Apa Saja Karakteristik Guru Pendidikan Agama Islam Profesional?

image
Guru yang professional memiliki ciri-ciri sebagai indikatornya.

Apa saja karakteristik guru pendidikan agama Islam professional?

Guru profesional adalah guru yang senantiasa menguasai bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan dalam interaksi belajar mengajar, serta senantiasa mengembangkan kemampuannya secara berkelanjutan, baik dalam segi ilmu yang dimiliki maupun pengalamannya. Sehingga ia akan memperkaya diri dengan berbagai ilmu pengetahuan untuk melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dalam interaksi belajar mengajar sehingga dengan kemampuannya baik dalam hal metode mengajar, gaya mengajar ataupun penyampaian materi pelajaraan bisa mensukseskan interaksi atau proses belajar mengajar.

Sebagaimana layaknya makna profesional bagi guru umum, maka guru Pendidikan Agama Islam pun mestilah seorang profesional. Seperti kesimpulan di atas bahwa guru profesional adalah guru yang memiliki kemampuan khusus dalam bidang pendidikan. Kemampuan atau kompotensi mempunyai kaitan yang erat dengan intraksi belajar mengajar dalam proses pembelajaran. Jika seseorang guru ragu dalam menyampaikan materi pelajaran yang tidak dibarengi dengan kompetensi seperti penguasaan bahan, atau pemilihan dan penggunaan metode yang tidak sesuai dengan materi akan menimbulkan kebosanan dan mempersulit pemahaman belajar siswa. Dengan demikian, profesionalisme seorang guru sangat mendukung dalam rangka merangsang motivasi belajar siswa dan sekaligus tercapainya interaksi belajar mengajar sebagai mestinya.

Proses interaksi belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas timbal balik yang langsung dalam situasi pendidkan untuk mencapai tujuan tertentu. Intraksi guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan ajran, tetapi juga dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta mengatasi kesulitaan-kesulitan yang di hadapi oleh siswa. Dengan demikian di dalam interaksi belajar mengajar dalam rangka menimbulkan motivasi belajar siswa, guru bukan hanya saja sebagai pelatih dan pengajar tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing.

Profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam dapat diukur dari kemampuan dan keterampilan dalam melakukan pembelajaran, mulai dari persiapan sampai dengan evaluasi pembelajaran. Di antara keterampilan yang harus dimiliki oleh guru profesional adalah:

1. Terampil Mempersiapkan Program Belajar Mengajar

Mengajar merupakan suatu kegiatan atau proses untuk menyusun dan menguji suatu rencana atau program yang memungkinkan tumbuhnya perbuatan-perbuatan belajar pada diri anak didik. Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai kegiatan atau tindakan mengajar, jika kegiatan itu‖didasarkan atas suatu rencana yang matang dan teliti. Rencana atau program itu disusun dengan maksud untuk menimbulkan perbuatan belajar anak didik. Setiap perencanaan selalu berkenaan dengan perkiraan mengenai apa yang akan dilakukan. Demikian halnya dalam perencanaan mengajar, guru harus memperkirakan mengenai tindakan apa yang akan dilakukan pada waktu melaksanakan pengajaran (proses belajar mengajar). Apabila seorang guru berdiri di depan kelas, tetapi keberadaannya di depan kelas itu tidak didasarkan persiapan program atau rencana dan tidak dimaksudkan untuk menciptakan kondisi-kondisi yang memungkinkan timbulnya belajar pada diri murid, maka tidaklah dikatakan guru itu sedang mengajar.

Dengan rencana atau persiapan program belajar mengajar yang matang, teliti, dan tepat, maka dapatlah diharapkan tercapainya tujuan pengajaran yang dikehendaki secara efektif dan efisien. Cara menyusun program yang efektif inilah sebagai salah satu peranan yang sangat penting atau tugas guru, agar proses belajar mengajar berhasil atau berjalan dengan baik.

Dalam proses belajar mengajar perencanaan merupakan suatu persiapan untuk melaksanakan tugas mengajar. Aktifitas pengajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip pengajaran serta melalui langkah-langkah pengajaran. Perencanaan itu sendiri, merupakan pelaksanaan dan penilaian dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditentukan. Guru yang kompeten akan menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola pengajaran yang baik sehingga hasil belajar anak didik berada pada tingkat yang optimal.

Kemampuan guru untuk mengembangkan sejumlah variabel-variabel dan mengambil suatu keputusan merupakan inti dari setiap program yang akan disampaikan atau dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu, dalam setiap penyusunan program belajar mengajar guru harus memperhatikan komponen-komponen sebagai berikut:

  • Guru harus mengetahui benar, mengenai tujuan yang hendak dicapai dalam mengajar dan merumuskan tujuan pengajaran itu seoperasional mungkin, sehingga berkaitan dengan atau berorientasi pada perubahanperubahan tingkah laku belajar murid-murid yang diharapkan.
  • Guru harus mempersiapkan alat-alat evaluasi untuk mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang telah dirumuskan bisa tercapai.
  • Guru harus menetapkan materi pelajaran yang menjadi isi program, yaitu pokok-pokok bahan pelajaran yang akan disampaikan.
  • Guru harus merencanakan program kegiatan belajar dan mengajar, yaitu menetapkan strategi pengajaran dan situasi belajar murid yang menyenangkan sehingga tingkah laku belajar murid yang diharapkan itu bisa timbul. Langkah ini menyangkut metode mengajar yang tepat dan alat-alat peraga pengajaran yang memadai.
  • Guru harus bisa melaksanakan program tersebut dengan baik dan lancar dalam waktu jam pelajaran yang tersedia, pelaksanaan ini umumnya berisi tahap-tahap pendahuluan inti pengajaran dan penutup.

Dengan demikian masing-masing komponen di atas harus diikuti oleh guru dalam setiap ia mengajar. Masingmasing komponen itu tidak berdiri sendiri melainkan merupakan unsur-unsur yang menjadi bagian integral dalam keseluruhan proses dan prosedur pengajaran. Keberhasilan proses belajar mengajar itu sangat ditentukan oleh kemampuan guru dalam mempersiapkan program belajar mengajar guru.

2. Terampil dalam Penguasaan Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran adalah substansi yang akan disampaikan dalam proses belajar mengajar. Isi yang akan diberikan pada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar melalui bahan pelajaran ini, siswa diantarkan kepada tujuan pengajaran. Dengan kata lain tujuan yang akan dicapai siswa diwarnai dan dibentuk oleh bahan pelajaran. Pada hakekatnya bahan pelajaran adalah isi dari mata pelajaran atau bidang studi yang diberikan kepada siswa sesuai dengan kurikulum yang digunakannya. Tanpa bahan pelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu guru yang akan mengajar harus menguasai bahan pelajaran terlebih dahulu.

Ada dua persoalan dalam penguasaan bahan pelajaran, yaitu : (1) Bahan pelajaran pokok, yaitu bahan pelajaran yang menyangkut bidang studi yang dipegang oleh guru sesuai dengan profesinya (disiplin keilmuan guru). (2) Bahan pelajaran pelengkap atau penunjang, yaitu bahan pelajaran yang dapat membuka wawasan seorang guru agar dalam mengajar dapat menunjang bahan pelajaran pokok.

Bahan pelajaran penunjang ini biasanya bahan yang terlepas dari profesi guru atau disiplin keilmuan guru. Tetapi dapat digunakan sebagai penunjang dalam penyampaian bahan pelajaran pokok. Pemakaian bahan pelajaran penunjang ini harus disesuaikan dengan bahan pelajaran pokok yang dipegang agar dapat memberikan motivasi kepada semua anak didik.

Kemampuan guru dalam menguasai bahan pelajaran merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. Guru yang bertaraf profesional mutlak harus menguasai bahan pelajaran yang akan di sampaikan pada anak didiknya. Adanya buku pelajaran yang dapat dibaca siswa, tidak berarti guru tidak perlu menguasai bahan. Akan tetapi guru dituntut untuk memperluas pengetahuannya.

Penguasaan bahan pelajaran akan memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa. Mart Peters sebagaimana dikutip Nana Sudjana mengemukakan bahwa proses dan hasil belajar siswa tergantung kepada penguasaan mata pelajaran guru dan keterampilan mengajarnya. Jadi hubungan penguasaan bahan pelajaran guru dengan hasil belajar yang dicapai oleh siswa sangat erat sekali. Makin tinggi penguasaan bahan pelajaran oleh guru, maka makin tinggi pula hasil belajar siswa.

3. Terampil dalam Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas merupakan salah satu tugas guru yang tidak pernah ditinggalkan. Guru selalu mengelola kelas ketika ia melaksanakan tugasnya. Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi anak didik sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien.

Made Pidarta mengatakan bahwa pengelolaan kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem dan situasi kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuan, bakat dan energinya pada tugas-tugas individual. Sedangkan menurut Sudirman N., pengelolaan kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas. Karena itu, kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif. Maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru.

Pengelolaan kelas sangat diperlukan karena tingkah laku dan perbuatan anak didik selalu berubah. Hal ini anak didik dapat belajar dengan baik dan tenang, tetapi besok belum tentu. Karena itu kelas harus selalu dinamis dalam bentuk prilaku, perbuatan, sikap mental, dan emosional anak didik.

Jadi, pengelolaan kelas adalah suatu upaya memberdayagunakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif mencapai tujuan pembelajaran.

Pengelolaan kelas yang dilakukan guru bertujuan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya serta dapat mengantarkan anak didik dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tujuan pengelolaan kelas pada hakekatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan. Dimana secara umum tujuan pengelolaan kelas adalah menyediakan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa dalam lingkungan sosial, emosional, dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap serta apresiasi pada siswa.

Suatu kondisi belajar yang optimal dapat tercapai apabila guru mampu mengatur anak didik dan sarana pengajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Juga hubungan interpersonal yang baik antara guru dengan anak didik serta anak didik dengan anak didik, merupakan syarat keberhasilan pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas yang efektif merupakan prasyarat mutlak bagi terjadinya proses belajar mengajar yang efektif.

4. Terampil dalam Penggunaan Metode Mengajar

Metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar adalah sebagai alat untuk menciptakan proses belajar dan mengajar. Dengan metode ini diharapkan tumbuh sebagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan mengajar guru. Dengan kata lain terciptalah interaksi edukatif.

Interaksi edukatif adalah hubungan timbal balik antara guru (pendidik) dan peserta didik dalam suatu sistem pengajaran. Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya situasi belajar dan mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran.

Tercapainya tujuan proses belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran, memerlukan usaha terciptanya interaksi yang baik pula antara guru yang mengajar dan peserta didik yang belajar. Masalahnya sekarang adalah bagaimana upaya menciptakan interaksi edukatif, sehingga pengajaran dan pendidikan di dalam kelas atau kegiatan pendidikan dan pengajaran yang lain dapat mencapai tujuannya.

Dalam interaksi ini guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing, sedangkan siswa berperan sebagai penerima atau yang dibimbing. Proses interaksi ini akan berjalan baik kalau siswa banyak aktif dibandingkan dengan guru. Oleh karenanya metode mengajar yang baik adalah metode yang dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa.

Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan pengalamannya, guru dapat menggunakan bagaimana cara mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.

Salah satu usaha yang tidak boleh ditinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kerangka berpikir yang demikian bukanlah suatu hal yang aneh, tapi nyata dan memang betul-betul dipikirkan oleh seorang guru.

Adapun kedudukan metode dalam belajar mengajar adalah sebagai berikut:

  • Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik: Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Motivasi ekstrinsik–menurut Sardiman A.M–adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Karena itu metode dapat membangkitkan belajar seseorang.
  • Metode sebagai strategi pengajaran: Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama. Daya serap anak didik terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Roestiyah. N.K, guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan efisien.
  • Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan: Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak terpenuhi. Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran. Metode adalah pelicin jalan pengajaran menuju tujuan. Jadi, guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.

Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode ceramah sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik dapat memperagakan sholat, adalah kegiatan belajar mengajar yang kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus menyesuaikan diri dengan metode. Karena itu, efektifitas penggunaan metode dapat terjadi bila ada kesesuaian antara metode dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran, sebagai persiapan tertulis.

5. Terampil dalam Penggunaan Media Mengajar

Kata media barasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium” yang berarti perantara atau pengantar. Dengan demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur pesan.

Menurut Gagne media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sedangkan menurut Brings media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Dalam proses belajar mengajar media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan seperti manusia, benda ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan guna mencapai tujuan pengajaran. Oleh sebab itu kehadiran media dalam proses belajar mengajar mempunyai arti sangat penting, karena dengan media ketidakjelasan dan kerancuan bahan yang disampaikan guru akan teratasi (terhindari). Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata ataupun kalimat tertentu.

Ada beberapa jenis media pendidikan yang bisa digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar yaitu:

  • Media grafis seperti gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, karton, komik dan lain-lain. Media grafis sering juga disebut media dua dimensi, yakni media yang mempunyai ukuran panjang dan lebar.
  • Media tiga dimensi yaitu dalam bentuk model seperti model padat, (solid model), model penampang, model susur, model kerja, mock up, diagram dan lain-lain.
  • Media proyeksi seperti slide, film strit, film, penggunaan OHP dan lain-lain.
  • Penggunaan lingkungan sebagai media pendidikan.

Media pengajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa dalam pengajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Ada beberapa manfaat media pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar:

  • Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
  • Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
  • Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak sematamata komonikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
  • Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

6. Terampil Mengevaluasi Hasil Belajar

Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation. Menurut Wand dan Brown dalam buku Essentials of Educational Evaluation, evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari pada sesuatu. Sedangkan menurut Mehrent dan Lehmann. Evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Kegiatan eavaluasi pembelajaran secara umum bertujuan untuk mengatahui tingkat pencapaian sasaran atau tujuan dari suatu program. Melalui evaluasi, berhasil tidaknya kegiatan pembelajaran dapat diketahui. Hasil dari evaluasi memberikan masukan yang berharga tentang pencapaian siswa terhadap target kompetensi yang ditetapkan dalam tujuan. Lebih dari itu, hasil evaluasi tersebut memberikan masukan kepada guru dan pengambil kebijakan lainnya tentang kemungkinan perlunya peninjauan kembali trhadap rumusan kompetensi/tujuan, materi, atau strategi pembelajaran yang telah dilaksanakan. Jadi evaluasi tidak semata-mata bertujuan mengungkap pencapaian tujuan pembelajaran, tetapi juga mengungkap efektifitas kegiatan pembelajaran itu sendiri.

  • Untuk mengetahui apakah tujuan yang telah ditetapkan sudah tercapai atau belum.
  • Untuk dapat mengambil keputusan tentang materi dan kompetensi apa yang harus diajarkan kepada atau dipelajari oleh siswa.
  • Untuk mengetahui hasil belajar siswa.
  • Untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan proses pembelajaran, sehingga dapat dirumuskan langkahlangkah.
  • Untuk mengetahui dan memutuskan apakah siswa yang dapat melanjutkan ke program berikutnya, ataukah harus memperoleh tindakan remedial.
  • Untuk mendiagnosa kesulitan siswa.
  • Untuk dapat mengelompokkan siswa secara cermat.

Senada dengan hal tersebut, guru Pendidikan Agama Islam juga mesti memiliki kemampuan dalam membangkitkan motivasi bagi belajar siswa. Berkenaan dengan hal ini menurut Ibrahim dan Syaodih ada beberapa kemampuan yang mesti dimiliki oleh guru yaitu: Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Dengan metode dan media yang bervariasi kebosanan pun dapat dikurangi atau dihilangkan. Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik perhatian, dengan demikian akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Ketiga, Melaksanakan evaluasi antara lain melalui ujian semester, ujian tegah semester, ulangan harian dan juga kuis. Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soal yang sulit yang hanya bisa dicapai siswa yang pandai. Agar siswa yang kurang pandai juga bisa maka diberikan soal yang sesuai dengan kepandaiannya. Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Dalam hal ini di lakukan guru dengan cara belajar yang punya rasa persahabatan, punya humor, pengakuan keberadaan siswa dan menghindari celaan dan makian. Keenam, Mengadakan persaingan sehat melalui hasil belajar siswa. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.

Menurut beberapa ulama‘ bahwa ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu dimiliki oleh guru yang sekaligus merupakan profil guru pendidikan agama Islam (GPAI) yang diharapkan agar dapat menjalankan tugas-tugas kependidikan dapat berhasil secara optimal. Profil tersebut pada intinya terkait dengan aspek personal dan profesioanal dari guru. Aspek personal menyangkut pribadi guru itu sendiri, yang selalu ditempatkan pada sisi utama. Aspek personal ini diharapkan dapat memancar dalam dimensi sosialnya, dalam hubungan guru dengan peserta didiknya, teman sejawat dan lingkungan masyarakat karena tugas mengajar dan mendidik adalah tugas kemanusiaan. Dan aspek profesional menyangkut peran profesi dari guru. Dalam artian, ia memiliki kualifikasi profesional sebagai seorang GPAI.

Berikut ini akan dikemukakan beberapa pendapat para ulama tentang kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh GPAI, yaitu:

  1. Menurut al-Ghazali, mencakup: a) Menyajikan pelajaran dengan taraf kemampuan peserta didik; b) Terhadap peserta didik yaang kurang mampu, sebaiknya diberi ilmuilmu yang global dan tidak detail.
  2. Menurut Abdurrahman al-Nahlawy, meliputi: a) Senantiasa membekali diri dengan ilmu dan mengkaji serta mengembangkannya; b) Mampu menggunakan variasi metode mengajar dengan baik, sesuai dengan karekteristik materi pelajaran dan situasi belajar mengajar; c) Mampu mengelola peserta didik dengan baik; d) Memahami kondisi psikis dari peserta didik; dan e) Peka dan tanggap terhadap kondisi dan perkembangan baru.
  3. Menurut Muhammad Athiyah al-Abrasyi, mencakup: a) Pemahaman tabiat, minat, kebiasaan, perasaan dan kemampuan peserta didik; dan b) Penguasaan bidang yang diajarkan dan bersedia mengembangkannya.
  4. Menurut Ibnu Taimiyah, mencakup: a) Bekerja keras dalam menyebarkan ilmu; dan b) Berusaha mendalami dan mengembangkan ilmunya.
  5. Menurut Brikan Barky al-Quraisyi, meliputi: a) Penguasaan dan pendalaman atas bidang ilmunya; b) Mempunyai kemampuan mengajar; c) Pemahaman terhadap tabiat, kemampuan dan kesiapan peserta didik.

Dengan demikian, profesionalisme guru Pendidikan Agama Islam, berorientasi pada peningkatan kualitas dimensi personal dan sosial, termasuk juga pada adanya keseimbangan dengan peningkatan kualitas dimensi intelektual dan profesionalnya. Profesionalitas guru Pendidikan Agama Islam pada umumnya ditandai dengan beberapa karakteristik sebagai berikut: pertama, memiliki kepribadian yang matang dan berkembang karena bagaimanapun professionalism is predominantly an attitude, not only set of competencies; kedua, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (bidang keahliannya) serta wawasan pengembangannya karena seorang guru yang akan menginspirasi siswanya kepada ilmu pengetahuan haruslah menguasai ilmu pengetahuan itu sendiri, tidak boleh setengah-setengah; ketiga, menguasai keterampilan untuk membangkitkan minat siswa kepada ilmu pengetahuan, dan keempat, siap mengembangkan profesi yang berkesinambungan, agar ilmu dan keahliannya tidak cepat tua atau out of date.