Apa saja gejala pramenstrual syndrom (PMS)?

Pramenstrual syndrom (PMS) merupakan sekumpulan gejala yang timbul berkaitan dengan siklus menstruasi.

Apa saja gejala pramenstrual syndrom (PMS)?

Gejala gejala Pramenstrual Syndrom (PMS) sangat berbeda dari seorang wanita ke wanita yang lain dan dari satu siklus ke siklus yang lain, dan dapat terjadi antara ringan hingga berat. Sebagian wanita sadar akan gejala yang mereka hadapi itu menjadi semakin memberat pada waktu meningkatnya stres dalam bentuk emosional dan fisikal.

Lebih dari 150 gejala telah dihubungkan dengan PMS, dan sebagiannya dinyatakan seperti dibawah.

  1. Gejala fisik:

    • Pembengkakan dan nyeri payudara
    • Kembung, retensi cairan, penambahan berat badan
    • Perubahan kebiasaan buang air besar
    • Jerawatan
    • Rasa ingin makan yang berlebihan terutama makanan manis atau masin
    • Perubahan pola tidur
    • Keletihan
    • Penurunan nafsu seks
    • Sakit. Yang biasa dikeluhkan adalah sakit kepala atau migrain, nyeri payudara, nyeri sendi dan otot, nyeri punggung bawah oleh karena perdarahan menstruasi

  2. Gejala perilaku:

    • Agresif
    • Menjauhkan diri dari keluarga dan teman
    • Gejala emosional dan kognitif
    • Depresi, sedih, dan perasaan tidak berguna
    • Mudah marah
    • Perubahan mood yang cepat
    • Penurunan waspada dan tidak upaya untuk konsentrasi

Diagnosis PMS


Dalam penuntun diagnosis dari American Psychiatry Association (APA), menyatakan kriteria mendiagnosis PMS sebagai berikut :

  1. Gejala berhubungan dengan siklus menstruasi dan gejala muncul mulai minggu terakhir fase luteal siklus menstruasi dan menghilang setelah muncul menstruasi.

  2. Diagnosis PMS ditegakkan bila ditemukan 5 gejala PMS dengan minimal terdapat 1 gejala mayor.

    • Gejala-gejala mayor PMS tersebut adalah : labilitas afektif seperti menarik diri, semangat kerja menurun, tiba-tiba marah atau sedih; iritabilitas seperti mudah marah dan tersinggung, tegang dan cemas; perubahan suasana hati dan putus asa.
    • Gejala minor PMS adalah : pembengkakan pada anggota badan, nyeri/kembung pada perut, perubahan nafsu makan, lekas lelah, nyeri kepala, mual/muntah, payudara nyeri/tegang, gangguan tidur, gangguan buang air besar, dan susah berkonsentrasi. Gejala fisik seperti edema, nyeri persendian atau nyeri otot, dan pertambahan berat badan.

Dalam DSM-IV diagnosa PMS pula ditegakkan hanya bila gangguan itu secara nyata mengganggu pekerjaan atau fungsi peran. DSM-IV memasukkan kriteria diagnostik PMS ini seperti berikut :

I. Pada sebagian besar siklus menstruasi selama tahun terakhir, lima (atau lebih) gejala berikut ditemukan untuk sebagian besar waktu selama minggu terakhir fase luteal, mulai menghilang dalam beberapa hari setelah onset fase folikular, dan menghilang dalam minggu pascar menstruasi, dengan sekurang-kurangnya salah satu gejala adalah(1),(2), (3), atau (4) :

  1. Mood terdepresi yang jelas, perasaan putus asa, pikiran mencela diri sendiri.
  2. Kecemasan yang jelas, ketegangan, perasaan “bersemangat” atau “tidak tenang”.
  3. Labilitas afektif yang tidak jelas (misalnya, perasaan tiba-tiba sedih atau menangis atau meningkatnya kepekaan terhadap penolakan)
  4. Kemarahan atau iritabilitas yang menetap dan jelas atau meningkatnya konflik interpersonal.
  5. Menurunnya minat dalam aktivitas seharian (misalnya pekerjaan, sekolah, teman, kegemaran).
  6. Perasaan subjektif adalah kesulitan dalam berkonsentrasi.
  7. Letargi, mudah lelah, atau kehilangan tenaga.
  8. Perubahan yang jelas dalam nafsu makan, makan berlebihan atau kecanduan makanan tertentu.
  9. Hipersomnia atau insomnia.
  10. Perasaan subjektif sedang terlanda atau keluar kendali.
  11. Gejala fisik lain, seperti nyeri atau pembengkakan payudara, nyeri kepala, nyeri sendi atau otot, sensasi “kembung”, kenaikan berat badan.

Catatan : pada perempuan yang sedang menstruasi, fase luteal berhubungan dengan periode antara ovulasi dan onset menstruasi, dan fase folikuler dimulai saat menstruasi. Pada perempuan yang tidak menstruasi (misalnya yang telah menjalani histerektomi), penentuan waktu fase luteal dan folikuler mungkin memerlukan pengukuran hormon reproduktif dalam sirkulasi.

II. Gangguan dengan jelas mengganggu pekerjaan, sekolah, atau aktivitas sosial biasanya dan hubungan dengan orang lain (misalnya, menghindari aktivitas sosial, menurunnya produktivitas dan efisiensi di pekerjaan atau sekolah).

III. Gangguan tidak semata-mata suatu eksaserbasi gejala dari gangguan lain, seperti gangguan depresif berat, gangguan panik, gangguan distimik, atau gangguan kepribadian (walaupun mungkin bertumpang tindih dengan salah satu gangguan tersebut).

IV. Kriteria I, II, dan III harus ditegakkan oleh pencatatan harian prospektif selama sekurang-kurangnya dua siklus simptomatik yang berturut-turut (Diagnosa dapat dibuat sementara sebelum penegakan ini)