theory of Love ?

1 Like

theory pf love

Cinta merupakan suatu emosi positif yang paling intens dan paling diinginkan oleh setiap orang. Kelley (dalam Sternberg, 1987) mendefinisikan cinta sebagai:

positive feeling and behaviors, and commitment to the stability of the force that affect an ongoing relationship .” (Kelley, dalam Sternberg, 1987)

Menurut definisi di atas, cinta adalah suatu perasaan dan tingkah laku yang positif, serta komitmen yang dimiliki seseorang guna menjaga kestabilan perasaan dan tingkah lakunya yang dapat mempengaruhi hubungan yang sedang dijalani. Untuk memahami dan menguraikan cinta secara mendalam, Sternberg (1987) memformulasikan sebuah model berkenaan dengan cinta. Teori ini dinamakan sebagai Triangular Theory of Love atau teori triangulasi cinta yang menjelaskan bahwa cinta dapat dipahami melalui tiga komponen yaitu intimacy , Passion , dan commitment .

Komponen Intimacy


Menurut Sternberg (1987), intimacy refer to those feelings in a relationship that promote closeness, bondedness, and connectedness . Keintiman mengacu pada perasaan-perasaan dalam suatu hubungan yang dapat meningkatkan kedekatan, keterikatan, dan pertalian antara orang-orang di dalamnya. Komponen keintiman meliputi juga perasaan yang dapat menimbulkan kehangatan dalam hubungan percintaan.

Sternberg & Grajek (dalam Sternberg, 1987) mengidentifikasikan sepuluh komponen intimacy dalam cinta:

  • Memiliki keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan pasangan.
  • Merasa bahagia dan menikmati saat-saat menyenangkan dengan orang yang dicintai.
  • Menghormati dan menghargai pasangan dengan baik.
  • Dapat mengharapkan dan mengandalkan pasangan saat dibutuhkan.
  • Saling mengerti dan memahami kelebihan atau kekurangan satu sama lain.
  • Berbagi diri, waktu, kepemilikan, dan rahasia bersama dengan orang yang dicintai.
  • Merasa mendapat dukungan dan dorongan dari pasangan.
  • Berempati dan memberikan dukungan emosional pada orang yang dicintai kapanpun dibutuhkan.
  • Dapat berkomunikasi secara intim, mendalam, dan terbuka mengenai perasaan-perasaan terdalam dengan orang yang dicintai.
  • Menilai dan menganggap penting orang yang dicintai.

Selain itu, berdasarkan penelitian mengenai sejumlah tingkah laku yang tergolong dalam cinta romantis, Sternberg dan Barnes (dalam Sternberg, 1987) menemukan tiga subdimensi yang dapat lebih menjelaskan komponen intimacy . Ketiga subdimensi ini mengacu pada perbedaan level keintiman. Subdimensi pertama mengacu pada semua perilaku yang umumnya muncul dalam hubungan intim, sementara subdimensi kedua mengacu pada aspek-aspek khusus yang baik bagi individu. Selanjutnya, pada subdimensi ketiga mengacu pada hal yang lebih dalam lagi, yaitu aspek-aspek pada intimacy yang dapat menjadikan suatu hubungan spesial atau unik, di mana suatu pasangan sudah sangat dekat dan selalu merasakan kebersamaan meskipun terpisah jauh.

Komponen Passion


Passion adalah suatu kondisi yang secara intens membuat kita selalu ingin bersatu dengan orang yang dicintai (Hatfield & Walster, dalam Sternberg 1987). Menurut Sternberg (1987), Passion is largely the expression of desires and needs—such as for self-esteem, nurturance, affiliation, dominance, submission, and sexual fulfillment. Passion merupakan ekspresi dari berbagai keinginan dan kebutuhan, seperti penghargaan diri, kedewasaan, kebutuhan dalam pertalian, keinginan untuk berkuasa dan menuruti kehendak penguasa, serta pemenuhan kebutuhan seksual. Secara sederhana, komponen ini mengacu pada dorongan yang mengarah pada romansa, ketertarikan fisik, dan kepuasan seksual. Ekspresi dari berbagai kebutuhan ini berbeda antara satu individu dengan individu yang lain, sehingga Passion antara dua individu yang bercinta mungkin akan berbeda pula.

Kebanyakan orang hanya menghubungkan Passion dengan kebutuhan seksual, padahal tidak hanya sekedar itu. Kebutuhan lain seperti harga diri, afiliasi, dominasi, dan lain sebagainya juga berkontribusi dalam Passion . Tidak dapat dipungkiri bahwa Passion dalam cinta cenderung berhubungan dengan intimacy . Sebagai contoh, hasrat seksual dapat muncul karena adanya keintiman, atau sebaliknya, pemenuhan hasrat seksual yang baik akan menghasilkan keintiman. Dengan demikian, kedua komponen ini hampir selalu berinteraksi satu sama lain dalam hubungan dekat.

Komponen Commitment


Harold Kelley (dalam Sternberg, 1987) mendefinisikan komitmen sebagai “ the extent to which a person is likely to stick with something or someone and see it (or him or her) through to finish ”. Komitmen merupakan tingkat yang memungkinkan seseorang untuk ‘melekat’ atau ‘terpaut’ pada sesuatu atau seseorang, dan menjaga hal tersebut hingga selesai. Seseorang yang menjalankan sesuatu diharapkan terus melakukannya hingga sasarannya tercapai. Permasalahan yang mungkin terjadi adalah bahwa pasangan yang bercinta memiliki pandangan yang berbeda tentang apa yang harus dicapai, sehingga dapat terjadi komitmen yang berbeda antara satu individu dengan pasangannya.

Sternberg (1988) menyebutkan bahwa komponen keputusan/komitmen memiliki dua aspek, yaitu short-term (keputusan) dan long-term (komitmen). Aspek short-term adalah keputusan untuk mencintai orang tertentu, sedangkan long-term adalah komitmen untuk mempertahankan cinta tersebut. Kedua aspek dari komponen keputusan/komitmen ini tidak harus terjadi bersamaan. Keputusan untuk bercinta tidak harus mengimplikasikan komitmen dalam bercinta, dan sebaliknya komitmen tidak mengimplikasikan keputusan. Namun demikian, keputusan hendaknya mendahului komitmen.