Apa makna yang terkandung di dalam Surat Az Zalzalah ?

Surah Az-Zalzalah adalah surat ke-99 dalam Al-Qur’an. Surat ini terdiri atas 8 ayat dan tergolong pada surat Madaniyah. Surat ini diturunkan setelah surah An-Nisa’. Nama Az-Zalzalah diambil dari kata Zilzaal yang berarti ‘goncangan’ dan terdapat pada ayat pertama surat ini.

Apa makna yang terkandung di dalam Surat Az Zalzalah ?

Surat Az-Zalzalah yang terdiri dari delapan ayat ini termasuk surat madaniyah yang menerangkan tentang awal mula terjadinya kiamat dan penghisaban amal manusia. Amal baik maupun jelek yang sangat kecil sekalipun, pasti mendapat balasan dari sisinya. Karena itu setiap manusia berkewajiban mempersiapkan diri menghadapi goncangan bumi, yakni dengan memperbanyak amal shaleh, menjauhi segala bentuk kemaksiatan. Sebab mereka sama sekali tidak akan dapat menghindarkan diri dari ancaman kiamat dan perhitungan amal. Tinggal pada saat ini mereka berupaya menyelamatkan diri dari segala akibat yang ditimbulkan kiamat dengan memperbanyak amal, meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT.

ASBABUN-NUZUL

Ketika Allah SWT. Telah menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW. Berupa : Wa yuth’imuunath tha’aama ‘alaa hubbuhii mikkiinan wa yatiiman wa asiiraa, Dan mereka memberi makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan ” (QS. Al-Insaan:8)

Kaum muslimin beranggapan bahwa orang yang sedekah dengan nilai yang sangat minim tidak akan mendapat pahala. Mereka beranggapan pula, bahwa melakukan dosa kecil, seperti : berbohong dan mengumpat, mencuri pandang kepada wanita cantik dan perbuatan tercela lainnya, tidak akan mendapat balasan dari Allah berupa siksa, Allah swt akan mengampuninya. Mereka beranggapan pula, bahwa ancaman api neraka hanya disediakan buat orang-orang yang melakukan dosa besar. Oleh karena ada asumsi yang demikian di kalangan kaum muslimin, maka Allah SWT meurunkan ayat yang ke tujuh dan ke delapan dari surat Az-Zalzalah sebagai bantahan terhadap asumsi mereka tersebut. Jadi, perbuatan sekecil apapun akan mendapatkan balasan dari Allah. Yang baik mendapatkan pahala, yang jelek mendapat siksa. ( HR. Ibnu Abi Hatim dari Sa’id bin Jubair ).

Referensi :

Surat Al-Zalzalah merupakan surat ke 99 dari mushaf Al-Qur’an, turun setelah surat An-Nisa’, surat ini termasuk deretan surat Makiyyah akhir dan madaniyah awal. Surat ini berhubungan dengan kegoncangan dan pengikisan yang dahsyat

Dinamakan surat Al-Zalzalah diambil dari kata Zilzalah yang terdapat dalam ayat pertama ayat ini. Al-Zalzalah menurut bahasa berarti gerakan yang keras dan goncangan, Tazalzalat al-ardhu (jika bumi bergoncang dan bergetar) kemudian ia digunakan dalam hal-hal yang keras dan menakutkan mungkin asalnya adalah zailat al-shafah (batu licin) sehingga tergelincirlah telapak kaki di atasnya dan bergoncanglah.

Menurut ahli bahasa kata Al-Zalzalah apabila dibaca fathah Al-Zalzalah maka kedudukannya menjadi isim (kata benda), dan apabila dibaca kasroh Al-Zalzalah maka kedudukannya menjadi masdar ( verbal noun ), dan adapula yang berpendapat Zalzalah baik dibaca fathah maupun kasrah keduanya termasuk masdar mempunyai satu arti yaitu kegoncangan .

Dalam Al-Qur’an kata Zalzalah atau Zilzalah dapat ditemukan dalam lima tempat, kata ini mendeskripsikan ketakutan yang terbesar, keadaan yang keras, kesal sangat membingungkan seperti dalam kengerian perang. Dalam surat Al-Ahzab ayat 10-11.

“(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan (mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka(10) Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat(11)”

Para mufassir mengatakan bahwa fi’il (pelaku) dihilangkan karna sudah dimaklumi, tanpa memperhatikan dan itu adalah fenomena gaya bahasa yang berlaku untuk peristiwa-peristiwa hari akhir, diketahui bahwa subyeknya adalah Allah Ta’ala, dengan kata lain Allah SWT adalah pelakunya, Dia yang maha suci, menciptakan langit di bumi, dan menurunkan Al-Qur’an untuk hambanya, memberikan petunjuk siapa yang dia kehendaki dan menyesatkan siapa yang Dia kehendaki.

Kesemuanya ini menunjukkan bahwa Allah-lah pelakunya kata Zalzilat , tetapi sebagaimana telah kita katakan bahwa yang demikian itu merupakan fenomena gaya bahasa yang berlaku untuk keadaan seperti itu, guna memusatkan perhatian kepada peristiwa itu sendiri dan agar ada kesan bahwa bumi bergoncang secara sukarela sendiri dan spontanitas.

Fi’il madhi (kata kerja bentuk lampau) adalah untuk menetapkan bahwa hal itu pasti terjadi, dan didahului idha, tanpa kehilangan pengaruh ungkapan tersebut yang menyimpan kesan bahwa ia merupakan penggunaan fi’il madhi , sebagai ganti dari mustaqbal yang jelas, tetapi idha mempunyai pengaruh penjelas tersendiri dalam keadaan seperti ini.

Orang-orang kafir bertanya tentang hari hisab, Allah menjelaskan dalam surat ini tanda-tanda hari kiamat agar mereka mengetahui bahwa tidak mungkin menentukan waktu datangnya hari tersebut. Saat manusia dikumpulkan seluruhnya dihadapan Allah untuk ditentukan siapa-siapa yang berhak mendapat azab dan siapa pula yang harus mendapat pahala.

Dalam ayat ini Allah mengungkapkan bahwa bumi tergelentar dengan bergoncang sedahsyatnya, sebagaimana diterangkan dalam ayat lain yaitu ayat 1 surat Al-Hajj,

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat)”.

Dan firman-Nya: Al-Waqi’ah ayat 4,

“Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya”.

Keterangan ini menunjukkan tentang dahsyatnya keadaan ketika itu, dimaksudkan untuk menarik perhatian orang-orang kafir agar mereka memikirkan dan merenungkannya. Seakan-akan dikatakannya kepada mereka apabila bumi sebagai benda padat bisa bergelentar dengan dahsyatnya pada hari itu, maka mengapa kau sendiri tidak mau sadar dari kelalaian dengan meninggalkan kekafiran.

Jadi yang dimaksud Al-Zalzalah adalah gempa dahsyat yang terjadi pada saat menjelang kiamat, dalam Al-Qur’an untuk mengungkapkan hari kiamat terkadang juga menggunakan istilah Zalzalah , disamping nama-nama lain yang tidak kurang dari 32 nama untuk menyebut nama hari kiamat, seperti yaumul bats, yaumul akhir, yaumul rajifah, yaumul qori’ah dan lain sebagainya.

Asbab Nuzul


Al-Qur’an diturunkan pada dua bagian, yang pertama bagian ayat yang diturunkan secara spontan (tanpa ada sebab tertentu). bagian ke dua ayat diturunkan setelah adanya kejadian tertentu atau adanya pertanyaan sepanjang masa, turunnya wahyu kurang lebih dua puluh tiga tahun. Karna mengetahui sebab dan kejadian yang mengiringi dan berkaitan dengan suatu Nash, akan membantu untuk memahaminya dengan baik, dan memahami apa maksudnya. Syaikul Ibnu Taimiyyah berkata bahwa mengetahui Asbab Nuzul akan membantu untuk memahami ayat Al- Qur’an, karna ilmu tentang Asbab Nuzul akan mewariskan ilmu tentang munasabah (ayat Al-Qur’an yang diturunkan berkaitan dengan sebab itu).

Satu pendapat menyatakan bahwa surat Al-Zalzalah turun untuk menghilangkan praduga bahwa kebanyakan mukminin menganggap kebaikan yang sedikit tidak diperhitungkan oleh Allah dan tidak dibela-Nya, begitu pula dosa kecil yang sedikit bukan suatu hal yang tercela. Maka Allah menghilangkan kekeliruan mereka, dan menyingkap kesalahdugaan mereka, serta memberitahukan mereka bahwa tidak satu pun amal manusia yang lepas dari kontrol, setiap kebaikan sekecil apapun dibalas dengan kebaikan pula, dan setiap kejahatan dibalas dengan keburukan sekecil apapun kejahatan itu.

Kaum kafir seringkali menanyakan tentang hari perhitungan dalam hal ini mereka mengatakan, seperti yang disebutkan di dalam ayat: Al- Qiyamah 75: 6

“Ia bertanya: "Bilakah hari kiamat itu?"

Mereka juga menyatakan, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Yasin 36: 48,

“Dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?"

Dan masih banyak perkataan yang pengertiannya sama, kemudian Allah menjelaskan kepada mereka di dalam surat ini, terbatas pada tanda- tanda kiamat saja, hal ini dimaksudkan agar mereka mengetahui bahwa mereka tidak bisa mengetahui secara pasti terjadinya hari kiamat, yakni hari ketika umat manusia dihadapkan kepada tuhannya untuk menerima siksa bagi orang yang berdosa dan menerima pahala bagi orang yang beriman.

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Said bin Jubair mengenai ayat 7 dan 8:

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.

Yaitu ketika turun surat Al-Zalzalah ayat 7 dan 8 maka kaum muslimin beranggapan bahwa seseorang tidak akan diberi pahala atas amalan yang kecil sedikit, mereka enggan memberi sebiji kurma, sepotong roti dan kenari, karna mereka menolak si miskin itu dan mereka mengatakan: ini bukan apa-apa, kami hanya diberi pahala atas pemberian yang kami sayangi, ada juga yang beranggapan mereka tidak dituntut terhadap dosa kecil, seperti dusta, melihat yang haram atau menggunjing orang, mereka mengatakan Allah hanya mengancam terhadap dosa-dosa yang besar. Maka ayat ini Allah menggemarkan mereka untuk beramal meskipun sedikit dari kebaikan yang mungkin kelak menjadi besar dan banyak, demikian pula mengancam dari perbuatan kejahatan yang kecil sedikit kemungkinan tertumpuk sehingga menjadi banyak dan basar.

Abdullah bin Mas’ud ra. berkata: Rasulullah SAW bersabda:

“Awaslah kalian dari dosa-dosa kecil remeh (diremehkan), sebab ia akan menumpuk pada seseorang sehingga membinasakannya. Kemudian membuat satu contoh perumpamaan suatu rombongan yang berkemah di hutan, dan ketika tiba saat akan makan tiap orang pergi mencari kayu bakar, maka setiap orang mendapat satu dahan sehingga berkumpul benak dan di nyatakan api dan dapat masak apa yang mereka letakkan di atas api itu.”

Firman Allah surat Al-Zalzalah ayat 7 dan 8

“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya pula”.

Menurut Ar-Rozi Asbab An-Nuzul ayat ini adalah, dijelaskan bahwa ada dua laki-laki yang salah satunya akan menyedekahkan uang pada pengemis, sedangkan yang satunya melarangnya, yang melarangnya tadi menyatakan, untuk apa kau memberi uang ini kepada dia, yang satunya menjawab untuk meringankan dosa kita dan menghanyutkan siksa azab kita.

Ada tersirat pesan agar seorang mukmin selalu mawas dirinya, sehingga tiada penderitaan yang menimpanya karna pilihannya, dan bila suatu saat mereka telah berbuat dosa ia cepat kembali ke jalan yang benar dan tidak terlanjur dalam laku dosa. Rasul mengingatkan “sangat bahagia orang yang sibuk meniti kesalahan dirinya sehingga tidak ada waktu menghitung kesalahan orang lain”.

Al-Qur’an selain kalam Allah pedoman dan penuntun abadi manusia, apabila kita memandang dengan cara pandangan lain, semisal perspektif kesusastraan, maka Al-Qur’an dapat dipandang semacam diwan atau antologi yang tiada bandingannya, akan tetapi tidak bermaksud memposisikan Al-Qur’an sebagai puisi, karna Al-Qur’an menilai terang- terangan, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang menggunakan kalam bahasa.

Makna Surat Al-Zalzalah


Surat Al-Zalzalah terdiri dari 8 ayat, termasuk golongan surat-surat madaniyah diturunkan sesudah surat An-Nisa’, nama Al-Zalzalah diambil dari kata Zilzal yang terdapat dalam ayat pertama surat ini.

Isi pokok dalam surat ini adalah:

  • Ayat 1-2, tanda-tanda kiamat yang ditampilkan secara gamblang, Allah dengan kuasanya, menggoncangkan bumi yang selama ini tenang dan menyenangkan, demikian hebatnya goncangan sehingga menimbulkan kepanikan dan kegelisahan. Apabila bumi mengeluarkan kandungannya, kegelisahan lebih dirasakan oleh mereka yang selalu menolak berita wahyu dan mengukur segalanya dengan akal dan ilmunya, serba terbatas bahkan ada yang mengatakan bahwa hal ini tidak mungkin terjadi.

  • Ayat 3, berisikan, dengan goncangan yang dahsyat dan mendadak membuat orang-orang kafir gelisah dan bertanya, apa sebabnya?, ada yang sadar dan mengakui kekuasaan Allah, ada yang makin sesat akal yang dijadikan apapun tidak dapat memberi jawaban terhadap kejadian yang sangat menggelisahkan.

  • Ayat 4-5, pada waktu terjadinya goncangan itu bumi mengungkapkan segala yang telah terjadi padanya, Pemberitaan oleh bumi adalah rekonstruksi, sebagaimana dikatakan oleh Ath-Thabari dan para mufassir lainnya, yakni semua perubahan dan kerusakan yang terjadi di bumi yang tidak tersaksikan akan memberi tahu orang yang bertanya, dan menjelaskan keterangan yang ada padanya, dan apa yang mereka lihat akan karena proses alamiah sebagai kelanjutan tatanan alam, melainkan bahwa seluruh kejadian yang terjadi di bumi tiada lain adalah karna perintah Allah secara khusus. Dia berkata pada bumi Rusaklah kamu seperti halnya firman Allah ketika mewujudkan, yakni “ Kun”, jadi yang mengawali perwujudannya adalah perintah “Kun

  • Ayat 6-8, manusia dibangkitkan dari kubur, kebangkitan ini hanya didustakan sehingga banyak pula yang tidak siap menghadapinya, sebaliknya yang meyakini datangnya hari pembalasan akan sangat hati- hati menempuh hidupnya, dan keadilan Allah dan kejelian pengawasan- Nya, seluruh amal manusia terbalas dengan sempurna, yang baik dan yang menimbulkan dosa yang kecil atau yang besar, yang nyata dilakukan atau yang masih dalam niat. Karna itu tiada alasan untuk tidak melakukan perbuatan baik, sebagaimana tidak ada alasan untuk melanggar larangan Allah.

Ayat-ayat yang menjelaskan hapusnya amal kebaikan orang-orang kafir dan tidak akan bermanfaat bagi mereka adalah, bahwa amal kebaikan mereka tidak bisa menyelamatkan mereka dari siksa kekufuran meskipun kebaikan mereka lebih banyak dari pada kejahatannya, tetapi tidak dapat meringankan siksaan mereka, bagaimana tidak? Allah telah menyatakan dalam firman-Nya surat Al-Anbiya’ ayat 47 sebagai berikut:

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka tiadalah dirugikan seseorang barang sedikit pun. Dan jika (amalan itu) hanya seberat biji sawi pun pasti Kami mendatangkan (pahala) nya. Dan cukuplah Kami sebagai Pembuat perhitungan”.

Munasabah* Surat Al-Zalzalah


Dalam riwayat Ibnu Abbas dapat lihat bahwa surat Al-Zalzalah ini turun sesudah surat An-Nisa’(surat ke 4 dalam mushaf Al-Qur’an) dan sebelumnya surat Al-Hadid (surat ke 57 dalam mushaf Al-Qur’an) dari segi perurutan penulisannya dalam mushaf Usmani , surat ini merupakan surat yang ke 99, sedangkan surat ke 89 adalah surat Al-Bayyinah (bukit) dan surat yang ke 100 adalah surat Al-Adiyat (kuda perang yang berlari kencang).

Munasabah surat ini dengan surat sebelumnya (menurut tertib Usmani ) adalah sebagai berikut: pada surat sebelumnya, yakni surat Al-Bayyinah, Allah menurunkan ayat-ayat tentang balasan bagi orang-orang yang beriman dan pembalasan untuk kaum kafir. Sedangkan untuk surat ini (Al-Zalzalah) Allah menjelaskan saat dan tanda-tanda datangnya balasan dan pembalasan tersebut.

Munasabah surat ini dengan surat sesudahnya, dalam surat Al- Adiyyat digambarkan hiruk pikuk, kekalutan dan ketakutan yang dialami manusia ketika terjadinya kiamat dan goncangan bumi dan peristiwa kiamat itu terjadi demikian mendadak, sedangkan dalam surat ini (Al- Zalzalah) Allah menggambarkan bagaimana goncangan jiwa yang dialami saat kiamat, khususnya mereka yang selama ini mengandalkan kekuatan diri atau kelompoknya terlepas dari bantuan Allah, keadaan kiamat sedemikian cepat dan mendadak, manusia ketika itu sedang lengah tidur dengan nyenyak diwaktu pagi, kemudian mereka terbangun, mereka yang tadinya suatu kelompok besar tidak kuasa menghadapi musuh, karna kuatnya musuh dan peristiwa mendadaknya kiamat diumpamakan dalam bentuk serangan tentara berkuda.

Al-Bazzar, Ibnu Abi Hatim, dan Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, suatu ketika Rasul mengirim suatu pasukan, akan tetapi sampai sebulan kemudian beliau tidak mendapat kabar tentang pasukan itu maka turunlah surat ini.

Surat ini juga mengandung sumpah Allah, bahwa manusia itu sungguhlah mengingkari nikmat, yang tak tahu berterimakasih, mahluk yang amat loba terhadap harta dan bertabiat kikir. Dalam surat ini Allah mengancam manusia itu dengan azab yang amat dahsyat. Dalam surat Al- Zalzalah Allah menegaskan pembalasan yang akan diberikan terhadap kebajikan dan kejahatan. Sedangkan dalam surat Al-Adiyat Allah menghardik orang-orang yang mengutamakan hidup dunia dari pada akhirat, serta tidak mengajarkan kebajikan.

Referensi
  • Moh. Rifa’i, Terjemah/Tafsir Al-Qur’an , (Semarang: CV Wicaksana, 1993).
  • Aisyah Abdurrahman, Tafsir bintu Syati’ , terj. Mudzakir Abdussalam, (Bandung: Mizan, 1990).
  • Muhyiddin Ad-Darwis, I’rab Al-Qur’an Karim Wabayanuhu, (Syuriah: Darul Irsyad litsuni alfa maitah, t.th.).
  • Yusuf Qordlowi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an , Terj. Abdul Hayyie Al- Kattari, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999).
  • Muhammad Abduh, Tafsir Juzz Amma, terj. Moh, Syamsuri Yusuf Mujio Nurcolis, (Bandung: CV Sinar Baru, 1993).
  • Ahmad Musthofa Al-Maroghi, Tafsir Al Maroghi , Terj. Tafsir al-Maroghi , Jilid 30,(Semarang: CV Toha Putra, 1993).
  • Ibnu Kasir, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Kasir, terj, Tafsir Ibnu Kasir, Jilid 9, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1991).
  • Fakhur Ar-Razzi, Tafsir Al –Kabir Wamafatih Al-Qhaib , Juz XXX1, (Bairut: Dar al-Fikr, 1990).
  • H. Zaini Dahlan, Tafsir Juz Amma 30 , (Yogyakarta: Kreasi Total Media, 2008).
  • M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Qur’an Al Karim Tafsir Atas Surat-Surat Pendek Berdasarkan Turunnya Wahyu, (Bandung: Pustaka Hidayat, 1997).
  • Hasby As Shidiqy, Al-Bayan, Jilid lV, Cet Pertama, (Bandung: PT Al Ma’arif 1974).