Apa saja klasifikasi lipid dalam sediaan farmasi?

Lipid adalah kelompok molekul alami yang meliputi lemak, lilin, sterol, vitamin yang larut dalam lemak (seperti vitamin A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, trigliserida, fosfolipid, dan lain-lain. Fungsi biologis utama lipid termasuk menyimpan energi, pensinyalan, dan bertindak sebagai komponen pembangun membran sel.

Apa saja klasifikasi lipid dalam sediaan farmasi ?

1 Like

Berikut adalah klasifikasi lipid dalam sediaan farmasi.

1. Senyawa Lemak Rantai Lurus

a. Asam lemak (fatty acids)

Struktur kerangka dasar kebanyakan bahan lipid sangat penting dalam formulasi sediaan farmasi, seperti asam lemak. Banyak sekali asam lemak yang berasal dari sumber nabati dan hewani berupa asam jenuh atau tidak jenuh yang bervariasi. Asam lemak jenuh berupa bahan padar dengan panjang rantai karbon lebih besar dari 8.

Biasanya suhu leburnya rendah dan berada dalam bentuk cair jika ikatannya tidak jenuh dan memiliki satu atau lebih ikatan rangkap. Jika ikatan rangkap terkonjugasi, bahan dapat mempunyai suhu lebur lebih tinggi dan dapat tetap berada dalam keadaan padat, seperti asam alpha eleostearat dan asam 18 rantai karbon dengan 3 ikatan rangkap yang melebur pada suhu 44ºC.

Asam lemak ini terdapat dalam sediaan kosmetika dan salep, supositoria, serta digunakan untuk penyalutan pil dan sebagai pembawa dalam sediaan inhalan.

b. Garam asam lemak (fatty acid salts)

Asam lemak dapat dititrasi dengan basis bervalensi 2 dan akan menghasilkan garam terkait. Walaupun kelarutan dalam air kemungkinan tidak terganggu secara drastis, sifat dan antaraksi fisik dapat sangat berbeda. Digunakan terutama dalam sediaan tablet, antara lain magnesium, kalsium dan aluminium stearat.

c. Alkohol lemak (fatty alcohols)

Fungsi karboksil dan asam lemak dapat diganti dengan alkohol yang sesuai untuk menghasilkan alkohol lemak. Alkohol rantai pendek (etil, propil, butil) merupakan pekarut yang dikenal baik. Alkohol lemak rantai panjang jenuh pada umumnya bersifat tidak larut dalam air. Sebagai contoh: setil alkohol (palmetil alkohol) digunakan secara luas dalam salep atau krim sebagai emolien atau pemodifikasi emulsi, seperti halnya jenis lakohol lemak lainnya. Alkohol lemak rantai pendek, seperti butil atau etil alkohol merupakan pembawa untuk solubilisasi sediaan parenteral untuk obat-obat yang relatif tidak larut.

d. Amin lemak (fatty amines)

Walaupun tidak digunakan secara langsung dalam formulasi sediaan farmasi, amin lemak biasanya digunakan sebagai prekursor dalam reaksi pengikatan untuk menghasilkan turunan obat yang bersifat lipofilik. Seperti halnya asam lemak, amin lemak bersifat padat jika memiliki rantai panjang dan tidak larut dalam media air.

e. Aldehida lemak (fatty akdehide)

Aldehida dan senyawa lemak sering digunakan dalam aplikasi fragrans. Dalam sediaan farmasi hanya digunakan sebagai perasa, bentuk cair tidak jenuh dan aldehida lemak banyak digunakan.

2. Minyak dan Malam (oil ad waxes)

Minyak merupakan ester mono, di, dan trigliserida gliserin dengan asam lemak. Senyawa ini berbentuk ikatan ester dan gugusan akhir karboksi asam lemak dengan 3 gugusan hidroksil dan gliserol. Produk yang dihasilkan dapat bebrentuk cair atau padat bergantung pada jumlah substitusi asam lemak, panjang rantai karbon, dan ikatan tidak jenuh. Cairan dinamakan minyak (oil) dan padat dinamakan malam (wax). Produk kelompok ini dapat berasal dari alam atau merupakan produk hasil sintesis.

Minyak dalam sediaan farmasi berfungsi sebagai pembawa, untuk solubilisasi dalam sediaan oral atau topikal, untuk meningkatkan sifat-sifat fisika dan untuk mengontrol disolusi (matriks malam) sediaan akhir (tablet).

Zat yang banyak digunakan sebagai bahan tambahan farmasi dari kelompok ini adalah minyak kastor (ricini); malam yang merupakan minyak nabati-dihidrogenasi (dalam sediaan supositoria sebagai basis supositoria), parafin (senyawa hidrokarbon), malam karnauba, malam putih, minyak olif, minyak mineral, vaselin, ester setil malam dan malam lebah.

3. Fosfolipid

Dengan memodifikasi gugusan akhir hidroksil dengan kepala polar diperoleh bentuk fosfolipid. Nama fosfolipid diturunkan dari gugusan fosfat yang berikatan dengan satu ujung hidroksil akhir dari gliserol. Gugusan fosfat bermuatan ini juga berlaku sebagai jembatan antara kerangka gliserol dan gugusan kepala selanjutnya.

Diosil fosfolipid larut dalam sistem pelarut mulai dari rentang pelarut yang sangat nonpolar, seperti heksan, sampai pelarut yang sangat polar, seperti etanol. Kelompok lipid ini mengandung suatu daerah polar sehingga fosfolipid ini dapat disuspensasikan dalam larutan air karena kelarutan fosfolipid secara menyeluruh terkait dengan konformasi agregat bahan dibandingkan dengan hanya fungsi kimia molekul.

Karena sifat amfifatik ini, fosfolipid digunakan sebagai zat pengemulsi, zat pendifusi, pembentuk dinding liposom, dan digunakan pula dalam formulasi kapsul oral. Yang lebih penting lagi sedang diuji coba dan diteliti untuk formulasi sediaan parenteral.

4. Glikolipid

Secara klasik, terminologi glikolipid mengacu pada senyawa yang berasal dari alam yang tebrentuk dari ikatan moiety gula pada kerangka gliserida. Definisi lebih luas, meliputi molekul sintetik yang mempunyai fungsi suatu gula dan lipid. Banyak senyawa yang telah disintesis dan digunakan secara luas dikenal sebagai surfaktan.

5. Polietilen glikol

Bermacam-macam poletilen glikol larut dalam air dan menunjukkan sifat lipofilik, terutama untuk disolusi obat tidak larut air. PEG rantai panjang dengan berat molekul 800- 1000 atau lebih tinggi berbentuk malam (wax) pada suhu kamar. Polietilen glikol digunakan dalam formulasi sediaan farmasi oral, topikal, nasal, dan injeksi yang membutuhkan salubilisasi atau penetrasi obat.

6. Lipid netral lain

Beberapa lipid netral lain bermanfaat untuk praktek pembuatan sediaan farmasi. Dalam berbagai formulasi, ketika harus menggunakan bahan-bahan yang jenuh, senyawa steroidal, seperti kolesterol dan ester kolesterol dapat dimanfaatkan untuk memperluas transisi fasa. Hal tersebut akan mempermudah proses pengolahan dan atau emulsifikasi.

Sumber :
Lully Hanni Endarini, Farmakognisi dan Fitokimia, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

1 Like