Apa Saja Faktor-faktor yang Memengaruhi Perilaku Kenakalan Remaja?

Kenakalan remaja

Kenakalan remaja disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku kenakalan remaja?

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Santrock, (2003) secara rinci dijelaskan sebagai berikut:

  1. Identitas
    Remaja yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak, atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peranan sosial atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntutan yang dibebankan pada mereka, mungkin akan memiliki perkembangan identitas yang negatif.

  2. Kontrol diri
    Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.

  3. Usia
    Munculnya tingkah laku antisosial pada usia dini berhubungan dengan penyerangan serius nantinya pada masa remaja, walaupun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi perilaku kenakalan.

  4. Jenis kelamin
    Remaja laki-laki lebih banyak melakukan tingkah laku antisosial dari pada perempuan.

  5. Harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memiliki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga biasanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cendrung rendah.

  6. Proses keluarga
    Kurangnya dukungan keluarga, seperti: kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan disiplin yang efektif, kurangnya kasih sayang orangtua, dapat menadi pemicu timbulnya kenakalan remaja.

  7. Pengaruh teman sebaya
    Memiliki teman-teman sebaya yang melakukan kenakalan, meningkatkan resiko remaja untuk menjadi nakal.

  8. Kelas sosial ekonomi
    Ada kecendrungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah.

  9. Kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal
    Masyarakat dengan tingkat kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Berdasarkan uraian diatas faktor-faktor penyebabnya terjadinya kenakalan remaja terdapat dua faktor yaitu faktor internal (identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin) dan faktor eksternal (harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal).

Faktor yang mempengaruhi remaja melakukan penyimpangan menurut (Sarwono, 2011) adalah:

  • Pilhan yang rasional (Rational choice)
    Teori ini mengutamakan faktor individu dari pada faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukannya adalah atas pilihan, interes, motivasi atau kemauannya sendiri. Di Indonesia banyak yang percaya pada teori ini, misalnya kenakalan remaja dianggap sebagai kurang iman sehingga anak dikirim ke pesantren kilat atau dimasukkan ke sekolah agama, yang lain menganggap remaja yang nakal kurang disiplin sehingga diberi latihan kemiliteran (Sarwono, 2011).

  • Ketidakteraturan sosial (Social disorganization)
    Permasalahan yang menyebabkan kenakalan remaja adalah berkurangnya atau menghilangnya pranata-pranata masyarakat yang selama ini menjaga keseimbangan atau harmoni dalam masyarakat. Ketidakteraturan sosial ini terjadi dalam bentuk perubahan-perubahan norma seiring dengan berkembangnya pengetahuan dan teknologi yang menuntut remaja dapat mengikuti perkembangan tersebut. Peran orang tua yang diwujudkan dalam pemilihan pola pengasuhan akan dapat menempatkan remaja untuk kembali kepada norma yang berlaku. Faktor psikologis dari keanakalan remaja meliputi hubungan remaja dengan orang tua dan faktor kepribadian dari remaja itu sendiri. Suasana dalam keluarga, hubungan antara remaja dan orang tuanya memegang peranan penting atas terjadinya kenakalan remaja (Gunarsa, 2009). Penelitian Shanty (2012) menemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja adalah ketidakberfungsian keluarga, dimana peran orang tua dalam mencegah kenakalan anak remajanya berjalan kurang efektif. Orang tua yang bekerja di luar rumah tidak mampu memberikan pengawasan dan perhatian dengan baik sehingga remaja mencoba untuk mencari jati dirinya di luar rumah.

  • Tekanan (Strain)
    Teori ini dikemukakan oleh Merton yang intinya adalah bahwa tekanan yang besar dalam masyarakat, misalnya kemiskinan, menyebabkan sebagian dari anggota masyarakat yang memilih jalan rebellion melakukan kejahatan atau kenakalan remaja. Faktor eksternal dalam lingkungan sosial juga menunjang terjadinya kenakalan remaja, sehingga dapat dikatakan adanya suatu lingkungan yang delinquen yang mempengaruhi remaja tersebut (Gunarsa, 2009) Tekanan ini terjadi juga akibat dari salah pergaulan (Differential association). Menurut teori ini, kenakalan remaja adalah akibat salah pergaulan. Anak-anak nakal karena bergaulnya dengan anak-anak yang nakal juga. Paham ini banyak dianut orang tua di Indonesia, yang sering kali melarang anak-anaknya untuk bergaul dengan teman-teman yang dianggap nakal, dan menyuruh anak-anaknya untuk berkawan dengan teman-teman yang pandai dan rajin belajar (Sarwono, 2011).

  • Labelling
    Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak nakal selalu dianggap atau dicap (diberi label) nakal di Indonesia, banyak orang tua (khususnya ibu-ibu) yang ingin berbasabasi dengan tamunya, sehingga ketika anaknya muncul di ruang tamu, kemudian mengatakan pada tamunya, “Ini loh, mbakyu, anak sulung saya. Badannya saja yang tinggi, tetapi nakaaalnya bukan main”. Hal ini kalau terlalu sering dilakukan, maka anak akan jadi betul-betul nakal. Identitas diri melalui julukan atau pelabelan akan membentuk perilaku karena merupakan hasil penilaian terhadap dirinya, yang selanjutnya hasil penilaian akan mewarnai perilaku yang ditampilkan (Soetjiningsih, 2002).

  • Male phenomenon
    Teori ini percaya bahwa anak laki-laki lebih nakal daripada perempuan. Alasannya karena kenakalan memang adalah sifat laki-laki atau karena budaya maskulinitas menyatakan bahwa wajar kalau laki-laki nakal (Sarwono, 2011).

Papalia (2004), mengatakan bahwa remaja yang kurang diawasi, dijaga, diberi bimbingan dan diperhatikan oleh orangtuanya terlebih ibu maka akan cenderung berperilaku memberontak atau melakukan tindakan- tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dimasyarakat.

Faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kenakalan remaja menurut
Yusuf (2004) adalah :

  • Perselisihan atau konflik antar orangtua maupun antar anggota keluarga

  • Perceraian orangtua

  • Sikap perlakuan orangtua yang buruk terhadap anak

  • Penjualan alat-alat kontrasepsi yang kurang terkontrol

  • Hidup menganggur

  • Kurang dapat memanfaatkan waktu luang

  • Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memperhatikan nilai-nilai moral)

  • Beredarnya film film bajakan dan bacaan porno

  • Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok

  • Diperjualbelikannya minuman keras dan obat-obatan terlarang secara bebas

  • Kehidupan ekonomi keluarga yang morat marit atau berkekurangan

Gunarsa (2004) mengelompokkan faktor–faktor penyebab kenakalan remaja menjadi :

1. Faktor Pribadi

Setiap anak memiliki kepribadian khusus, dan keadaan khusus pada anak ini dapat menjadi sumber munculnya perilaku menyimpang. Keadaan khusus ini adalah keadaan konstitusi yaitu potensi bakat atau sifat dasar pada anak yang kemudian melalui proses perkembangan, kematangan atau perangsangan dari lingkungan menjadi aktual, muncul dan berfungsi.

2. Faktor Keluarga

Keluarga mempunyai peranan yang besar terhadap perkembangan sosial pada anak. Keluarga secara langsung atau tidak langsung akan berhubungan terus menerus dengan anak, memberikan rangsangan melalui berbagai corak komunikasi antara orangtua dengan anak, hubungan antar pribadi dalam keluarga yang meliputi pula hubungan antar saudara menjadi faktor yang penting terhadap munculnya perilaku yang tergolong nakal. Struktur tanggung jawab dalam sebuah keluarga secara umum bahwa ayah bertugas mencari nafkah, sedangkan ibu bertugas merawat rumah dan mendidik anak- anak, sehingga fungsi ibu dalam proses pengasuhan dan pendidikan terhadap anak sangat penting. Fungsi ibu tersebut dapat mengalami hambatan jika ibu keluar dari jalur tanggung jawabnya, seperti ikut bekerja di luar rumah, sehingga pengasuhan dan pendidikan terhadap anak bisa jadi kurang maksimal.

3. Lingkungan Sosial dan Dinamika Perubahannya

Perubahan yang terjadi di dalam masyarakat memunculkan ketidakserasian dan ketegangan yang berdampak pada sikap dan lingkungan pergaulan. Perubahan jaman yang begitu cepat dan arus informasi yang tidak terkontrol akan membuat seseorang mudah terpengaruh serta lingkungan yang negatif akan menjerumuskan anak pada perilaku nakal.

Supratiknya (2003), mengatakan faktor-faktor kenakalan remaja dapat dibagi menjadi :

  • Penyakit atau gangguan tertentu, meliputi cedera otak, retardasi mental, serta beberapa jenis gangguan neurosis ataupun psikosis. Cedera otak dapat menjadikan seseorang kehilangan kontrol diri sehingga mudah melakukan perbuatan-perbuatan diluar batas.

  • Pola hubungan dalam keluarga yang patogenik , hal ini dapat berupa broken home, terutama karena perceraian atau juga kurangnya contoh yang baik dari orangtua. Pola hubungan yang kurang sehat seperti saat ibu mengambil alih tugas ayah sedikit banyak akan menimbulkan pergeseran tatanan dalam rumah tangga, seperti pendidikan dan pola pengasuhan terhadap anak.

  • Pengaruh teman, pola kenakalan remaja umumnya dilakukan secara berkelompok.

  • Faktor sosiokultural, dapat berupa perasaan terasing, penolakan sosial atau pembentukan geng dikalangan remaja.

  • Stres akibat berbagai pengalaman yang tidak menyenangkan dapat menjerumuskan remaja ke dalam tindak kenakalan.

Selain beberapa faktor diatas, menurut Kartono (1985) ada beberapa faktor lagi yang juga menjadi faktor kenakalan remaja, antara lain :

1. Faktor Guru

Dedikasi guru merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Mutu atau kualitas guru menentukan dalam usaha membina anak didiknya karena guru di dalam mengajar akan membentuk kepribadian anak. Guru yang tidak mempunyai dedikasi akan bertugas secara terpaksa, seperti tidak berminat di dalam mengajar, sering bolos, sehingga hal ini berakibat murid-murid menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murid berbuat sekehendak hatinya, dan hal ini merupakan sumber kenakalan yang disebabkan oleh guru yang tidak memperhatikan tugasnya.

2. Penerapan disiplin yang kaku tanpa menghiraukan perasaan anak

Penerapan disiplin yang kaku dapat menyebabkan anak melakukan “pemberontakan“ terhadap peraturan-peraturan yang ada disekolah sebagai wujud protes anak terhadap sekolah maupun terhadap guru.

3. Suasana sekolah yang buruk

Suasana sekolah yang buruk menyebabkan anak menjadi suka membolos, malas belajar, anak meninggalkan sekolah (drop out) dan sebagainya. Suasana sekolah yang buruk meliputi sikap guru yang tidak baik terhadap siswa, cara mengajar guru yang tidak disenangi, adanya musuh disekolah, dan sebagainya.

Berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh-tokoh diatas,maka faktor-faktor penyebab kenakalan dapat dibagi menjadi :

1. Faktor Individu

Faktor yang muncul dari dalam diri individu itu sendiri, tanpa pengauh lingkungan sekitar. Faktor individu ini meliputi antara lain :identitas diri, kontrol diri, usia, jenis kelamin, stress serta adanya masalah yang dipendam.

2. Faktor Keluarga

Keluarga merupakan kelompok terkecil yang merupakan wadah aktifitas setiap anggota keluarga untuk mencapai tujuan bersama, yaitu kesejahteraan keluarga. Faktor- faktor dari keluarga meliputi : dasar agama yang kurang, keluaga broken home, status ekonomi, kurangnya kasih sayang dari orangtua, kurangnya pengawasan dari orangtua, kurang penerapan disiplin yang efektif, sikap perlindungan dari orangtua yang berlebihan. Faktor ibu dalam hal ini cukup dominan karena secara struktur tugas dalam rumah tangga memiliki tanggung jawab dalam mengasuh, mendidik, dan membimbing anak, sehingga jika tugas ibu tersebut digantikan oleh orang lain atau malah diabaikan yang disebabkan pekerjaan lain maka sedikit banyak akan menimbulkan geseran tatanan dalam rumah tangga.

3. Faktor Lingkungan

Faktor yang terjadi dari kejadian-kejadian yang mempunyai hubungan dengan seseorang yang tampak dan terdapat dalam kehidupan sehari-hari. Faktor lingkungan meliputi : tempat tinggal, pergaulan yang negatif / pengaruh teman sebaya, diperjualbelikannya alat-alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat- obatan terlarang secara bebas, faktor sosiokultural; pengaruh dari teman yang tidak sebaya, dan tidak adanya bimbingan kepribadian dari sekolah.

Faktor paling berperan di dalam menimbulkan kenakalan remaja adalah faktor keluarga dan teman sebaya karena remaja yang di dalam keluarga kurang mendapat perhatian dan bimbingan orangtuanya akan mencari perhatian kepada lingkungan diluar rumah dan teman-teman sebayanya.

Faktor- Faktor Penyebab Delinquency (Kenakalan Remaja)

Kartono menyebutkan motif yang mendorong remaja meakukan tindak kejahatan dan kedursilan itu antara lain:

  1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan,
  2. Meningkatnya agresivitas dan dorongan seksual,
  3. Salah asuh atau salah didik orang tua, sehingga anak menjadi manja dan lemah mentalnya,
  4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk meniru-niru,
  5. Kecenderungan pembawaan yang patologis dan abnormal,
  6. Konflik bathin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta pembelaan diri yang irrasional.

B. Simanjuntak menyebutkan sebab-sebab terjadinya kenakalan remaja sebagai berikut:

Faktor Intern

  1. Cacat keturunan yang bersifat biologis-psikis
  2. Pembawaan yang negatif, yang mengarah ke perbuatan nakal
  3. Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan pokok dengan keinginan. Hal ini menimbulkan frustasi dan ketegangan.
  4. Lemahnya kontrol diri dan persepsi sosial
  5. Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan yang baik dan kreatif.
  6. Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobi yang sehat.

Faktor Ekstern

  1. Rasa cinta dari orang tua dan lingkungan
  2. Pendidikan yang kurang menanamkan bertingkah laku sesuai dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah dan masyarakat
  3. Menurunkan wibawa orang tua, guru, dan pemimpin masyarakat. Hal ini erat hubungannya dengan ketiadaan tokoh identifikasi
  4. Pengawasan yang kurang efektif dalam pembinaan yang berpengaruh dalam domain afektif, konasi, konisi dari orang tua, masyarakat dan guru.
  5. Kurang penghargaan terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Hal ini erat hubungannya dengan ketiadaan dialog antara ketiga lingkungan pendidikan.
  6. Kurangnya sarana penyalur waktu senggang. Hal ini berhubungan dengan ketidakpahaman pejabat yang berwenang mendirikan taman rekreasi. Sering pejabat mendirikan gedung di tempat itu sehingga tidak ada lagi taman rekreasi yang dipergunakan.
  7. Ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja, baik dalam segi pendekatan sosiologik, psikologik maupun pedagogik.