Apa saja faktor resiko kanker payudara?


Apa saja faktor resiko kanker payudara ?

Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab kanker payudara, diperkirakan multifaktor yaitu banyak faktor yang saling terkait satu sama lain untuk mempengaruhi terjadinya kanker payudara. Ada beberapa faktor kemungkinannya yang terdiri dari faktor risiko yang tidak dapat diubah ( unchangeable ) dan dapat diubah ( changeable ), yaitu :

1. Faktor Risiko yang Tidak Dapat Diubah ( unchangeable )

  • Faktor Usia

    Semakin tua usia seorang wanita, maka risiko untuk menderita kanker payudara akan semakin tinggi. Pada usia 40-64 tahun adalah kategori usia paling berisiko terkena kanker payudara, terutama bagi mereka yang mengalami menopause terlambat yaitu setelah umur 55 tahun (Mulyani dan Nuryani, 2013).

    Berdasarkan penelitian Pulungan, R.M (2010) yang mengutip penelitian Azamris tahun 2006 mengatakan bahwa di RS M. Djamil Padang dengan desain case control diperkirakan risiko kelompok usia ≥40 tahun terkena kanker payudara 1,35 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita usia < 40 tahun (OR = 1,35) (Pulungan, R.M, 2010).

  • Faktor Genetika

    Wanita yang memiliki one degree relatives (keturunan di atasnya) yang menderita/pernah menderita kanker payudara atau kanker indung telur memiliki risiko kanker payudara yang lebih tinggi. Namun, kanker payudara bukan penyakit keturunan seperti diabetes melitus atau hemofilia maupun alergi. Walaupun demikian, gen yang dibawa wanita penderita kanker payudara mungkin saja dapat diturunkan sekitar 5 – 10% (Savitri, Astrid, dkk, 2015).

    Wanita dengan mutasi genetik BRCA1 atau BRCA2 harus diperhatikan dalam kategori risiko tinggi (Rasjidi dan Lengkung, 2009). Bila ibu, saudara wanita mengidap kanker payudara maka ada kemungkinan untuk memiliki risiko terkena kanker payudara dua kali lipat dibandingkan wanita lain yang tidak mempunyai riwayat keluarga yang terkena kanker payudara. Jadi, ada beberapa keluarga yang memiliki risiko terkena kanker lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga lainnya (Supriyanto, Wawan, 2010).

  • Usia Saat Menstruasi Pertama (Menarche) Dini

    Jika seseorang wanita mengalami menstruasi di usia dini, sebelum 12 tahun wanita akan memiliki peningkatan risiko kanker payudara. Karena semakin cepat seorang wanita mengalami pubertas berhubungan dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan payudara (Mulyani dan Nuryani, 2013). Penelitian Indriati tahun 2009 di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa risiko bagi wanita yang menarche pada umur ≤12 tahun terkena kanker payudara 3,6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok wanita yang menarche pada umur > 12 tahun (OR = 3,6) (Indriati, R, dkk, 2009).

  • Menopause Usia Lanjut

    Hasil penelitian Pulungan R.M (2010) Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan risiko untuk mengalami kanker payudara. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis. (Pulungan, R.M, 2010).

  • Riwayat Adanya Penyakit Tumor Jinak

    Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas, seperti atipikal duktal hyperplasia (Rasjidi, Imam dan Lengkung K, 2009). Wanita dengan hyperplasia atipikal mempunyai risiko 5,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR = 5,0) dan yang hyperplasia tipikal mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara (RR = 4,0) (Briston, L, 2008).

2. Faktor Risiko yang Dapat Diubah (changeable)

  • Riwayat Kehamilan

    Usia maternal lanjut saat melahirkan anak pertama, semakin besar risiko untuk terkena kanker payudara. Pada usia 30 tahun atau lebih dan belum pernah melahirkan anak risiko terkena kanker payudara juga akan meningkat (Mulyani dan Nuryani, 2013). Wanita yang belum pernah melahirkan mempunyai risiko 4,0 kali lebih besar dibandingkan wanita yang sudah lebih dari sekali melahirkan untuk terkena kanker payudara (RR = 4,0) (Briston, L, 2008).

    Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia di mana seseorang mengalami kehamilan pertama terutama wanita yang mengandung pada usia di atas 35 tahun. Hal ini diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan sel-sel payudara yang disebabkan oleh kehamilan, membuat sel-sel lebih peka terhadap perubahan ke arah keganasan. Dalam suatu penelitian ditemukan bahwa usia kehamilan pertama memiliki dampak yang lebih besar terhadap resiko kanker payudara dibandingkan kehamilan berikutnya.

  • Masa Menyusui

    Menyusui sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Namun, ternyata tidak hanya bermanfaat bagi bayi tetapi juga bagi sang ibu. Suatu penelitian menyebutkan bahwa menyusui mempunyai efek perlindungan terhadap resiko kanker payudara.

    Penelitian lain juga menyebutkan bahwa waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih positif dalam menurunkan resiko kanker payudara di mana terjadi penurunan kadar hormon estrogen dan pengeluaran bahan-bahan pemicu kanker selama proses menyusui.

    Penelitian lain juga menyebutkan semakin lama waktu menyusui, semakin besar efek perlindungan terhadap kanker yang ada, dan ternyata resiko kanker menurun sebesar 4,3% tiap tahunnya pada wanita menyusui.

  • Konsumsi Lemak Tinggi dan Obesitas Setelah Menopause

    Wanita yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas) dan mengkonsumsi makanan yang berlemak berisiko 2 kali lebih tinggi dari yang tidak obesitas dan yang tidak mengkonsumsi makanan berlemak. Makann berelemak dapat menjadi pemicu timbulnya kanker. Lemak yang berlebihan di dalam darah meningkatkan kadar estrogen dalam darah, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan sel-sel kanker (Macinnis, R., et al).

    Biasanya obesitas timbul karena jumlah kalori yang masuk melalui makanan lebih banyak daripada kalori yang dibakar, keadaan ini bila berlangsung bertahun-tahun akan mengakibatkan penumpukan jaringan lemak yang berlebihan dalam tubuh, sehingga terjadilah obesitas. Misalnya satu batang coklat sehari yang dikonsumsi, ini setara dengan kelebihan 100 kalori per hari, bila berlangsung terus-menerus, akan berakibat penambahan 5 kg berat badan dalam 12 bulan, atau lebih dari 50 kg dalam 10 tahun (Van den Brandt, P.A., et al)

    Disamping itu, keadaan lingkungan seseorang dan faktor keturunan juga berpengaruh akan timbulnya obesitas. Meskipun jumlah total lemak yang dimakan orang menjadi perhatian, ada bukti bahwa lemak hewani jauh lebih berbahaya daripada lemak nabati. Satu studi mencatat peningkatan 200 persen pada kanker payudara di kalangan mereka yang mengkonsumsi daging sapi atau babi lima sampai enam kali per minggu.

    Seorang wanita yang mengalami obesitas setelah menopause akan berisiko 1,5 kali lebih besar untuk terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita berberat badan normal (OR=1,5) (Yustiana, O, 2013).

    Lemak memiliki banyak efek dalam tubuh. Ia meningkatkan produksi hormon dan dengan demikian meningkatkan risiko kanker payudara. Ia juga merangsang produksi asam empedu yang telah dikaitkan dengan kanker usus besar. Pola makan rata-rata di AS adalah sekitar 37 persen lemak. National Cancer Institute menyarankan agar orang menurunkan persentase itu menjadi 30 persen, namun penelitian telah menunjukkan bahwa asupan lemak harus berada jauh di bawah 30 persen supaya dapat berpengaruh anti kanker. Sepuluh sampai 15 persen lebih mungkin untuk membantu.

  • Penggunaan Hormon Estrogen dan Progestin

    Seorang wanita yang mendapatkan terapi penggantian hormon estrogen saja atau estrogen plus progestin selama lima tahun atau lebih setelah menopause akan memiliki peningkatan risiko mengembangkan kanker payudara (WHO, 2012).

  • Mengkonsumsi Alkohol dan Rokok

    Wanita yang sering mengkonsumsi alkohol akan berisiko terkena kanker payudara karena alkohol menyebabkan perlemakan hati, sehingga hati bekerja lebih keras dan lebih sulit memproses estrogen agar keluar dari tubuh. Konsumsi alkohol lebih dari satu kaleng bir atau segelas anggur (200-300 cc) bisa meningkatkan risiko kanker payudara karena alkohol juga bisa meningkatkan estrogen tubuh (Yustiana, O, 2013).

    Menurut penelitian Pulungan R.M. (2010) yang mengutip penelitian Briston (2008) menyatakan bahwa di Amerika Serikat dengan desain cohort, laki- laki yang merokok mempunyai risiko 1,26 kali lebih besar dibandingkan dengan laki-laki yang tidak merokok untuk terkena kanker payudara (RR=1,26) (Pulungan, R.M, 2010).

  • Mengkonsumsi Makanan Siap Saji

    Mengkonsumsi junk food secara berlebihan dari usia dini dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara. Lemak tubuh akan meningkat apalagi tidak diimbangi dengan olahraga sehingga akan berlanjut pada resistensi insulin dan keinginan untuk mengkonsumsi lebih banyak karbohidrat yang mengandung gula menjadi meningkat. Lemak pada tubuh yang lebih banyak akan berlanjut lebih banyak pula kadar estrogen sehingga pertumbuhan payudara dan menstruasi lebih cepat (National Cancer Institute, 2013).

    Menurut penelitian Olwin Nainggolan (2009) menyatakan bahwa mengonsumsi makanan siap saji dengan lemak berisiko 1,73 kali lebih besar dibandingkan dengan mengonsumsi makanan sehat yang kurang lemak (OR=1,73) (Nainggolan, Olwin, 2009).

  • Aktivitas Fisik

    Penelitian terbaru dari Women’s Health Initiative menemukan bahwa aktivitas fisik pada wanita menopause yang berjalan sekitar 30 menit per hari dikaitkan dengan penurunan 20% risiko kanker payudara. Namun, pengurangan risiko terbesar diantara wanita yang berberat badan normal (Yustiana, O, 2013). Aktivitas fisik memiliki efek proteksi terhadap kejadian kanker payudara karena membantu mempertahankan berat badan selalu berada dalam keadaan normal.

    Berdasarkan penelitian New National Institute for Health and Care Excellence (NICE) penderita kanker payudara 1 dari 5 orang yang mengidap akan berisiko lymphoedema di lengan, tangan, jari, atau bahkan dada. Lymphoedema adalah pembengkakan yang disebabkan oleh pembentukan kembali cairan getah bening pada permukaan jaringan dalam tubuh. Pembengkakan ini dapat terjadi setelah menjalani operasi pengangkatan kanker payudara atau terapi radiasi yang merusak sistem kelenjar getah bening. Sehingga, sangat dibutuhkan untuk melakkan aktivitas fisik yang rutin.

    Adapun aktivitas fisik yang dimaksud dalam hal ini adalah akitivitas fisik sederhana namun dilakukan secara rutin. Cukup dengan melakukan pergerakan sederhana di setiap harinya, maka aktivitas fisik dapat mengurangi risiko berbahaya yang ditimbulkan dari lymphoedema.

  • Riwayat Keterpaparan Radiasi

    Semakin muda ketika menerima pengobatan radiasi, semakin tinggi risiko untuk terkena kanker payudara di kemudian hari (Mulyani dan Nuryani, 2013). Didukung dengan penelitian Indriati (2009) di RS Dr. Kariadi Semarang dengan desain case control menunjukkan bahwa diperkirakan risiko bagi wanita yang terpapar radiasi lebih dari 1 jam sehari untuk terkena kanker payudara 3,12 kali lebih tinggi (OR= 3,12) (Indriati, R, dkk, 2009).