Apa makna yang terkandung di dalam Surat Al Insyirah ?

Surah Al-Insyirah (“Kelapangan”) adalah surah ke-94 dalam al-Qur’an. Surah ini terdiri atas 8 ayat dan termasuk golongan surah-surah Makkiyah serta diturunkan sesudah surah Ad-Duha. Apa makna yang terkandung di dalam Surat Al Insyirah ?

Surah al-Insyirah merupakan surah yang apabila dibaca dapat melapangkan hati orang yang membaca dan mendengarnya.

Asbabun Nuzul (sebab di turunkannya surah)

Surah al-Insyirah turun karena kafir quraisy mengolok-olok Nabi Muhammad Saw, dengan mengatakan orang yang masuk agama islam adalah golongan miskin dan para budak

Terjemahan

  1. Bukankah kami telah melapangkan dadamu (Muhammad)
  2. dan kami pun telah menurunkan beban darimu,
  3. yang meberatkan punggungmu
  4. dan kami tinggikan sebutan (nama)mu bagimu
  5. Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
  6. sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
  7. Maka apabila engkau telah selesai(dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras(untuk urusan lain)
  8. dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap

Isi kandungan

  1. Yang dimaksud “beban” adalah kesulitan-kesulitan yang diderita oleh Nabi Muhammad Saw dalam menyampaikan risalah

  2. Maksud meninggikan nama Nabi Muhammad Saw adalah meninggikan derajat dan mengikutkan namanya dengan nama Allah dalam kalimat syahadat, menjadikan taat kepada Nabi Muhammad termasuk taat kepada Allah

  3. Mengenai ayat ke-7, sebagian ahli tafsir menafsirkan bahwa apabila kamu(Muhammad) telah selesai berdakwah, beribadahlah kepada Allah. Apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia, kerjakanlah urusan akhirat. Apabila telah selesai mengerjakan shalat, berdoalah

Kalau dalam surah asy-syarh menjelaskan perintah kepada nabi Muhammad selaku manusia sempurna, at-Tin menjelaskan manusia itu makhluk allah yg memiliki kesanggupan, baik lahir & batin. Kesanggupan-kesanggupan itu akan menjadi nyata apabila manusia mengikuti jejak nabi Muhammad saw.

Disalin dari :

Surah al-Insyirah merupakan surah yang berbicara tentang penegasan nikmat-nikmat Allah SWT yang diberikan pada Nabi Muhammad Saw dan umatnya, serta pernyataan Allah bahwa di samping kesukaran ada kemudahan oleh sebab itu diperintahkan kepada Nabi agar tetap melakukan amal-amal saleh dan bertawakal kepada-Nya. Surah ini diturunkan di Mekkah yang diturunkan sesudah Al-Duha yang dinamakan Alam Nasyrah.

Penafsiran Secara Umum


Ayat ke-1

“bukankah telah Kami lapangkan dadamu" Surah al-Insyirah : 1

Pada ayat ini Hamka menjelaskan bahwa sempit karena susah atau dukacita, sempit yang akan ditempuh sehingga Allah melapangkan dada. Lapang dada di sini sebagai ungkapan fikiran yang sempit.

Al-Qur’an juga telah menyebutkan dalam surah At-Thalaq (7)

Artinya: Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.

Sayyid Quthb mengatakan ayat ini mengisyaratkan ada kesempitan dalam jiwa Nabi dalam menghadapi urusan dakwah terdapat rintangan-rintangan yang sukar dijalaninya, bahkan merasa sangat berat dalam menjalani dakwah. Di sinilah sangat dibutuhkan pertolongan, bantuan dan bekal dari Allah. Maka siapkanlah perasaan Nabi Muhammad untuk merasakan nikmat, bukankah telah mendapatkan kesenangan disamping kesengsaraan, kegembiran disamping kepayahan dalam menghadapi rintangan.

Firman Allah ini telah mengejawantahkan pada diri Rasulullah saw. Beliau seorang yang sederhana, teguh, optimis, semangat tinggi dan ringan kaki. Sehingga Al-Quran dengan singkat menggambarkan dirinya sebagai penunjuk jalan kemudahan. QS.al-A’raf : 157 menyebutkan …”membuang dari mereka beban-beban dan belenggu yang ada pada mereka

Allah telah melapangkan dadanya apa yang menjadi masalah dalam hidupnya senantiasa ringan dalam berpikir dan tidak mudah gelisah. Biasanya kegelisahan yang dirasakan berkenaan dengan keadaan hatinya yang kacau yang membuat hatinya menjadi sempit, akan tetapi dalam surah ini mengajarinya bagaimana agar bisa menembus dinding permasalahan.

Al-Qur’an telah memuat makna dari kelapangan dada. Salah satunya dalam surah Thaha: 25-27

Berkata Musa: ‘Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, (QS. 20:25) dan mudahkanlah untukku urusanku, (QS. 20:26) dan lepaskanlah kekakuan lidahku, (QS. 20:27)

Maksud dari ayat ini waktu Nabi Musa as. Memohon kepada Allah agar dianugerahi kelapangan dada serta dipermudah untuknya segala persoalan, sedangkan Nabi Muhammad Saw memperoleh kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan. Nabi Musa mengajukan permohonan agar dipermudah urusanya, sedangkan Nabi Muhammad dianugerahi kemudahan, apa pun kesulitan yang dihadapi maka dengan pertolongan Allah akan mampu menyelesaikannya. Dalam QS. al-A’la: 8 telah dijelaskan bahwa, “Kami akan mempermudahmu kepada kemudahan”.

Kelapangan dada yang dianugerahkan pada Nabi dan juga umatnya, dengan kapasitas yang berbeda yang dijelaskan dalam surah Al-An’am: 125

Artinya: “barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya dia melapangkan dadanya untuk memeluk agama Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatanya niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”.

Kata “untukmu” di sini berfungsi mengisyaratkan bahwa kelapangan dada yang diperoleh Nabi itu suatu kekhususan, sehingga kelapangan serupa tidak didapatkan selain Nabi. Makna ini diperkuat lagi dengan kata sebelum shadraka.

Kekhususan di sini bukan pada kapasitas akan tetapi dalam substansinya, melalui perbandingan antara dua ayat yang mengandung kelapangan dada, masing-masing pada Nabi Isa dan Nabi Muhammad Saw.

Kehidupan yang dilalui dengan kecemasan dan kebingungan yang selalu menghantui pikiran Nabi dan ketika kebingungan mencari jalan untuk membawa ke jalan hidayah, maka ayat ini menerangkan sesungguhnya kami telah melenyapkan segala kebingungan dari dirimu supaya tidak khawatir dan bersusah hati. Jadikan hati yang berlapang jiwa dan percaya pada bantuan Allah. Sebagai manusia, tentunya seseorang selalu dihadapkan dengan berbagai masalah dan persoalan. Dalam hal ini maka menghadapi masalah haruslah dengan berlapang dada (hati), hati yang lapang berkaitan dengan iman seseorang. Karena itu apabila cahaya keimanan telah masuk dalam hati seseorang maka hatinya akan menjadi lapang. Maka apabila seseorang itu telah menyatakan beriman dan iman telah masuk dalam hatinya maka Allah akan menerima keimanan tersebut dan menjadikan hati orang itu lapang.

Ayat ke-2

Dan kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu, Surah al-Insyirah : 2

Beban di sini “risalah” agar bisa menyampaikan, Oleh karena itu Allah mudahkan Nabi dalam penyampaiannya. Sekalipun mendapat perlakuan jelek dan menyampaikanya dari orang-orang yang menjadi kewajiban risalahmu. Kaitan surah al-Insyirah dengan ayat lain itu adalah pada do’a Nabi Musa kepada Tuhannya, ayat ini saling membenarkan satu sama lain. Musa berkata: ya Allah lapangkan dadaku dan mudahkanlah urusanku” serta memohon pertolongan untuk berdakwah di jalan Allah yang Memikul beban yang berat di atas pundaknya. Maka sebaliknya ketaatan pada Allah justru membawa kekuatan. Firman Allah swt:

“minta tolonglah kalian dengan sabar dan shalat, sesungguhnya shalat itu berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk”. QS.Al-Baqarah : 45

Orang yang melakukan amal baik, maka seolah-olah akan mendapat rizki yang memberikan kekuatan. Sementara itu orang yang berbuat dosa maka seolah ada beban yang memberatkan pundaknya. Maka tugas menyampaikan risalah Allah kepada umatnya dan memimpin dengan petunjuknya itu sangatlah beban yang berat, namun bila dipimpin dengan yang haq tidak akan merasakan beban yang lebih berat dari itu.

Ayat ke-3

“Dan memberatkan punggungmu” Surah al-Insyirah : 3

Beban Nabi Muhammad saw yang sangat berat, “memberatkan punggungnya”, oleh Allah swt dihilangkan beban tersebut dengan melapangkan dada sehingga terasa ringan dan enteng beban tugasnya. Seberat cobaan yang dirangkul dalam hidupnya maka Allah akan meringankan cobaannya, dengan cara sabar dan tawakal pada Allah, dengan ini maka sesulit apa pun akan terasa ringan

Ayat ke-4

Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu.Surah al-Insyirah : 4

Ayat ke empat menegaskan anugerah Allah yakni: di samping kemudahan dan keringanan beban juga meninggikan sebutan yakni nama Nabi. Sampai di sini ayat tersebut bersifat pribadi berbicara tentang masalah pribadi Nabi Saw

Ayat ke-5

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Surah al-Insyirah : 5

Ayat ini termasuk ayat-ayat yang menguraikan anugrah Allah swt. Kata al-‘usr dalam al-Quran terulang 4 kali, dalam bentuknya 12 kali terulang. Kata yusr terulang sebanyak 6 kali, tiga di antaranya bergandengan secara langsung dengan ‘usr, sedang kata yusr sebanyak 44 kali.

Artinya, secara umum, sesungguhnya jika kesulitan itu datang, maka ia disertai dengan kemudahan. Oleh karena itu, kemudahan tersebut berada dalam kesulitan itu. Dua ayat tersebut mengisyaratkan akan misi Nabi Saw, “Betapa besar kesulitan yang Nabi hadapi, sehingga tulang-tulang punggung Nabi berderak. Ketika itu, musuh benar-benar (berusaha) untuk menghapus nama Nabi, akan tetapi yang terjadi adalah sebaliknya. Inilah aturan Allah”.

Kelapangan yang diperoleh Nabi Muhammad Saw, keringanan beban yang selama ini dirasakan, itu semua disebabkan karena sebelum ini ia telah mengalami puncak kesulitan. Akan tetapi dihadapi dengan tabah, sabar dan optimis. Sabar menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat dan pahit yang harus diterima dengan penuh tanggung jawab. Seperti yang dijabarkan dalam QS.Luqman:17

“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS Luqman, 17)

Seseorang yang menghadapi rintangan dalam pekerjaannya, terkadang hati kecilnya membisikkan agar dia berhenti saja, walaupun apa yang diharapkan belum juga tercapai. Sedangkan bila mengikuti kehendak kata hatinya dan nafsunya maka akan menggerutu dan meronta. Akan tetapi bila bisa menahan diri, ia akan menerima dengan penuh kerelaan maka akan terasa terhibur. Kesulitan itu ada bersama kemudahan, apabila ingin memperoleh kemudahan, kesenangan dan kebahagiaan maka tidak mungkin mendapatkan begitu saja sebelum menyebrangi jalan yang penuh tantangan.

Ayat ke-6

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Surah al-Insyirah : 6

Orang juga membacanya dalam surat al-Sajdah (ayat 24):

“Dan Kami jadikan di antara mereka pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami”.

Dengan kata lain, Kami telah menentukan seorang pemimpin di antara mereka yang akan memberikan petunjuk tentang urusan Kami atas manusia. Karena mereka telah bersabar dalam (mengemban) berbagai kesulitan serta beriman kepada ayat-ayat Kami. Iman menyertai amal di dalam menghadapi kesulitan-kesulitan. Yang disebutkan dalam al-Qur’an, seperti dalam surat Ali- 'Imrân (ayat 146-148):

Artinya: Dan betapa banyak Nabi yang berperang bersama sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah. Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan, “Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan kuatkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala dunia dan pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.

Akan tetapi betapa banyak di sepanjang sejarah, orang-orang tertindas yang menyembah Allah, dan betapa banyak pula para Nabi yang berperang bersama mereka di jalan Allah. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah. Maksudnya, betapa banyak kesulitan-kesulitan yang mereka pikul, tetapi mereka tidak dikalahkan oleh kelemahan itu.

Mereka tidak menampakkan kesedihan hati, ketundukan, dan kehinaan. Jiwa-jiwa mereka tidak runtuh dan iman-iman mereka tidak guncang. Bahkan mereka mencari perlindungan serta memohon pertolongan kepada Allah. Mereka tidak mengatakan sesuatu kecuali hanya memohon kepada Allah agar memenuhi mereka dengan kesabaran serta istiqamah di jalan-Nya. Juga agar menolong mereka dari orang-orang kafir. Dengan ini mereka menerima semua kesulitan dengan sabar dan ikhlas juga tawakal Bahkan lapang dada.

Ayat ke-7

“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. Surah al-Insyirah : 7

Maksudnya, Bukankah setelah selesai dari hal itu dan beban berat telah dihilangkan dari pundak beban, maka seharusnya Ia pergi tidur dan beristirahat. Apabila seseorang melakukan itu, maka sesungguhnya seseorang telah mendatangkan nasib yang buruk. Sebab, nasib buruk akan datang karena kebiasaan bermalas-malasan. Tak ada suatu perkara yang merupakan musuh manusia, selain kenyamanan.

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Semua pekerjaan telah terselesaikan, maka terjunkanlah ke dalam keletihan dan kelelahan lain. Carilah kesulitan-kesulitan lain dan jangan biasakan seseorang dalam kenyamanan. apakah kesulitan-kesulitan ibadah akan menghilang darinya Saat Nabi Saw menghadapi kesulitan-kesulitan sosial yang menyibukkan beliau, apakah beliau menghabiskan waktu malamnya dengan tidur sampai pagi hari? Akan tetapi beliau tidak melakukannya atas kehendak kata hatinya.

Ayat ke-8

dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. Surah al-Insyirah : 8

Terjunkanlah diri Anda ke dalam kesulitan-kesulitan yang sebenarnya. Dan jangan biarkan diri Anda tenggelam dalam kenyamanan, karena ini adalah musuh kemanusiaan. Karena itu apabila telah selesai mengerjakan suatu pekerjaan, berdirilah dan segera kerjakan yang lain dan harapkanlah rahmat tuhanmu.

Kandungan Surah


Pada dasarnya surah al-Insyirah menguraikan beberapa hal berikut:

  • Pertama, Menyuruh selalu bersabar dan bertawakal.

  • Kedua, Selalu berfikir positif dalam semua hal ketiga, Mengadung nikmat-nikmat Allah.

Namun setiap mufasir selalu ada perbedaan yang menunjukan karakteristik dan tingkat kajian yang berbeda, seperti al-Maragi, beliau mengatakan bahwa surah ini mengandung nikmat yang dimiliki oleh Rasulullah Saw sebagai hamba-Nya juga mempunyai nikmat yang diberi oleh Allah pada Rasulnya. Maka dari itu seseorang dikatakan beriman kalau masih ada sabar dan berani menghadapi cobaan dalam hidupnya karena dengan iman maka semua akan dapat dilalui dengan lancar. Sedangkan orang yang imannya lemah maka cobaan akan dirasakan dengan berat.

Kelapangan dada apabila dikaitkan dengan hati maka identik dengan putihnya mata. Dada (Ash-shadru) merupakan tempat masuknya godaan dan penyakit. Al-Insyirah (kelapangan) selalu dikaitkan dengan kata Ash Shadru, bukan dengan Al-qalbu, seperti dalam QS. Al-a’raf: 2

Maka dadamu jangan sampai merasa susah karenanya”.

Apabila seseorang merasakan kesempitan dalam hidupnya, maka kesempitan itu dirasakan tanpa batas. Juga apabila hati seseorang telah mengalami kelapangan, apabila dada merasa sempit terhadap kebenaran maka akan terbuka luas untuk kebatilan.

Sedangkan makna syarh} (melapangkan) para mufasir memandang secara umum bahwa syarh ash-shadr adalah sa’ah ash-shadr. Ungkapan ini terdapat pada hadis, Untuk tanda pemimpin yang luasnya dada, maksudnya bukan orang yang lebar dada akan tetapi lapang dada di sini dapat memikul tugas dengan baik dan sabar. Ini merupakan ungkapan yang merujuk pada kemampuan seseorang dalam memikul beban yang berat serta kemampuanya bersabar.

At-Thabari dalam tafsirnya mengatakan surah ini dinamai Alam Nasyrah sedangkan mufasir lain menyebutkan surah Al-Insyirah. Sedangkan maksud artinya ‘Al-Syarh adalah kelapangan, kelebaran dan keluasan. Pengertian ini sangat dekat dengan kebahasaan dari lafal. Mufasir lain seperti Al-Zamakhsyari mengartikan “kami lapangkan dadamu” mencakup suka duka nubuwwah dan menghilangkan dari kesempitan dan kepicikan yang menyertai kebodohan. Sedangkan Al-Raghib cenderung pada pendapat ketika menggabungkan surah Al-Duha seperti QS. Thaha dan Al-Zumar (25:22).

Surah Tha>ha berkenaan dengan Nabi Musa as, Allah berfirman,

“dan mudahkanlah untukku urusanku. Dan lepaskan kekakuan dari lidahku, supaya mereka memahami perkataanku”. QS. Az-Zumar: 22

Ayat ini turun waktu Nabi Musa memohon pertolongan, kelapangan dan kekuatan jiwa pada saat menghadapi Fir’aun yang begitu zalim dan sangat besar kekuasaanya. Dari sini kita bisa menafsirkan bahwa ayat ini membahas kelapangan dada, bahwa Allah SWT telah memberikan kekuatan untuk menemukan kebenaran, kearifan untuk memaafkan kesalahan orang lain, serta kekuatan dalam menghadapi gangguan dalam hidup. Ayat ini merupakan cahaya Ilahi yang memiliki kearifan, kelapangan hati untuk menghadapi kesulitan serta memahami hakikat kehidupan.

Referensi
  • Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta: PT. Pustaka Panji Mas, 1982), Juz XXX.
  • Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an di Bawah Naungan Al-Qur’an, terj. As’ad Yasin, Abdul Aziz Salim Basyarahil (Jakarta: Gema Insani Pres, 2002).
  • Aidh Al-Qarani, La-tahzan terj. Samson Rahman (Jakarta : Qisthi Press, 2004) Cet. 7.
  • Muhammad Abduh, Tafsir Juz’Amma terj. Muhammad Baqir (Bandung: Mizan 1999)
  • M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah : Pesan, Kesan dan keserasian al-Qur’an, Vol 15
  • (Jakarta: Lentera Hati,2002).
  • A. Mustafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj. Bahrun Abubakar (Semarang: Toha Putra, 1986) Juz XXX.
  • Murthada Muthahari, Tafsir surah Pilihan, terj. Hasan Rahmat dan M.S Nasrullah (Bandung: Pustaka Hidayah), Cet. 3.
  • M.Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi Hidup Bersama Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2007), Cet.I
  • Amir An-Najar, Ilmu Jiwa Dalam Tasawuf : Studi Komparatif dengan Ilmu Jiwa Kontemporer, terj. Hasan Abrory (Jakarta: Pusataka Azzam, 2001).