Apa penyebab naik turunnya kurs mata uang?

Seperti yang sudah kita ketahui, setiap negara yang ada di dunia memiliki mata uang masing-masing dengan nilai tukar yang berbeda-beda. Apa yang menyebabkan naik turunnya kurs mata uang?

Setiap negara memiliki mata uang yang berbeda-beda dan juga nilai tukar yang berbeda pula. Nilai mata uang menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan kondisi ekonomi dari suatu negara. Beberapa penyebab terjadinya perubahan nilai tukar mata uang antara lain adalah sebagai berikut:

  1. Diferensiasi Inflasi
    Sebuah negara dengan tingkat inflasi rendah yang konsisten akan memperlihatkan nilai mata uang yang meningkat, seiring dengan peningkatan daya beli relatif dibanding dengan mata uang lain. Selama setengah abad terakhir, negara-negara dengan inflasi rendah termasuk Jepang, Jerman dan Swiss, sedangkan Amerika Serikat dan Kanada mencapai inflasi rendah belum selama negara-negara yang disebutkan diawal. Negara-negara yang memiliki inflasi yang lebih tinggi biasanya akan melihat depresiasi pada mata uang mereka dalam hubungan kepada mata uang dari partner dagang mereka. Hal ini juga biasanya dibarengi oleh suku bunga yang lebih tinggi.

  2. Diferensiasi Suku Bunga
    Suku bunga, inflasi dan nilai mata uang sangat memiliki korelasi yang tinggi. Dengan mengatur suku bunga, bank sentral mencoba mengatur pengaruh dari inflasi dan nilai mata uang, dan perubahan suku bunga akan berimbas pada inflasi dan nilai mata uang. Suku bunga yang lebih tinggi menawarkan para kreditur dalam ekonomi sebuah imbal hasil yang lebih tinggi relatif terhadap negara lain. Karena itu, suku bunga yang lebih tinggi akan menari modal asing dan menyebabkan nilai mata uang akan meningkat. Imbas dari suku bunga yang lebih tinggi akan berkurang jika inflasi sebuah negara lebih tinggi dibanding dengan negara lain, atau jika faktor tambahan menarik turun nilai mata uang. Dan begitu juga dalam kondisi sebaliknya, yang karena itu suku bunga lebih rendah cenderung menurunkan nilai mata uang.

  3. Defisit Neraca Berjalan
    Neraca berjalan adalah keseimbangan perdagangan antara sebuah negara dengan partner dagangnya, yang merefleksikan semua pembayaran antara negara untuk barang, jasa, suku bunga dan dividen. Defisit dalam neraca berjalan menandakan bahwa sebuah negara lebih banyak membeli dari luar negeri dibanding dengan menjualnya, dan meminjam modal dari sumber luar negeri untuk membiayai defisit tersebut. Dalam kata lain, negara membutuhkan lebih banyak mata uang asing daripada apa yang diterimanya dari penjualan untuk ekspor, dan menyuplai lebih banyak mata uangnya sendiri dibanding dengan tingkat permintaan luar negeri untuk produk-produknya. Tingkat permintaan berlebih untuk mata uang asing akan menurunkan nilai tukar mata uang sebuah negara sampai barang dan jasa domestik lebih murah untuk pelaku pasar asing, dan aset asing tidak terlalu mahal untuk menghasilkan penjualan bagi minat domestik.

  4. Hutang Publik
    Negara akan menghasilkan sebuah pembiayaan defisit dalam skala besar untuk membiayai proyek publik atau masyarakat dan pendanaan pemerintah. Walaupun aktivitas seperti itu akan menstimulasi ekonomi domestik, negara yang memiliki defisit dan hutang publik besar menjadi kurang menarik bagi investor asing. Alasannya? Hutang yang besar akan memicu inflasi, dan jika inflasi meninggi, hutang tersebut akan dibayar dengan nilai tukar yang rendah dimasa mendatang.

Dalam skenario terburuk, pemerintah mungkin akan mencetak lebih banyak uang untuk membayar sebagian dari hutang-hutang tersebut, tetapi hal ini akan meningkatkan suplai uang yang pastinya akan meningkatkan inflasi. Lebih jauh, jika sebuah pemerintah tidak mampu menangani defisit melalui usaha domestik (seperti menjual obligasi dan meningkatkan suplai uang), lalu mereka harus meningkatkan jumlah surat berharga untuk dijual ke pelaku pasar asing, sehingga akan menurunkan nilai tukarnya. Akhirnya, sebuah hutang yang besar akan menimbulkan kecemasan bagi pihak luar jika mereka yakin mengenai resiko gagal bayar sebuah negara. Untuk alasan ini, peringkat hutang sebuah negara (seperti yang disediakan Moody’s Investor dan Fitch Rating) adalah sebuah penentu penting bagi nilai tukar mata uang. Sebagai contoh pada bualn Mei 2011 ini, Moody’s dan Fitch menurunkan peringakat Utang Yunani, berakibat melemahnya EURO terhadap semua mata uang lainnya.

  1. Ketentuan Perdagangan
    Sebuah rasio yang membandingkan antara harga ekspor dengan harga impor, ketentuan perdagangan berkaitan dengan negara berjalan dan keseimbangan pembayaran. Jika harga ekspor sebuah negara meningkat lebih besar daripada impor, hal ini bisa dikatakan ketentuan perdagangannya membaik. Meningkatkan ketentuang dagang menunjukkan tingkat permintaan lebih tinggi untuk ekspor negara tersebut. Hal ini, sebaliknya, akan menghasilkan peningkatan pendapatan dari ekspor, yang menyediakan peningkatan permintaan untuk mata uang negara (dan akan meningkatkan nilai mata uang). JIka harga ekspor meningkat dalam level yang lebih kecil daripada impornya, nilai mata uang akan menurun dibandingkan dengan partner dagangnya.

  2. Stabilitas Politik dan Kinerja Ekonomi
    Investor asing pastinya akan mencari negara yang stabil dengan kinerja ekonomi yang baik dimana mereka akan menginvestasikan uangnya. Sebuah negara dengan atribut positif seperti itu akan menarik dana investasi dari negara lain yang memiliki tingkat resiko politik dan ekonomi yang lebih tinggi. Kekacauan politik, contohnya, bisa menyebabkan hilangnya keyakinan pada mata uang dan adanya perpindahan modal menuju mata uang dari negara yang lebih stabil. Stabilitas politik ini juga mempengaruhi negara yang punya hubungan erat dengan negara yang bekerjasama dengan negara tersebut. Sebagai contoh ketengangan di Timur Tengah menyebabkan US$ melemah, karena pasokan minyak ke US sedikit terhambat.
    Sebenarnya banyak sekali faktor yang menyebabkan naik turunnya nilai tukar mata uang suatu negara. Tapi 6 faktor diatas merupakan faktor yang besar sekali pengaruhnya.