Apa saja klasifikasi Trauma Okuli?

trauma okuli

Apakah ada pembagian pada trauma okuli? Berdasarkan apa saja klasifikasi tersebut dibentuk? Apa saja perbedaan cedera jenis satu dengan jenis yang lain?

Menurut BETT (Kuhn, 2002). Pembagian trauma pada mata dibagi menjadi 2 berdasarkan keadaan bola mata, yaitu closed globe dan open globe.

  1. Closed Globe:

    • Kontusio
      Tidak terdapat luka pada permukaan bola mata

    • Laserasi Lamellar
      Terdapat luka pada bola mata

  2. Open Globe:

    • Ruptur
      Luka pada bola mata bukan hanya pada tempat yang bersentuhan dengn arah trauma, namun juga pada lokasi lainnya.

    • Laserasi
      Luka pada bola mata pada lokasi terkena trauma

      • Penetrans
        Terjadi luka masuk atau prolaps isi mata

      • Perforans
        Terjadi luka masuk dan luka keluar, seringkali karena benda tajam

      • Intra Ocular Foreign Body
        Disebabkan oleh adanya benda asing yang melukai bola mata

Sumber:
BETT

trauma okuli

Trauma okuli adalah tindakan sengaja maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata atau cedera yang terjadi pada mata yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bola mata, kelopak mata, saraf mata, dan rongga orbita. Kerusakan ini akan memberikan penyulit sehingga mengganggu fungsi mata sebagai indra penglihat.

Trauma mata merupakan kasus gawat darurat mata, Perlukaan yang ditimbulkan dapat ringan sampai berat atau menimbulkan kebutaan bahkan kehilangan mata.

Trauma mata dapat dibagi maenjadi:

I. Trauma Mekanik:

  1. Trauma tumpul (contusio oculi)
  2. Trauma tajam (perforasi trauma)

II. Trauma Fisika

  1. Trauma radiasi sinar inframerah
  2. Trauma radiasi sinar ultraviolet
  3. Trauma radiasi sinar X dan sinart terionisasi

III. Trauma Kimia

  1. Trauma asam
  2. Trauma basa

Trauma pada mata dapat mengenai jaringan seperti kelopak mata, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan orbita secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata.

I. Trauma Mekanik


1. Trauma tumpul
Trauma pada mata yang diakibatkan benda yang keras atau benda tidak keras dengan ujung tumpul, dimana benda tersebut dapat mengenai mata dengan kencang atau lambat sehingga terjadi kerusakn pada jaringan bola mata atau daerah sekitarnya.

Trauma tumpul biasanya terjadi karena aktivitas sehari-hari ataupun karena olah raga. Biasanya benda-benda yang sering menyebabkan trauma tumpul berupa bola tenis, bola sepak, bola tenis meja, shuttlecock dan lain sebagianya. Trauma tumpul dapat bersifat Counter Coupe, yaitu terjadinya tekanan akibat trauma diteruskan pada arah horisontal di sisi yang bersebrangan sehingga jika tekanan benda mengenai bola mata akan diteruskan sampai dengan makula.

  • Hematoma Kelopak
    Hematoma palpebra merupakan pembengkakan atau penibunan darah di bawah kulit kelopak akibat pecahnya pembuluh darah palpebra.

    Gambaran klinis
    Hematoma kelopak merupakan kelainan yang sering terlihat pada trauna tumpul kelopak. Bila perdarahan terletak lebih dalam dan mengenai kedua kelopak dan berbentuk seperti kacamata hitam yang sedang dipakai, maka keadaan ini disebut hematoma kacamata. Henatoma kacamata terjadi akibat pecahnya arteri oftalmika yang merupakan tanda fraktur basis kranii. Pada pecahnya arteri oftalmika maka darah masuk kedalam kedua rongga orbita melalui fisura orbita.

  • Edema konjungtiva
    Jaringan konjungtiva yang bersifal lendir dapat menjadi kemotik pada setiap kelainan termasuk akibat trauma tumpul.

    Gambaran klinis
    Edema konjungtiva yang berat dapat mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap konjungtivanya.

  • Hematoma subkonjungtiva
    Hematoma subkonjungtiva terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat dibawah konjungtiva, seperti arteri konjungtiva dan arteri episklera. Pecahnya pembuluh darah ini bisa akibat dari batu rejan, trauma tumpul atau pada keadaan pembuluh darah yang mudah pecah.

    Gambaran klinis
    Bila perdarahan ini terjadi akibat trauma tumpul maka perlu dipastikan tidak terdapat robekan di bawah jaringan konjungtiva atau sklera. Pemeriksaan funduskopi perlu dilakukan pada setiap penderita dengan perdarahan subkonjungtiva akibat trauma tumpul.

  • Edema kornea

    Gambaran klinis
    Edema kornea dapat meberikan keluhan berupa penglihatan kabur dan terlihatnya pelangi sekitar bola lampu atau sumber cahaya yang dilihat. Kornea akan terlihat keruh dengan uji plasedo yang positif.

  • Erosi kornea
    Erosi kornea merupakan keadaan terkelupasnya epitel kornea yang dapat mengakibatkan oleh gesekan keras pada epitel kornea.

    Gambaran klinis
    Pada erosi pasien akan merasa sakit sekali akibat erosi merusak kornea yang mempunyai serat sensibel yang banyak, mata berair, fotofobia dan penglihatan akan terganggu oleh media yang keruh. Pada korne akan terlihat adanya defek efitel kornea yang bila diberi fuorosein akan berwarna hijau.

  • Erosi kornea rekuren
    Erosi rekuren biasanya terjadi akibat cedera yang merusak membran basal atau tukak metaherpetik. Epitel akan sukar menutup dikarenakan terjadinya pelepasan membran basal epitel kornea sebagai sebagai tempat duduknya sel basal epitel kornea.

  • Iridoplegia
    Kelumpuhan otot sfingter pupil yang isa diakibatkan karena trauma tumpul pada uvea sehingga menyebabkan pupi menjadi lebar atau midriasis.

    Gambaran klinis
    Pasien akan sukar melihat dekat karena gangguan akomodasi dan merasakan silau karena gangguan pengaturan masuknya cahaya ke pupil. Pupil terlihat tidak sama besar atau anisokoria dan bentuk pupil dapat menjadi ireguler. Pupil biasanya tidak bereaksi terhadap sinar.

  • Hifema
    Hifema adalah darah di dalam bilik mata depan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul sehingga merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.

    Gambaran klinis
    Pasien akan mengeluh sakit disertai dengan epifora dan blefarospasme. Penglihatan pasien akan sangat menurun dan bila pasien duduk hifema akan terlihat terkumpul dibagian bawah bilik mata depan dan dapat memenuhi seluruh ruang bilik mata depan. Zat besi di dalam bola ata dapat menimbulkan siderosis bulbi yang bila didiamkan ftisis bulbi dan kebutaan.

  • Iridosiklitis
    Yaitu radang pada uvea anterior yang terjadi akibat reaksi jaringan uvea pada post trauma.

    Gambaran klinis
    Pada mata akan terlihat mata merah, akbat danya darah yang berada di dalam bilik mata depan maka akan terdapat suar dan pupil mata yang mengecil yang mengakibatkan visus menurun.
    Sebaiknya pada mata diukur tekanan bola mata untuk persiapan memeriksa fundus dengan midriatika.

  • Subluksasi Lensa
    Subluksasi Lensa adalah lensa yang berpindah tempat akibat putusnya sebagian zonula zinn ataupun dapat terjadi spontan karena trauma atau zonula zinn yang rapuh (sindrom Marphan).

    Gambaran klinis
    Pasien pasca trauma akan mengeluh penglihatan berkurang. Gambaran pada iris berupa iridodonesis. Akibat pegangan lensa pada zonula tidak ada, maka lensa akan menjadi cembung dan mata akan menjadi lebih miopi. Lensa yang cembung akan membuat iris terdorong ke depan sehingga bisa mengakibatkan terjadinya glaukoma sekunder.

  • Luksasi Lensa Anterior
    Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa masuk ke dalam bilik mata depan.

    Gambaran klinis
    Pasien akan mengeluh penglihatan menurun mendadak. Muncul gejala-gejala glaukoma kongestif akut yang disebabkan karena lensa terletak di bilik mata depan yang mengakibatkan terjadinya gangguan pengaliran keluar cairan bilik mata. Terdapat injeksi siliar yang berat, edema kornea, lensa di dalam bilik mata depan. Iris terdorong ke belakang dengan pupil yang lebar.

  • Luksasi Lensa Posterior
    Yaitu bila seluruh zonula zinn di sekitar ekuator putus akibat trauma sehingga lensa jatuh ke dalam badan kaca dan tenggelam di dataran bawah fundus okuli.

    Gambaran klinis
    Pasien akan mengeluh adanya skotoma pada lapang pandangnya karena lensa mengganggu kampus. Mata menunjukan gejala afakia, bilik mata depan dalam dan iris tremulans.

  • Edem Retina
    Edem Retina adalah terjadinya sembab pada daerah retina yang bisa diakibatkan oleh trauma tumpul.

    Gambaran klinis
    Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun.

  • Ablasi Retina
    Yaitu terlepasnya retina dari koroid yang bisa disebabkan karena trauma. Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadinya ablasi retina. Seperti adanya retinitis sanata, miopia dan proses degenerasi retina lainnya.

    Gambaran klinis
    Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput yang seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.

  • Ruptur Koroid
    Ruptur biasanya terletak pada polus posterior bola mata dan melingkar konsentris di sekitar apil saraf optik, biasanya terjadi perdarahan subretina akibat dari ruptur koroid.
    Bila ruptur koroid terletak atau mengenai daerah makula lutea maka akan terjadi penurunan ketajaman penglihatan

  • Avulasi saraf optik
    Saraf optik terlepas dari pangkalnya di dalam bola mata yang bisa diakibatkan karena trauma tumpul.

    Gambaran klinis
    Penderita akan mengalami penurunan tajam penglihatan yang sangat drastis dan dapat terjadi kebutaan.

2. Trauma Tembus


Trauma tembus pada mata dapat diakibatkan oleh benda tajam atau benda asing lainya yang mengakibatkan terjadinya robekan jaringan-jarinagan mata secara berurutan, misalnya mulai dari palpebra,kornea, uvea sampai mengenai lensa…

Gambaran klinis

Bila trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing lainya masuk kedalam bola mata maka akan mengakibatkan tanda-tanda bola mata tembus seperti :

  • Tajam penglihatan yang menurun
  • Tekanan bola mata yang rendah
  • Bilik mata dangkal
  • Bentuk dan letak pupil yang berubah
  • Terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera
  • Terdapat jaringan yang prolaps, seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca atau retina
  • Konjungtivis kemotis

II. Trauma Fisika


1. Trauma Sinar Inframerah

Sinar inframerah dapat mengakibatkan kerusakan pada lensa, iris dan kapsul disekitar lensa. Hal ini terjadi karena sinar yang terkumpul dan ditanglap oleh mata selama satu menit tanpa henti akan menagkibatkan pupil melebar dan terjadi kenaikan suhu lensa sebanyak 9 derajat selsius, sehingga mengakibatkan katarak dan eksfoliasi pada kapsul lensa. Sinar inframerah yang sering didapatkan adalah dari sinar matahari dan dari tempat pekerjaan pemanggangan.

Gambaran klinis

Seseorang yang sering terpejan dengan sinar ini dapat terkena keratitis superfisial, katarak kortikal anterior posterior dan koagulasi pada koroid. Biasanya terjadi penurunan tajam penglihatan, penglihatan kabur dan mata terasa panas.

2. Trauma Sinar Ultra Violet

Sinar ultra violet merupakan sinar gelombang pendek yang tidak terlihat, mempunyai panjang gelombang antara 350 – 295 nM. Sinar ultra violet banyak dipakai pada saat bekerja las dan menatap sinar matahari.

Sinar ultra violet akan segera merusak sel epitel kornea, kerusakan iniakan segera baik kembali setelah beberapa waktu dan tidak memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.

Gambaran klinis

Biasanya pasien akan memberikan keluhan 4 – 6 jam post trauma, pasien akan merasakn mata sangat sakit, terasa seperti ada pasir, fotofobia, blefarospasme dan konjungtiva kemotik. Korne akan menunjukan adanya infiltrat pada permukaanyayang kadang-kadang disetai dengan kornea yang keruh. Pupil akan terlihat miosis.

3. Trauma Sinar Ionisasi dan Sinar X

Sinar Ionisasi dibedakan dalam bentuk:

  • Sinar alfa yang dapat diabaikan
  • Sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan
  • Sinar gamma
  • Sinar X

Gambaran Klinis

Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan kerusakan pada kornea yang dapat bersifat permanen. Katarak akibat pemecahan sel epitel yang tidak normal dan rusaknya retina dengan gambarandilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata dan eksudat. Atrofi sel goblet pada konjungtiva juga dapat terjadi dan mengganggu fungsi air mata.

III. Trauma Kimiawi


Trauma Kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi di laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan yang memakai bahan kimia. Taruma kimia pada mata memerlukan tindakan segera, irigasi pada daerah mata yang terkena bahan kimia harus segera dilakukan untuk mencegah terjadinya penyulit yang berat.
Pembilasan dapat dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainya selama 15 – 30 menit

1. Trauma Asam

Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi pengendapan ataupun penggumpalan bahan protein permukaan. Biasanya akan terjadi kerusakan pada bagian superfisisal saja, tetapi bahan asam kuat dapat bereaksi yang mengakibatkan trauma menjadi lebih dalam.

Gambaran klinis

Pasien akan merasakan mata terasa pedih, seperti kering, seperti ada pasir dan ketajaman mata biasanya menurun.

2. Trauma Basa


Trauma basa pada mata akan memberikan reaksi yang gawat pada mata. Alkali dengan mudah dan cepat dapat menembus jaringan kornea, bilik mata depan dan bagian retina. Hal ini terjadi akibat terjadinya penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses persabunan disertai dangan dehidrasi.

Menurut klasifikasi Thoft maka trauma basa dapat dibedakan menjadi :

  • Derajat 1: heperimi konjungtiva diikuti dengan keratitis pungtata.
  • Derajat 2: hiperemi konjungtiva dengan disertai hilangnya epitel kornea.
  • Derajat 3: hiperemi disertai dengan nekrosis konjungtiva dan lepasnya epitel kornea.
  • Derajat 4: Konjungtiva perilimal nekrosis sebanyak 50 %.

trauma okuli

Menurut klasifikasi Hughes maka trauma mata diklasifikasikan menjadi:

a. Ringan

  • Terdapat erosi epitel dan kekeruhan ringan kornea
  • Tidak terdapat iskemi dan nekrosis kornea atau konjungtiva
  • Prognosis baik

b. Sedang

  • Terdapat kekeruhan kornea sehingga sukar melihat iris dan pupil secara detail
  • Terdapat nekrosis dan iskemi ringan konjungtiva dan kornea
  • Prognosis sedang

c. Berat

  • terdapat kekeruhan kornea, sehingga pupil tidak dapat dilihat
  • terdapat iskemia konjungtiva dan sklera, sehingga tampak pucat
  • prognosis buruk


Gambar Klasifikasi dari trauma Okuli.