Apa saja contoh produk yang berhasil menerapkan MVP?

Minimum Viable Product banyak digunakan bukan hanya oleh perusahaan kecil seperti start up namun juga perusahaan besar dalam membuat produknya. MVP merupakan validasi tahap awal dalam pangsa pasar, dan jika validasi yang dilakukan tepat maka produk yang dihasilkan ke depannya juga akan berhasil. Lalu apa saja contoh produk yang berhasil sejak diluncurkan sampai sekarang setelah menerapkan MVP?

1. Dropbox
Untuk menjawab apakah konsumen ingin menggunakan dan membayar untuk solusi file-sync serta untuk membenarkan pasar bagi investor, Houston dan timnya harus “keluar dari gedung” dan menempatkan pengalaman pengguna yang diusulkan di depan pengguna asli untuk mendapatkan feedback. Mereka membuat video penjelasan dan membagikannya dengan jaringan mereka untuk melihat bagaimana orang-orang bereaksi. Jika sebuah gambar bernilai seribu kata, maka sebuah video yang mendemonstrasikan produk Anda bernilai jutaan. Video dengan durasi 3 menit itu mampu menarik sekitar 5.000 hingga 75.000 pengguna untuk sign up dalam waktu semalam saja.

2. Airbnb
Interaksi up-close memberikan Chesky dan Gebbia pandangan terhadap apa yang potensial pelanggan inginkan. MVP concierge ini membantu memvalidasi pasar dan membuktikan orang akan membeli pengalaman tersebut. Dengan asumsi awal terjawab, bahwa orang mau membayar untuk tinggal di rumah orang lain daripada hotel dan bahwa tidak hanya lulusan sarjana saja yang mendaftar, mereka membuat Airbnb (yang kemudian disebut AirbedAndBreakfast)

3. Groupon
Andrew Mason memulai dengan website bernama The Point, wadah untuk membawa orang bersama untuk mencapai sesuatu yang tidak dilakukan sendiri, seperti galang dana atau memboikot pengecer. Tetapi website tidak terlalu menarik perhatian maka dari itu mereka mencoba sesuatu yang lain.

Menggunakan domain yang sama, mereka membangun blog bernama The Daily Groupon dan mulai memposting penawaran setiap hari secara manual. Ketika seseorang mendaftar untuk tawaran tertentu, tim akan menghasilkan dokumen PDF dan mengirimkannya lewat email menggunakan Apple Mail. Website sederhana ini menunjukkan tim bahwa hal ini merupakan pasar yag benilai jika hanya dilihat dari manual-first (“Wizard of Oz”) MVP yang membantu mereka mem-pivot tawaran mereka dari apa yang telah dilakukan sebelumnya.

4. Buffer
Buffer adalah aplikasi sederhana yang Anda gunakan untuk menjadwal postingan jaringan sosial, pada dasarnya memberi waktu jeda antar postingan Anda sehingga Anda tidak membanjiri jendela media sosial teman Anda. MVP Buffer pertama kali hanyalah landing page sederhana. Landing page menjelaskan apa itu Buffer dan bagaimana Buffer bekerja, mengajak orang untuk mendaftar dan menawarkan jadwal serta tombol biaya untuk orang yang tertarik mengklik.

5. Zappos
Zappos memiliki penjualan tahunan lebih dari 1 miliar dolar dan diakuisisi oleh Amazon seharga 1,2 miliar di tahun 2009. Tetapi di tahun 1999, ketika co-founder Nick Swinmurn ingin membangun sebuah toko ritel online yang menyediakan sepatu pilihan terbaik, asumsi bahwa orang mau menggunakannya butuh diuji.

Swinmurn memulai dengan memasang foto sepatu dari pengrajin sepatu lokal di website untuk mengukur permintaan toko online. Ketika seseorang memesan online, Ia kembali ke toko dan membelinya. Dibandingkan dengan investasi dalam infrastruktur dan inventaris, hal ini memberikan Zappos kesempatan untuk menjawab apakah produk mereka diterima masyarakat atau tidak.

Sumber