Apa saja ciri-ciri Ummatan Wasatan ?

Ummatan wasathan

Ummatan wasathan adalah masyarakat yang hidup seimbang karena posisinya di tengah-tengah dan mampu memilah serta memilih yang terbaik dari segala yang saling bertentangan.

Apa saja ciri-ciri dari Ummatan Wasatan ?

Ciri-ciri Ummatan Wasatan, yang dipergunakan untuk memudahkan pemahaman terhadap subtansi dari ummatan Wasatan itu sendiri, adalah sebagai berikut:

1. Adanya hak kebebasan yang harus selalu diimbangi dengan kewajiaban.

Setiap manusia, umat muslim khususnya harus cerdas menyeimbangkan antara hak dan kewajiaban, yaitu adanya kesadaran akan hak dan kewajiaban secara seimbang untuk menentukan terwujudnya ummatan Wasatan.

2. Keseimbangan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi, serta material dan spiritual.

Di dunia ini ada dua kecenderungan yang terjadi pada kehidupan umat manusia. Mereka yang cenderung materialistik atau terlalu keduniaan, dalam artian adanya sebagian manusia yang jika telah mencapai kemajuan material sehingga yang terjadi ialah kerusakan akhlak, keserakahan, dan kegelisaan nurani. Akibatnya, apa yang di capainya hanya sebatas itu saja, bukan kebahagiaan yang hakiki. Sebaliknya, kecenderungan pada spiritualisme, dan melupakan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi, maka yang terjadi adalah keterbelakangan dan menjadi permainan orang lain.

Maka dari hal itu dalam Q.S. al-Qasas/28:77 mengingatkan agar tidak terlalu cenderung pada salah satunya:

Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Maka dalam hal tersebut umat Islam harus betul-betul menguasai dan memahami apa yang datang sebagai hal yang baru, seperti teknologi sebagai alat yang diperlukan untuk membangun dunia. Sehingga dengan itu, umat Islam dapat menjadi syuhada atau memiliki andil yang berarti dalam pembangunan peradaban manusia khususnya umat Islam itu sendiri. Atas dasar itulah kesesimbangan antara materi dan spiritual menjadi syarat terwujudnya umat yang Wasatan.

3. Keseimbangan yang terwujud pada pentingnya kemampuan akal dan moral.

Kemampuan akal manusia tercermin dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi hanya akan mampu menyelesaikan sebagian persoalan manusia, jadi bukan keseluruhannya. Jika ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai produk kecerdasan akal berada di tangan orang-orang yang tidak memiliki moral yang luhur, juga bisa menimbulkan malapetaka. Artinya, jika hanya dengan ilmu pengetahuan tanpa adanya moral maka akan terjadi suatu kesenjangan.

Misalnya penyimpangan moral yang dilakukan oleh kaum kelas atas dengan melakukan peraktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang akibatnya berdampat pada masyarakat, sehingga timbullah anekdok ‚yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin‛. Hal itu dikarenakan tidak adanya moral. Begitupula dengan orang yang miskin yang tanpa didasari moral dalam dirinya, lebih-lebih jika keduanya tidak dimiliki (moral dan ilmu pengetahuan) maka yang terjadi adalah adanya kasus kriminal karena tidak adanya arah tujuan ditambah dengan keputus asahan.

Sebaliknya, moralitas yang tinggi tanpa diimbangi oleh penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, hanya akan menghasilkan bangsa yang diperbudak dan tidak akan pernah tampil sebagai pemimpin. Oleh karena itu, harus dipahami bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus bergerak seimbang dengan kemajuan iman dan taqwa.

Referensi :

  • Tarmizi Taher, Berislsam Secara Moderat, (Cet. I; Grafindo Khasanah Ilmu: Jakarta Selatan, 2007)
  • Hery Sucipto ed, Islam Madzhab Tengah: Persembahan 70 Tahun Tarmizi Taher, (Cet.I; Grafindo Khasanah Ilmu: Jakarta Selatan, 2007)