Apa Saja Faktor Faktor Kemunculan Ilmu Sosial dan Sosiologi?


Sebagian besar ilmu pengetahuan muncu karena adanya dorongan dari beberapa faktor. Begitu pula dengan ilmu sosial dan sosiologi.

Apa saja faktor-faktor kemunculan ilmu sosial dan sosiologi?

Jadi, jika dilihat dari munculnya filsafat dan pengetahuan, kelahiran sosiologi sebagai ilmu sosial modern telah melampaui masa-masa yang panjang. Ada peristiwa-peristiwa besar yang membuat banyak orang untuk mempelajari hubungan-hubungan antara manusia, proses sosial, terutama mengapa terjadi perubahan-perubahan besar dan radikal.

Jadi, dapat dikatakan bahwa sosiologi sebetulnya merupakan refleksi ilmiah atas perubahan-perubahan yang terjadi pada masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui beberapa perubahan sosial yang mendorong lahirnya sosiologi sebagai suatu ilmu. Beberapa peristiwa penting yang membuat ilmu yang mempelajari masyarakat mendapatkan perhatian besar dan menarik minat banyak orang, antara lain:

Revolusi Politik

Perubahan-perubahan yang ada juga menuntut para ahli sosial mempelajari untuk menggambarkan pola-pola perubahan di masa lalu dan meramalkan perubahan-perubahan yang akan terjadi di masa
depan. Sejarah menunjukkan pola-pola kekuasaan yang ada di dunia ini, mulai bentuk hubungan dalam masyarakat, hingga terjadinya perubahan sosial dan pola-pola hubungan serta lembaga-lembaga baru. Terciptanya perubahan sejarah terjadi karena kekuatan sejarah yang terus tumbuh. Artinya, sejarah digerakkan oleh suatu kekuatan. Jika kekuatan itu besar dan mengandung suatu arah gerak yang baru, kekuatan itu akan menentukan bentuk sejarah selanjutnya.

Kita telah mengenal berbagai macam perubahan yang terjadi, misalnya lembaga kekuasaan, mulai dari negara budak , negara kerajaan, hingga negara modern. Perubahan-perubahan menuju tiap tahap kadang diwarnai dengan gerakan dan benturan sosialpolitik. Misalnya, kemunculan negara modern. Untuk menuju ke sana, ternyata harus dilalui dengan pertentangan antara gerakan dan kekuatan sosial baru dengan kekuatan lama yang kepentingannya tidak sama dan saling berbenturan. Hukum pertentangan itu adalah bagian dari hukum sejarah yang sangat penting. Perubahan tak jarang dilalui dengan pertentangan dulu.

Masyarakat Barat modern dengan idenya tentang hubungan sosial baru (demokrasi, persamaan, kesetaraan, dan keadilan) ternyata juga lahir dari pertentangan yang sengit antara kaum demokrat dan kaum feodal . Kaum demokrat mengadakan revolusi, seperti Revolusi Prancis yang berdarahdarah. Revolusi yang diawali dengan kaum demokrat yang tumbuh pesat yang menginginkan negara modern yang berprinsip pada kebebasan dan kesetaraan, dengan kaum monarkis yang masih ingin mempertahankan kerajaan.

Kemunculan ilmu sosial dan sosiologi di Barat salah satunya dipicu oleh meningkatnya minat pengamat dan kaum intelektual tentang adanya perubahan sosial politik yang radikal. Revolusi politik yang fenomenal adalah revolusi politik yang terjadi di Prancis tahun 1789 dan beberapa perubahan politik lainnya yang terus berlanjut sampai abad 19. Dalam revolusi itu terjadi situasi chaos dan ketidaktertiban. Masyarakat tiba-tiba berubah dari organisasi yang teratur dan tertib menjadi tidak teratur. Ketidaktertiban ini mendorong ilmuwan untuk merefl eksikan faktor sosial apa yang mungkin bagi ketertiban sebuah masyarakat?

Revolusi Industri dan Kebangkitan Kapitalisme ditandai transformasi ekonomi dari agrikultur menjadi industri. Banyak orang meninggalkan dunia pertanian dan memilih bekerja pada dunia industri yang ditawarkan oleh pabrik-pabrik. Dalam sistem industry ini, orang bekerja dengan waktu yang lama, namun mendapat upah yang rendah.

Revolusi Industri dan Kebangkitan Kapitalisme

Situasi buruh yang memprihatinkan dalam dunia industri melahirkan gerakan-gerakan buruh yang menentang sistem kapitalisme yang tidak adil. Gerakan ini membawa bencana yang besar, terutama bagi masyarakat Barat. Situasi ini mendorong Karl Marx , Emile Durkheim , Max Weber , dan George Simmel untuk melakukan refl eksi kritis terhadap apa yang terjadi dalam masyarakat kapitalisme.

Perubahan menuju industrialisasi dan kapitalisme merupakan perubahan yang sifatnya radikal dan kualitatif. Perubahan pelanpelan dari hasil penemuan ilmu dan pengetahuan telah mengubah tatanan material, kekuatan-kekuatan material baru muncul, yang lama dikembangkan dan bahkan juga ada yang ditinggalkan dan dihilangkan. Demikian juga terjadi pada ranah kesadaran dan cara pandang. Cara pandang lama sebagai buah feodalisme yang ciri utamanya adalah fatalistis dan metafi sik, ditinggalkan dan digantikan oleh cara pandang modern yang rasionalistis.

Teori Karl Marx tentang perubahan ini cukup bagus dalam memberikan penjelasan. Teori Materialisme-Dialektika dan teori sosial pertarungan kelasnya menghasilkan penjelasan yang luar biasa. Menurutnya, peralihan ke masyarakat kapitalis dari masyarakat feodal terjadi juga karena syarat-syarat produksinya telah terpenuhi. Dengan berkembangnya tenaga produksi, hubungan produksi (relation of production) yang lama tidak mampu sehingga selalu mengarah ke arah hubungan produksi dan cara produksi (mode of production) yang baru. Gejala ini dapat dilihat dari adanya revolusi kapitalis di berbagai negara Barat (terutama Inggris) sejak ditemukannya peralatan-peralatan dan teknologi modern yang sering dikenal sebagai “Revolusi Industri ”.

Sejak saat itu terjadi berbagai revolusi borjuis yang meruntuhkan sebagian besar struktur ekonomi-politikbudaya feodal, yang mengarahkan masyarakat pada kapitalisme yang terus berkembang. Tumbuhnya demokrasi liberal-kapitalis Barat, yang kemudian hari dicangkokkan dan diadopsi oleh negara-negara lainnya melalui ekspansi kapital, ditopang oleh pertumbuhan kelaskelas intelektual dan elite-elite borjuis yang menggantikan posisi elite feodal pada masa sebelumnya.

Masyarakat berkelas adalah masyarakat tempat terjadi penindasan, ketika kerja kelas tertentu yang mayoritas diisap oleh kelas yang dominan. Masyarakat berkelas ini menunjukkan antagonisme antara tenaga produksi dengan hubungan produksi .

Ciri-ciri lainnya adalah sebagai berikut:

  1. Muncul kelas pedagang, kelas borjuis , yang jumlahnya kian bertambah banyak yang lama-kelamaan menjadi pilar bagi perekonomian yang nantinya mengarah pada industrialisasi;
  2. Munculnya penemuan-penemuan baru dan datangnya teknologiteknologi baru seperti impor kompas dari Timur, mesin cetak yang bisa dipindah, bubuk mesiu, penemuan sistem matahari, serta sirkulasi darah. Pengetahuan tentang geografi juga muncul, terutama akibat perjalanan mengelilingi bumi oleh Vasco da Gama, Columbus, dan Magellan; dan
  3. Minat ke arah intelektual dan budaya kian meningkat, kelas menengah keranjingan untuk berpikir, berkesenian, dan meminati sastra . Minat pada etika, metafisika, dan teologi (Kristen) kian berkurang.

Gejala yang tak dapat dipisahkan dari industrialisasi kapitalisme adalah adanya urbanisasi besar-besaran. Akibat industrialisasi kapitalisme, sejumlah besar orang pada abad 19 dan ke-20 tercerabut
dari rumah mereka di pedesaan dan pergi ke kota. Hal ini disebabkan oleh tawaran industri-industri di kota. Hal ini membawa persoalan: mereka harus menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Kota pun mengalami kepadatan penduduk, polusi, kemacetan, dan seterusnya. Alam kehidupan perkotaan dan persoalan-persoalannya menarik perhatian para sosiolog.

Kebangkitan Sosialisme dan Komunisme

Sosialisme merupakan jawaban atau jalan keluar yang ditawarkan oleh Karl Marx terhadap eksploitasi terhadap manusia terutama buruh sebagaimana yang terjadi dalam masyarakat kapitalisme . Komunisme adalah tahapan tertinggi dari masyarakat tempat kelas dan pertentangan kelas (yang terjadi dalam masyarakat berkelas di masa perbudakan, feodal, dan kapitalis) menghilang karena sudah tidak ada lagi monopoli atas alat-alat produksi dan sumber-sumber ekonomi.

Tahapannya, sebagaimana kelahiran corak masyarakat sebelumnya, adalah melalui revolusi proletariat yang menghancurkan tatanan borjuasi. Proletariat yang berkesadaran kelas dan di bawah ideologi komunis—Partai Komunis sebagai pelopornya—akan mengantarkan sosialisme dengan kediktatoran proletariat. Kediktatoran ini akan menghancurkan sisa-sisa borjuasi yang masih melawan terhadap pengilangan monopoli dan kepemilikan alat-alat produksi.

Kediktatoran Proletariat inilah yang ditegaskan Marx dan kaum Marxis berikutnya sebagai jalan untuk mengantarkan menuju komunisme . Kediktatoran ini beda dengan masyarakat kapitalis yang pada dasarnya adalah kediktatoran kelas juga (diktator kapitalis)—tempat minoritas menguasai alat produksi modal dan menggunakannya untuk menindas mayoritas kelas pekerja.

Karl Marx dengan tegas menyatakan bahwa revolusi proletariat haruslah menghasilkan satu kediktatoran kelas proletar. Marx juga jujur bahwa sistem dalam negara proletar kelak masih akan berupa satu kediktatoran karena sebelum negara benar-benar melenyap, kediktatoran itu masih akan tetap ada. Sekali lagi, Marx konsisten karena hal ini berkaitan dengan teorinya tentang negara.

Namun, yang berkuasa dalam diktator proletariat adalah massa rakyat mayoritas yang tadinya tertindas. “Diktator” ini maknanya bertujuan untuk menindas segala kemungkinan bangkitnya kembali kekuatan-kekuatan reaksioner dari kaum kapitalis. Gerakan kontrarevolusi adalah sebuah keniscayaan. Alat-alat pertahanan diri pun sangat penting untuk menyelamatkan negara proletar ini dari upaya reaksioner.

“Kediktatoran” ini demokratik karena ia merupakan perwujudan dari mayoritas rakyat. Tidak seperti negara sebelumnya, yang merupakan kehendak dari minoritas kapitalis, suatu kekuasaan yang lahir dari mengisap hasil lebih massa rakyat. “Kediktatoran” ini juga dijalankan secara demokratik: para pemegang alat-alat represi dipilih oleh dewan-dewan dan hanya memegang jabatan itu dalam waktu yang sesingkat mungkin inilah yang akan mencegah timbulnya kekuasaan berada di tangan segelintir orang.

Dalam sejarah Komune Paris , suatu peristiwa yang dilihat Marx, setelah kediktatoran proletariat ini berdiri dengan penghancurannya pada negara borjuis (pembubaran tentara reguler, penghancuran birokrasi, dan produk politik borjuis, demokratisasi ekonomi politik melalui dewan-dewan rakyat), kekuatan reaksioner Prancis justru bersekongkol dengan borjuis asing untuk melawan Komune Paris. Maka, Komune pun hanya bisa bertahan selama tiga bulan—tetapi secara prinsip, prinsip sosialisme sudah terpenuhi di Komune Paris itu. Sejarah selalu menunjukkan, ketika kaum buruh dan kaum tani menarik dukungan mereka dan berbalik bangkit dalam perlawanan, kaum borjuasi pun kembali berpaling pada kekuatan tentara untuk mempertahankan diri.

Perubahan Agama

Semangat keagamaan yang dibawa Renaissance mendatangkan gejala baru: hubungan antara manusia dan Tuhan lebih penting daripada hubungan manusia dengan Gereja. Artinya, otoritas Gereja mulai mendapatkan delegitimasi. Pada abad pertengahan, liturgi Gereja dalam bahasa Latin dan doa ritual Gereja merupakan tulang punggung kebaktian agama. Hanya para pendeta dan biarawan yang membaca Bibel sebab Bibel hanya ditulis dalam bahasa latin. Akan tetapi, pada masa Renaissans, Bibel diterjemahkan dari bahasa Yahudi dan Yunani ke dalam berbagai bahasa nasional. Itu adalah hal-hal kecil yang memicu terjadinya reformasi.

Gerakan reformasi ini menandai babak baru peran Gereja (agama) terhadap politik dan negara di Barat. Sebuah peristiwa yang penting terjadi pada 31 Oktober 1517, saat seorang pendeta Augustinian yang bernama Martin Luther menempelkan 95 pernyataan bersejarah di pintu gereja kastil di Wittenberg. Tindakan ini berhasil memecah persatuan agama Kristen di Eropa Barat dan Gereja Katolik.

Martin Luther tidak puas dengan hierarki Gereja dan hukum gereja, yang dianggapnya tidak berdasarkan kitab suci dan hanya digunakan untuk memperoleh kekayaan duniawi. Dominasi Gereja dan ketidakpuasannya itu seiring dengan kebangkitan cintanya pada kebangsaan Jerman. Akhirnya, ia mempermasalahkan hubungan antara Gereja dan negara. Ketika Kaisar Jerman berselisih dengan raja-raja, mula-mula Luther mengajarkan bahwa kaum Kristen boleh membela diri terhadap pemerintahan yang sewenang-wenang. Jika kaisar melanggar undang-undang, baginya rakyat tak usah mematuhinya.

Ada yang menganggap bahwa Luther memisahkan diri dari Gereja Katolik karena ia tidak mau membayar remisi setelah pengampunan dosa. Itu hanya salah satu hal. Alasan lainnya adalah bahwa menurut Luther orang-orang tidak membutuhkan campur tangan gereja atau para pendeta untuk menerima ampunan Tuhan. Ampunan Tuhan juga tak tergantung pada pembelian “remisi” gereja. Perdagangan surat-surat izin itu akhirnya dilarang oleh Gereja Katolik sejak abad keenam belas.

Luther juga sering dituduh tidak konsisten dengan pemikiran politiknya. Meski demikian, kita layak menyebutnya sebagai teolog pertama yang mendirikan gerakan besar keagamaan yang berpengaruh bagi lahirnya era modern yang sekuler dan apa pun yang teori politik yang dikemukakannya sepenuhnya terkait dengan tujuan-tujuan keagamaan yang ditafsirkannya. Secara berani, ia memisahkan diri dengan Roma, justru karena ia percaya bahwa hubungan manusia dengan Tuhan jauh lebih penting daripada kedudukan manusia di dunia.

Akan tetapi, radikalisme keagamaannya sangat berbeda (bertentangan) dengan konservatisme ekstremnya dalam masalah politik. Ia menyerang Gereja, tetapi terus mengajarkan bahwa tiap orang harus patuh pada negara. Pada agama, ia melakukan reformasi yang menyeluruh, tetapi pada politik ia ajarkan kepasifan dan kesabaran. Perubahan-perubahan sosial sebagaimana yang terjadi dalam revolusi industri, politik dan urbanisasi semacam itu memiliki pengaruh yang besar terhadap agama. Perubahan dalam agama menarik perhatian Auguste Comte, Emile Durkheim, Max Weber , dan Karl Marx .

Pada masa itu, legitimasi dan dominasi Gereja mulai berkurang, bahkan ada yang sangat tidak menyukai campur tangan Gereja terhadap politik dan urusan negara. Di sinilah paham sekularisme
muncul, keinginan untuk memisahkan urusan agama dari masalah negara/politik. Orang lebih menyukai pengetahuan dan kebebasan berekspresi daripada cara berpikir yang terkekang. Jadi, ini adalah era lahirnya humanisme . Dalam bahasa Profesor Hallowell, keterampilan yang sebelumnya diarahkan pada pembangunan katedral-katedral megah yang menjadi simbol kejayaan Tuhan, sekarang diarahkan pada pemujaan kepada manusia.

Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan tidak hanya diajarkan di kolese-kolese atau universitas-universitas, tetapi juga dalam masyarakat secara keseluruhan. Produk teknologi dan ilmu pengetahuan memengaruhi setiap sektor kehidupan. Perubahan ekonomi dan transformasi dari masyarakat feodal menuju zaman industri memang tak lepas dari peran ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Sebenarnya, perubahan memang terjadi sejak kehidupan ada karena itu merupakan hukum sejarah. Akan tetapi, berbagai perubahan radikal dalam ranah ekonomi telah memengaruhi banyak hal, terutama pemikiran dan ilmu pengetahuan.

Era Pencerahan (Renaissance)—begitulah banyak orang menyebutnya. Jika dilihat pada kalender, banyak yang mengatakan bahwa era ini terjadi mulai abad ke-14 hingga ke-16. Tentunya, tak ada perkembangan pemikiran yang tak disebabkan oleh dinamika material ekonomi. Era tersebut merupakan era transisi dari masyarakat pertanian murni menuju sistem komersial kapitalis. Uang logam sebagai pengganti barter mulai digunakan dan inilah yang mempercepat perdagangan.

Sebelum masa revolusi industri dan abad pencerahan (enlightment), perubahan pada ranah pemikiran tentang masyarakat bisa dirujuk dalam peradaban besar, seperti zaman Yunani Kuno (yang merupakan fondasi pemikiran modern awal). Jika pemikiran tentang masyarakat tidak mendahului pembentukan peradabanperadaban, tetapi merupakan sesuatu gejala sosial yang baru menampakkan diri setelah berabad-abad lamanya ada peradaban yang tinggi, pemikiran itu akan ditemui sumbernya di tempat hubungan-hubungan sosial memberi kemungkinan dan alasan untuk itu. Memanglah sangat penting bagi lembaga masyarakat seperti negara bahwa ia mengizinkan warga-negaranya untuk mengeluarkan pendapat tentang negara dan kekuasaan secara kritis, sedangkan sikap demikian rupa terhadap kehidupan negara dan masyarakat harus tampak pula pada rakyat negara itu.

Situasi yang demikian tentu merupakan suatu perkembangan masyarakat yang baru dalam sejarah. Itulah yang terjadi di era Yunani Kuno, tepatnya yang terjadi di Athena . Mulai abad ke-5 SM, kesadaran bermasyarakat semacam itu mula-mula dimulai oleh berbagai faktor dan kejadian, misalnya sifat agama di sana yang tidak mengenal ajaran Tuhan yang ditetapkan sebagai kaidah hukum yang terlalu sakral. Juga, ada faktor sosio-historis, misalnya, keadaan geografis negeri yang membuatnya mengarah kepada perdagangan dan kolonisasi, yang membuat bangsa Yunani bertemu dengan negeri-negeri di sebelah Timur yang bentuk negaranya berbentuk republik. Kesadaran bangsa Yunani sebagai kesatuan, yang disebabkan oleh peperangannya yang menang dengan bangsa Persia, seiring dengan terpecah-pecahnya menjadi negara-negara kecil dan individualisme.

Setelah bangsa Yunani berhasil mempertahankan diri terhadap serangan bangsa Persia, ia menganggap telah bisa menyelamatkan kebangsaan dan kemerdekaannya, kepribadiannya, dan setelah itu datanglah masa keemasan yang ditandai dengan berbagai perkembangan di bidang seni dan ilmu pengetahuan. Yunani pun segera mengalami titik baliknya, muncul pertanyaan tentang
kehidupan yang akan menentukan masa yang akan datang.
Tradisi berpikir filsufi setelah lama terjadi. Milete , salah satu koloni Yunani , adalah tempat lahirnya filsafat . Awalnya, dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan fi lsafat kosmologis, tentang bangun dan susunan alam semesta. Setelah Pericles meninggal pada 429 SM, di Athena mulai muncul fi lsafat yang radikal, dan demokrasi mulai menjadi masalah banyak orang yang membutuhkan pemecahan bersama. Dari sinilah mulai muncul para fi lsuf besar. Para pemuda menginginkan jawaban-jawaban bijak tentang masyarakat dan negara, dan mereka mendatangi orang-orang yang dianggap bijak.

Awalnya, pemikiran didominasi oleh kaum Sofis , yaitu kaum menawarkan jasa-jasa bagi orang yang ingin mendengarkan mereka dan mereka diberi imbalan yang layak. Lambat laun keberadaan mereka tak begitu disukai, terutama setelah muncul fi lsuf yang berusaha mencari pedoman-pedoman lebih baik, pedoman-pedoman tentang masa depan pemerintahan negara. Dengan munculnya Socrates yang juga sering bertukar pikiran dengan kaum Sofi s, mulailah perkembangan pikiran kemasyarakatan bangsa Yunani.

Demokrasi mencapai puncak perkembangannya di Athena selama abad ke-5 SM. Unit pemerintahan yang dikenal pada saat itu adalah apa yang dalam sejarah politik disebut sebagai “Negara Kota ” atau “polis ”, sebuah bentuk organisasi politik yang unik dan tak ada padanannya di masa modern. Di Yunani ada ratusan polis dengan berbagai ukuran dan bentuk pemerintahan. Akan tetapi, yang paling dikenal karena kemajuannya adalah Athena, sebuah polis tempat intelektualisme mencapai puncaknya yang sangat tinggi, dan bidang pengajaran juga memiliki kekuatan sosial dan politik.

Athena merupakan kota yang kecil, secara corak produksi dapat dikatakan sebagai kombinasi antara daerah industri dan pertanian. Terdapat wilayah urban yang dikelilingi tembok dan ada wilayah pinggiran pedesaan yang terletak di luarnya yang terdiri dari kebun anggur, padang rumput, dan ladang. Negara kota ini merupakan entitas yang secara hukum independen dari kekuasaan pemerintahan superior mana pun. Ia memiliki konstitusi sendiri, membuat hukum sendiri, dan melaksanakan hubungan luar negeri sendiri.

Negara kota menjadi bentuk masyarakat politik yang akrab karena seluruh warga negara memainkan peran yang langsung dan komprehensif dalam pemerintahan persemakmuran. Setiap individu memiliki “rasa memiliki” kota tersebut, menjadi mitra bukan subjek baginya. Orang-orang Yunani secara umum sepakat bahwa kehidupan yang benar-benar berperadaban hanya bisa berlangsung dalam hubungannya dengan polis . Sebab, kotalah yang menjadi jantung dan inspirasi bagi prestasi mereka dalam bidang sastra , seni , fi lsafat , dan dalam pengembangan kehidupan yang baik.

Berikutnya datanglah era Romawi Kuno yang menunjukkan pergeseran karakter pemikiran sosial. Dalam sejarah pemikiran politik, Romawi dapat dikatakan membawa gagasan yang merupakan transisi dari era Yunani Kuno menuju pemikiran Eropa barat Era Modern. Periode Romawi dikenal bukan karena teori politiknya, melainkan karena hukumnya, dan dalam hal tertentu juga karena administrasinya. Di bidang inilah Romawi meninggalkan warisannya pada Barat.

Meskipun mendapatkan legitimasi dan dasar yuridis (hukum) yang kuat, kerajaan Romawi pada akhirnya juga jatuh dalam keadaan yang bobrok dan lemah. Pemerintahan daerah (provinsi) menjadi demoral dan hanya memikirkan kepentingan pribadi dan kelompoknya serta sangat korup.

Di kota-kota Romawi juga banyak kedatangan kaum miskin dan para gembel yang menimbulkan berbagai macam kerusuhan sekaligus perlawanan. Pada ranah pemikiran, permulaan abad Masehi diwarnai dengan situasi serba-putus harapan. Para kaisar pun juga kian despotik. Sebuah kekuatan fi lsafat keagamaan lahir dari wilayah Timur yang kemudian dikenal sebagai agama Kristen. Gerakan ini lahir di wilayah terpencil yang terpinggirkan. Kelahiran Yesus dan pertumbuhannya yang bersahaja menghipnotis orang-orang Romawi. Pengikut Yesus dari Nasareth semakin banyak pengikutnya membawa agama baru bagi kerajaan, juga menyebarkan kesadaran baru, pemahaman baru, dan harapan baru akan pengampunan. Dengan cepat, ajaran Kristen merasuki masyarakat, yang belakangan juga menjadi darah bagi peradaban Barat.

Mulai abad ke-4, agama Kristen bahkan menjadi agama bagi kelas sosial yang paling berpengaruh di kerajaan. Dengan ajaran toleransi yang diundangkan oleh Constantine pada 313, agama ini mendapat pengakuan resmi. Kemudian setelah paganisme dibatasi secara legal, agama Kristen menjadi agama resmi dan eksklusif kerajaan. Bentuk masyarakat agama dan masyarakat politik berdiri sejajar, berdiri dalam wilayah hukum yang sama.

Di era inilah, pemikiran sosial tidak bisa berkembang karena dominasi gereja dan pemikiran metafisik. Kemudian, masa semacam itu jelas tak bisa bertahan lama karena tak sesuai dengan perkembangan sosiologis yang terus saja berubah. Kemunculan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang memungkinkan pemikiran abad kegelapan tak mendapatkan legitimasinya. Bahkan, meskipun pemikiran lama itu berusaha menghalau perubahan kesadaran menuju pencerahan (enlightment) yang bertumpu pada pemikiran ilmiah, misalnya pembunuhan terhadap Copernicus yang mengatakan pusat tata surya adalah matahari (yang berbeda dengan pandangan lama gereja) setelah ditemukannya alat bantu (teknologi berupa teleskop), pada akhirnya sejarah berpihak pada kekuatan material baru: ilmu pengetahuan dan teknologi, yang melahirkan pemikiran-pemikiran dan kesadaran baru.

Awalnya, agama bertarung dengan pengetahuan dan menghasilkan pemikiran keberagamaan yang dinamis. Pemikiranpemikiran dinamis semacam itulah yang memengaruhi pemikiran politik kalangan pengikut dan tokoh Kristen. Intinya adalah mereka telah melihat bahwa pemerintahan dan negara yang terlalu didominasi Gereja justru terlalu tidak memberi ruang demokrasi bagi rakyat, tidak memberikan kesejahteraan umum. Inilah yang memunculkan pandangan sekularisme, pandangan yang menginginkan pemisahan antara agama (gereja) dan negara/politik. Salah satu contoh yang terkenal adalah tokoh reformasi Martin Luther . Ini sejalan dengan kemunculan pandangan modern, nasionalisme, humanisme, dan kebebasan, kesetaraan, keadilan dalam istilah yang modern (rasional).

Jika dulunya sikap menerima dan pasrah dianggap sebagai kebajikan tertinggi, masa sekarang prestasi perseorangan yang tak dapat dilakukan orang lain mendapat pujian dan mendorong lainnya untuk maju. Doktrin-doktrin Gereja yang irasional mulai mendapatkan pertentangan-pertentangan. Bahkan, di kalangan kaum Gereja.

Berikutnya ide-ide modern dengan teori-teori sosial yang dilandaskan pada pemikiran ilmiah mendominasi dunia kebudayaan Barat. Kaum borjuis (industrialis dan pemilik modal) yang butuh keuntungan mengembangkan pengetahuan dan teknologi baru untuk mengubah alam, menggunakan mesin-mesin dan teknologi, untuk kebutuhan melakukan ekploitasi terhadap alam. Para ilmuwan menemukan teknologi baru yang belum ada sebelumnya (invention), serta menggunakan yang sudah ada untuk dimodifi kasi supaya lebih berguna. Alam juga berubah karena teknologi dan pembangunan industri.

Di tingkatan ilmu sosial, muncul berbagai penyelidikan tentang manusia dan hubungan sosial serta kebudayaan. Mulai banyak lontaran-lontaran teori sosial yang berusaha menjelaskan gejala-gejala manusia dan hubungannya, masalah lembaga sosial, dan proses yang terus berjalan dengan cepat.