Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pasien dengan perilaku kekerasan?

Perilaku kekerasan adalah perilaku agresif dan tanpa hambatan untuk dapat melukai orang lain. Apa saja faktor predisposisi dan presipitasi pasien dengan perilaku kekerasan?

Faktor Predisposisi

  1. Psikoanalisis
    Teori ini menyatakan bahwa perilaku agresif adalah merupakan hasil dari dorongan insting (instinctual drives).

  2. Psikologis
    Berdasarkan teori frustasi-agresif, agresivitas timbul sebagai hasil dari peningkatan frustasi. Tujuan yang tidak tercapai dapat menyebabkan frustasi berkepanjangan.

  3. Biologis
    Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya agresivitas sebagai berikut.

    • Sistem limbik
      Merupakan organ yang mengatur dorongan dasar dan ekspresi emosi serta perilaku seperti makan, agresif, dan respons seksual. Selain itu, mengatur sistem informasi dan memori.

    • Lobus temporal
      Organ yang berfungsi sebagai penyimpan memori dan melakukan interpretasi pendengaran.

    • Lobus frontal
      Organ yang berfungsi sebagai bagian pemikiran yang logis, serta pengelolaan emosi dan alasan berpikir.

    • Neurotransmiter
      Beberapa neurotransmiter yang berdampak pada agresivitas adalah serotonin (5-HT), Dopamin, Norepineprin, Acetylcholine, dan GABA.

  4. Perilaku (behavioral)

    • Kerusakan organ otak, retardasi mental, dan gangguan belajar mengakibatkan kegagalan kemampuan dalam berespons positif terhadap frustasi.

    • Penekanan emosi berlebihan (over rejection) pada anak-anak atau godaan (seduction) orang tua memengaruhi kepercayaan (trust) dan percaya diri (self esteem) individu.

    • Perikaku kekerasan di usia muda, baik korban kekerasan pada anak (child abuse) atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga memengaruhi penggunaan kekerasan sebagai koping.

    Teori belajar sosial mengatakan bahwa perilaku kekerasan adalah hasil belajar dari proses sosialisasi dari internal dan eksternal, yakni sebagai berikut.

    • Internal : penguatan yang diterima ketika melakukan kekerasan.
    • Eksternal : observasi panutan (role model), seperti orang tua, kelompok, saudara, figur olahragawan atau artis, serta media elektronik (berita kekerasan, perang, olahraga keras).
  5. Sosial kultural

    • Norma
      Norma merupakan kontrol masyarakat pada kekerasan. Hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan menimbulkan sanksi. Kadang kontrol sosial yang sangat ketat (strict) dapat menghambat ekspresi marah yang sehat dan menyebabkan individu memilih cara yang maladaptif lainnya.

    • Budaya asertif di masyarakat membantu individu untuk berespons terhadap marah yang sehat.

    Faktor sosial yang dapat menyebabkan timbulnya agresivitas atau perilaku kekerasan yang maladaptif antara lain sebagai berikut.

    • Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan hidup.
    • Status dalam perkawinan.
    • Hasil dari orang tua tunggal (single parent).
    • Pengangguran.
    • Ketidakmampuan mempertahankan hubungan interpersonal dan struktur keluarga dalam sosial kultural.

Faktor Presipitasi

Semua faktor ancaman antara lain sebagai berikut.

  1. Internal

    • Kelemahan.
    • Rasa percaya diri menurun.
    • Takut sakit.
    • Hilang kontrol.
  2. Eksternal

    • Penganiayaan fisik.
    • Kehilangan orang yang dicintai.
    • Kritik.