Apa saja Kelemahan dalam Analisis Laporan keuangan?

Analisis laporan keuangan kegiatan menganalisa laporan keuangan yang lahir dari suatu konsep dan sistem akutansi keuangan.

Apa saja Kelemahan dalam Analisis Laporan keuangan ?

Dikemukakan oleh Harahap (2001), kelemahan analisis laporan keuangan antara lain:

  1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh karenanya harus selalu diingat kelemahan dari laporan keuangan agar kesimpulan dari analisis tidak salah.

  2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. untuk menilai suatu laporan keuangan tidak cukup hanya dari angka-angka laporan keuangan. tetapi juga harus melihat aspek lainnya seperti tujuan perusahaan, situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan, dan budaya masyarakat.

  3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan kondisi ini dapat berbeda dengan kondisi masa depan.

  4. Jika kita melakukan perbandingan dengan perusahaan lain maka perlu dilihat beberapa perbedaan prinsip yang bisa menjadi penyebab perbedaan angka, misalnya:

    • Prinsip Akuntansi
    • Size atau Ukuran Perusahaan
    • Jenis Industri
    • Periode Laporan
    • Laporan Individual atau Laporan Konsolidasi
    • Motif perusahaan apakah profit motive atau non profit motive
  5. Laporan keuangan hasil konsolidasi atau hasil konversi mata uang asing perlu mendapat perhatian tersendiri karena perbedaan bisa saja timbul karena masalah kurs konversi atau metode konsolidasi.

Menurut Munawir (2010), keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut:

  1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu semua jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak menunjukkan nilai likwidasi atau realisasi di mana dalam interim report ini terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi (personal judgment) yang telah dilakukan oleh Akuntan atau Management yang bersangkutan.

  2. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standars nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

  3. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan tingkat harga-harga. Jadi, suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan keliru (misleading).

  4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktorfaktor tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang; misalnya reputasi dan prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui, kemampuan serta integritas managernya dan sebagainya.