Apa makna menyembah kepada Allah dengan perasaan takut dan harapan?

Doa

Kita sebagai manusia haruslah menyembah allah dzat yang telah menciptakan kita dimuka bumi ini dengan segala kesempurnaan yang telah diberikan kepada kita, maka kita wajib juga untuk mensyukurinya. Apa makna menyembah kepada Allah dengan perasaan takut dan harapan?

Allah -subhanahu wa ta’ala- berfirman:

"dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan)." [Surat Al-A’raf 56]

Berdoalah dengan rasa takut tidak diterima, dan berharap akan dikabulkan. Berharap dan takut hanya kepada Allah --Azza wa jalla-, Jadikan dua hal ini seperti dua sayap bagi seekor burung, terbang dengan kedua sayap tersebut di atas jalan istiqomah, dan jika salah satunya ditinggalkan maka akan membinasakan.

Allah - Subhanahu wa ta’ala juga berfirman:

“…mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas…” [Surat Al-Anbiya’: 90]

Mereka tidak lalai, tidak meremehkan atau menggampangkan, takut ibadah atau doanya ditolak dan berharap doa atau ibadahnya diterima.

Allah -Azza wa Jalla- berfirman :

"Mereka berdoa kepada Tuhan mereka dengan rasa takut dan harap.” [Surat As-Sajdah : 16]

Mengumpulkan diantara dua sifat, yaitu takut amalannya ditolak dan berharap agar amalannya diterima. Serta takut akan adzab Allah dan berharap pahala disisi-Nya.

Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

“Aku meminta kepada Allah surga dan aku meminta perlindungan kepada-Nya dari Neraka.” (Hadis Riwayat Abu Daud)

Dalam doa ini juga terdapat dua hal sekaligus, yaitu berharap surga atau balasan di sisi-Nya dan berlindung dari api neraka atau takut akan adzab Allah.

Kesimpulan bahwa dalam beribadah kepada Allah hendaklah disertai rasa harap agar amalan atau ibadah tersebut diterima dan takut amalan tersebut tertolak. Janganlah kita lalai, meremehkan, dan menggampangkan dalam melakukan ibadah. Dua hal ini adalah 2 dari 3 pondasi ibadah (ikhlas, khouf/ takut,roja’/ berharap) yang hendaknya setiap muslim benar-benar memperhatikannya dalam setiap melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah.

Kita ambil pelajaran penting dalam sebuah ayat yang mengisahkan tentang Nabi Ibrahim -alaihissalam- dan anaknya Isma’il -alahimassalam- tatkala diperintah oleh Allah meninggikan bangunan ka’bah.

Allah berfirman :

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 127)

Tatkala Wuhaib bin al-Warad –rahimahullah- membaca ayat ini, ia pun menangis, seraya berkata:

“Wahai kekasih Allah Ar-Rahman –kholilurrohman- ! Engkau meninggikan dasar-dasar bangunan rumah Allah –Baitu ar-Rahman- dan engkau merasa hina, takut amalanmu itu tidak diterima”

Seorang kekasih Allah sekaliber Nabi Ibrahim, melakukan sebuah amalan yang sangat mulia -meninggikan bangunan Ka’bah- dan diperintahkan sendiri oleh Allah, namun Nabi Ibrahim merasa takut amalannya ditolak dan berharap agar amalan tersebut diterima.