Apa saja aspek dan fungsi dari ontologi?

Aspek ontologi

Objek telaah ontologi adalah ada. Studi tentang yang ada pada dataran studi filsafat pada umumnya dilakukan oleh filsafat metafisika. Istilah ontologi banyak digunakan ketika kita membahas yang ada dalam konteks filsafat ilmu. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada dan universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada, meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.

Objek formal ontologi adalah hakikat seluruh realitas. Bagi pendekatan kuantitatif, realitas tampil dalam kuantitas atau jumlah, telaahnya akan menjadi kualitatif, realitas akan tampil menjadi aliran-aliran materialisme, idealisme, naturalisme, atau hylomorphisme .

Aspek ontologi dari ilmu pengetahuan tertentu hendaknya diuraikan secara metodis (mengunakan cara ilmiah); sistematis (saling berkaitan satu sama lain secara teratur dalam suatu keselurusan); koheren (unsur-unsurnya harus bertautan, tidak boleh mengandung uraian yang bertentangan); rasional (harus berdasarkan pada kaidah berikir yang benar/logis); komprehensif (melihat objek yang tidak hanya dari satu sisi atau sudut pandang, tetapi juga secara multidimensional atau secara keseluruhan/holistik); radikal (diuraikan sampai akar persoalannya atau esensinya); universal (muatan kebenarannya sampai tingkat umum yang berlaku di mana saja).

Fungsi dan manfaat ontologi

Fungsi dan manfaat dalam mempelajari ontologi, yaitu berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek atau bidang garapan, konsep-konsep, asumsi-asumsi, dan postulat-postulat ilmu. Di antara asumsi dasar keilmuan antara lain pertama, dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar ada. Kedua, dunia empiris dapat diketahui oleh manusia dengan pancaindra. Ketiga, fenomena yang terdapat di dunia ini berhubungan satu dengan yang lainnya secara kausal (Ansari 1987: 80 dalam buku Ihsan 2010).

Ontologi menjadi penting karena pertama, kesalahan suatu asumsi akan melahirkan teori, metodologi keilmuan yang salah pula. Sebagai contoh, ilmu ekonomi dikembangkan atas dasar postulat bahwa “manusia adalah serigala bagi manusia lainnya” dan asumsi bahwa hakikat manusia adalah “ homo ekonomikus ”, makhlus yang serakah (Sastra ratedja 1988 dalam buku Ihsan 2010). Oleh karena itu, asumsi ini akan memengaruhi teori dan metode yang didasarkan atas keserakahan manusia tersebut. Kedua, ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan dunia yang integral, komprehensif, dan koheren. Ilmu dengan ciri khasnya mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang objek. Namun, pada kenyataannya kadang hasil temuan ilmiah berhenti pada simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-pisah.