Apa saja gejala penyakit kekurangan protein?

Protein

Protein merupakan nutrisi esensial bagi semua jaringan tubuh yang membentuk otot, kulit, enzim, dan hormon. Protein mudah diperoleh dalam beragam makanan, namun tetap saja di beberapa daerah yang terkena penyakit akibat kekurangan protein. Apa Saja Gejala Penyakit Kekurangan Protein?

Penyakit kekurangan protein akan hadir ketika tubuhmu tidak mendapatkan protein sesuai dengan kebutuhan. Padahal kekurangan protein dapat berdampak pada hampir seluruh fungsi tubuh. Hasilnya beragam penyakit dapat kamu alami, di antaranya:

Kerontokan Rambut

Apabila kamu sedang melakukan diet rendah protein atau tanpa sadar tidak mengonsumsi asupan makanan sumber protein, mungkin kamu harus mempertimbangkan kembali diet tersebut.

Sebab, saat terjadi ketidakseimbangan protein berupa penurunan asupan, maka tubuh akan berusaha untuk menyimpan nutrisi ini dibanding menggunakannya. Salah satu cara yaitu dengan membuat pertumbuhan rambut berada dalam fase beristirahat.

Kondisi ini akan meningkatkan risiko rambut rontok dalam 2 sampai 3 bulan. Selain itu, kerontokan rambut juga bisa muncul disertai gejala lain sebagai tanda adanya penyakit akibat kurang protein.

Sering Terserang Penyakit

Protein dibutuhkan oleh sistem imun agar dapat terus berfungsi dengan baik. Jika kamu sering sekali mengalami flu atau penyakit infeksi lainnya bisa jadi kamu sedang mengalami kekurangan protein.

Hal ini berhubungan juga dengan memburuknya kondisi kulit, rambut, dan kuku akibat asupan protein tidak mencukupi permintaan. Kulit menjadi lebih mudah kering hingga pecah - pecah dan terluka sehingga bakteri bebas masuk melalui celah tersebut.

Selain itu, menurunnya sistem imun dapat memicu infeksi untuk berkembang dan kamu menjadi lebih sering sakit.

Risiko Patah Tulang

Tak hanya rambut yang akan mengalami kerusakan akibat kekurangan protein. Salah satu risiko lain yang mungkin timbul yaitu patah tulang. Pasalnya, kekurangan protein dapat melemahkan tulangmu.

Salah satu fungsi protein bagi tubuh ialah memelihara kekuatan dan kepadatan tulang. Sehingga, rendahnya asupan protein berhubungan pula dengan rendahnya kepadatan mineral tulang yang membuat tulang lebih berisiko patah.

Hal ini terlihat pada penurunan risiko patah tulang panggul pada wanita yang sudah menopause namun tetap mengonsumsi makanan tinggi protein. Terutama protein yang didapatkan dari sumber hewani.

Risiko Stunting (Pendek)

Risiko stunting atau tinggi badan tidak sesuai dengan usia (pendek) diperoleh sejak kanak-kanak, dan umumnya berupa kondisi kronis. Stunting dapat menjadi tanda kegagalan mencapai pertumbuhan linear akibat kurang gizi.

Kurangnya asupan protein dalam jangka panjang sejak dini berkaitan erat dengan kegagalan pertumbuhan.

Anemia Defisiensi Protein

Vegan (orang yang tidak mengonsumsi makanan sumber hewani apapun, termasuk telur dan susu), dan orang yang membatasi proteinnya berisiko mengalami anemia protein ringan hingga sedang.

Penyakit kekurangan protein ini bermula dari gangguan pada metabolisme tubuh. Asupan protein yang kurang akan menurunkan metabolisme tubuh sehingga permintaan dan konsumsi oksigen oleh ginjal akan menurun.

Padahal ginjal merupakan organ yang bertanggung jawab dalam memproduksi hormon eritropietin Hormon tersebut berperan untuk memicu pembentukan sel darah merah. Pengeluaran hormon akan berkurang pada kasus rendahnya protein. Sehingga, jumlah sel darah merah secara otomatis ikut turun dan berujung pada anemia.

Kwashiorkor

Kwashiorkor atau busung lapar merupakan penyakit karena kekurangan asupan protein yang terjadi secara ekstrem. Biasanya anak-anak lebih rentan mengalami penyakit ini. Anak dengan kwashiorkor berisiko gagal tumbuh atau berkembang serta stunting (pendek) seumur hidupnya.

Anak juga akan lebih berisiko terserang penyakit infeksi. Lebih seram lagi, kondisi ini dapat membahayakan nyawa jika tidak segera ditangani.

Gejalanya berupa perubahan warna serta tektur kulit dan rambut menjadi seperti rambut jagung. Selain itu, gejala lain yang mungkin muncul adalah berkurangnya massa otot, edema (pembengkakan berisi cairan) di kaki dan perut, kelelahan, diare, kerusakan sistem imun, dan pembesaran hati.

Seperti halnya nutrisi lain, kekurangan protein dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan, perkembangan, dan perlindungan tubuh. Bahkan, kondisi kekurangan protein yang parah dapat menyebabkan busung lapar.

Sumber : https://www.dokterbabe.com/artikel/penyakit-kekurangan-protein/