Apa pola pikir yang berbeda dan paling signifikan antara lulusan SMA dan lulusan S1?

Sebanyak dua pertiga atau sekitar 66 persen murid Indonesia menganggap bahwa kecerdasannya tak bisa diubah. Sayangnya, anggapan tersebut nyatanya memengaruhi pola pikir (mindset) yang akan mengantarkan pada perilaku dan hasil yang berbeda dalam hal pengembangan diri secara signifikan

Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh profesor dari Standford University Carol Dweck, menunjukkan bahwa kedua pola pikir atau mindset yang berbeda ini mengantarkan pada perilaku dan hasil yang berbeda secara signifikan.

Anak-anak yang menganggap kemampuan mereka hanya berdasarkan apa yang mereka dapat selama 7 tahun sekolah dan tak berpikir bahwa kecerdasan dapat dikembangkan, nilai akademisnya cenderung stagnan selama beberapa tahun. Sedangkan anak-anak yang berpikir bahwa mereka masih bisa meningkatkan kemampuan dan kecerdasannya, nilainya cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Chief Education Zenius, Sabda PS mengatakan, dalam belajar hal pertama yang perlu diperbaiki ialah mentalitas. “Banyak anak yang merasa dirinya tidak enggak cerdas, enggak kreatif, enggak bisa ini itu dan lain-lain. Pikiran-pikiran seperti itu secara tidak sadar malah membatasi potensi kita sendiri,” paparnya dikutip dari laman Zenius. Padahal, kecerdasan sendiri merupakan proses berpikir dengan aturan-aturan tertentu yang bisa dipelajari dan ditingkatkan.

Sumber : Dua Pertiga Siswa Indonesia Anggap Kecerdasan Tak Bisa Diubah, Ini Dampaknya Halaman all - Kompas.com.

bisa dilihat dari problem solving. lulusan S1 sudah mendapatkan berbagai macam pengalaman baik itu organisasi, magang, pengembangan sofskills maupun hardskills sesuai dengan minat dan bakat mereka sehingga dalam pemecahan masalah itu lebih memikirkan urusan jangka panjang dan juga lebih kompleks pembahasannya.
lulusan SMA ini dalam problem solving masih terkesan lebih sempit. pengembangan sofskills mereka hanya sebatas eskul dan juga organisasi yang lingkungannya hanya orang-orang sekolah yang sudah saling mengenal satu sama lain sehingga memiliki risiko yang lebih rendah dalam masalah yang ada. pihak-pihak yang terlibat juga sudah saling memahami dan mengenal karakter satu-sama lain.

Mengenai ada banyaknya kepala maka akan ada banyak pula pendapat dan pemikiran yang berbeda. Di SMA juga sebetulnya sudah cukup banyak orang, tetapi ketika diminta sebuah pendapat mereka cenderung mengikuti suara terbanyak dan ikut-ikutan saja. Sementara mahasiswa, mereka sudah lebih kuat dalam memegang prinsip sehingga akan adanya pendapat yang beragam. Hal ini bisa terjadi karena background knowledge anak-anak SMA yang cenderung datang dari 1 wilayah yang sama sehingga memiliki pemikiran yang tidak jauh berbeda, bahkan akan terus menurun jika ketika mereka menikah nanti akan tetap tinggal dilingkungan yang sama dengan didikan yang diberikan orangtua yang sama pula. Dengan adanya keberagaman ini, lulusan S1 lebih bisa menghargai berbagai macam pendapat dan perbedaan. Tentang menghargai keberagaman ini juga dikarenakan, mahasiswa memiliki lebih banyak relasi dan bertemu dengan berbagai macam individu.

Lalu, tentang rencana-rencana masa depan. Yang saya lihat dari lingkungan pertemanan saya, yang memang menjajal kursi mahasiswa lebih berani untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba berbagai macam hal. Berkebalikan dengan yang hanya lulusan SMA, mereka lebih realistis dan cenderung takut untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba berbagai hal baru.

Menurutku yang paling membedakan dari lulusan SMA dan lulusan Sarjana pada dunia kerja adalah aspek problem solving dan ketahanan pada tekanan yang diberikan atau keadaan under pressure. Lulusan SMA hanya merasakan pergaulan di masa SMA mereka dengan tugas dari guru yang hanya begitu-begitu saja. Belum ada tugas yang memiliki langkah pengerjaan yang beragam dan umumnya output dari pengerjaan tugas tersebut sekedar untuk menambah kognitif/pengetahuan mereka saja. Kemudian, anak SMA hanya memiliki kenalan atau teman yang umumnya dari kota yang sama, maka dari itu, circle pergaulan dinilai masih sempit sehingga masih belum bisa mengenal lebih banyak orang dari berbagai latar belakang.

Lulusan sarjana dari segala jenis universitas tentunya memiliki relasi dan teman perkuliahan yang lebih luas dibanding lulusan SMA. Beberapa lulusan sarjana yang mengikuti organisasi dan kepanitiaan juga akan memiliki softskills yang lebih baik dibanding lulusan SMA. Kemudian bagi lulusan sarjana yang melewati berbagai macam tugas seperti pembuatan makalah, kuis mendadak, ujian, tugas dengan deadline mepet, dan lain sebagainya tentunya lebih tahan dengan keadaan under pressure dibanding lulusan SMA. Pola pikir sarjana juga dituntut lebih sistematis dengan pembuatan skripsi yang dimulai dari latar belakang hingga kesimpulan. Terlebih lagi bagi lulusan sarjana yang sudah mengalami perantauan di masa mereka kuliah, mereka dituntut untuk lebih bisa mengatur hidupnya secara mandiri dan bisa cepat beradaptasi dengan lingkungannya.

1 Like

Yang aku rasakan pola pikir semasa SMA cenderung masih tertutup dan mentalnya belum terlalu kuat sehingga adanya perasaan ragu dan kurang percaya diri. Setelah saat ini berkuliah menurutku pola pikir jadi makin terbuka, lebih percaya diri dan visi misi semakin terlihat. Sejalan dari waktu ke waktu makin banyak program pemerintah yang dicanangkan untuk pengembangan diri dan kemampuan seperti adanya Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka yang implementasi secara langsung. Semenjak kuliah, makin banyak bertemu orang dari berbagai latar belakang serta memiliki sudut pandang masing-masing menurutku dapat memberikan wawasan yang luas, rasa percaya diri makin terbangun, lebih berani mengambil risiko.

menurutku perbedaan pola pikir lulusan SMA dengan lulusan S1 yang pertama pada pengambilan keputusan. lulusan SMA biasanya masih ragu dalam pengambilan keputusan. mereka tidak percaya diri dengan keputusan yang mereka buat dan tidak berani menerima resiko yang diterima. dan juga ide pemikiran kurang luas karena semasa SMA dalam organisasi atau kepanitiaan dalam mengambil keputusan biasanya dibantu oleh pembina atau pendamping. berbeda dengan lulusan S1. lulusan S1 cenderung mudah dalam mengambil keputusan. lulusan S1 tahu keputusan apa yang harus dibuat dan berani mengambil resiko. Lulusan S1 pemikirannya lebih luas jadi biasanya mereka selalu memiliki backup plan jika sewaktu-waktu ada problem dengan keputusan yang diambil.