Apa itu Variasi Bahasa?


Bahasa memiliki fungsi yang hakiki sebagai alat komunikasi. Dengan itu, individu dapat memahami individu yang lain dengan bahasa.

Pernahkah kalian mendengarkan komunikasi antara kernet dan sopir bus kemudian membandingkannya dengan komunikasi antara guru dan murid di dalam kelas? Pasti ada perbedaan di antara keduanya kan? Itulah yang disebu dengan variasi bahasa. Dikarenakan kedudukan bahasa sebagai alat komunikasi memiliki hubungan erat antara individu dengan masyarakat, membuat bahasa memiliki berbagai macam variasi-variasi bahasa.

Apa itu variasi bahasa? Apa saja jenis-jenisnya?

Variasi bahasa termasuk salah satu hal yang menarik dalam sosiolinguistik. Karena, prinsip dasar dari variasi bahasa adalah penutur tidak selalu berbicara dalam suatu peristiwa, yang artinya penutur memiliki alternative berbicara tergantung dengan situasi dan kondisinya (Jaworski&Coupland, 1997).

Pengertian

Variasi bahasa menurut Suwito (dalam Lukiana, 2019) adalah jenis ragam bahasa yang pemakaiannya disesuaikan dengan fungsi dan situasi tanpa mengabaikan kaidah-kaidah yang berlaku. Sedangkan menurut Kridalaksana (dalam Ngalim, 2015) variasi bahasa adalah konsep yang mencakup variabel dan varian bahasa. Variabel bahasa mencakup jenis kelamin, usia, status sosial, dll. Menurut Wardhaught (dalam Lukiana, 2019) variasi bahasa merupakan seperangkat pola tuturan manusia yang meliputi bunyo, kata, dan ciri-ciri gramatikal yang secara unik.
Variasi bahasa sendiri terjadi dikarenakan interaksi sosial yang dilakukan masyarakat sangat beragam karena penuturnya yang heterogen.

Jenis-jenis Variasi Bahasa

Variasi bahasa sendiri terdiri dari beberapa jenis bergantung menurut perian dan penuturnya.
Variasi Bahasa Berdasarkan Perian
Perian yang dimaksud di sini adalah variasi yang berdasrkan pada linguistic dan variasi yang berdasarkan pada variasi sosiolinguistik. Variasi bahasa yang berdasarkan pada linguistic disebut variasi internal/sistemik, sedangkan yang berdasarkan pada variasi sosiolinguistik disebut variasi eksternal/ekstrasistemik.

  1. Variasi internal/sistemik
    Variasi internal biasanya disebabkan oleh faktor-faktor internal bahasa itu sendiri. Variasi ini cenderung dipandang sebagai variasi yang lebih hakiki, lebih mendalam dan lebih mendasar. Menurut Ibrahim dan Suparno (2015), biasanya variasi ini banyak digunakan oleh para linguis historis komparatif untuk menentukan kekerabatan bahasa, pencarian bahasa purba, pengelompokan bahasa, migrasi bahasa dan pengaruh timbal-balik bahasa sekitarnya dari kerumpunan bahasa.
  2. Variasi eksternal/ekstrasistemik
    Variasi eksternal biasa disebabkan oleh faktor-faktor yang berada di luar bahasa, seperti perbedaan struktur dan pranata sosial serta kemajemukan masyarakat. Kemajemukan terbagu menjadi dua yaitu vertikal dan horizontal. Kemajemukan horizontal masyarakat dapat diamat dari faktor: a) etnik dan ras; b) bahasa daerah; c) adat istiadat; d) agama, dll. Sedangkan kemajemukan vertikal masyarakat dapat diamati dari faktor: a) ekonomi; b) pendidikan; c) adat istiadat; d) pekerjaan, dan e) kedudukan sosiopolitik.
    Variasi Bahasa Berdasarkan Penutur
    Apabila diamati dari segi penutur, berdasarkan penutur variasi dibagi menjadi dua macam, yaitu variasi yang bersifat perorangan dan yang bersifat kelompok.
  3. Variasi yang bersifat perorangan disebut idiolek. Idiolek adalah ujaran yang timbul dan hanya dipakai oleh seseorang yang mungkin berbeda dari orang lain sehingga bisa menjadi ciri khas dari orang tersebut. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh latar belakang penutur.
  4. Variasi yang bersifat kelompok
    a. Variasi bahasa berdasarkan wilayah, disebut dialek areal, dialek geografi dan atau dialek saja
    b. Variasi bahasa berdasarkan pada waktu tertentu, disebut dialek temporal atau kronolek
    c. Variasi bahasa berdasarkan pada status sosial, atau kelas sosial disebut dialek sosial atau sosiolek. Menurut Ibrahim dan Suparno (2015) variasi ini terbagi menjadi:
  • Akrolek, yaitu, variasi bahasa yang dianggap tinggi dibandingkan variasi bahasa yang lain. Contoh: bahasa Indonesia dialek Jakarta dianggap keren dibandingkan bahasa Indonesia dialek Jawa Timur. Dikarenakan Jakarta adalah ibukota Indonesia, sehingga banyak dianggap sebagai kota metropolitan dan dianggap bergengsi apabila menggunakan dialek ini.
  • Basilek, yaitu, variasi bahasa yang dianggap kurang bergengsi atau dipandang rendah. Contoh: bahasa sopir, abang becak, wanita penghibur, dll.
  • Vulgar, yaitu, variasi bahasa yang biasa digunakan oleh kelompok sosial yang kurang terpelajar. Contoh: bahasa anak jalanan.
  • Slang, yaitu, variasi bahasa yang biasa dilakukan oleh sekelompok sosial yang bersifat rahasia dan khusus. Contohnya, bahasa sopir untuk mengelabui polisi. Kosakatanya bersifat temporal dan cenderung berubah-ubah karena mementingkan faktor kerahasiaan.
  • Kolokial, yaitu, variasi bahasa yang digunakan sehari-hari. Kolokial memusatkan diri pada konteks dan pemakaian bahasa tersebut. Contohnya dalam penyebutan gelar seperti ini, Prof (Profesor), let (Letnan), kap (kapten), dll.
  • Jargon, yaitu, variasi bahasa yang digunakan secara terbatas oleh kelompok profesi dan lingkungan tertentu dan tidak rahasia. Contoh, jargon mahasiswa kedokterab, jargon mahasiswa teknik, dll.
  • Argot, yaitu, vatiasi bahasa yang digunakan oleh sekelompok profesi tertentu dan bersifat rahasia. Contohnya, bahasa abang-abang gojek. Bedanya dengan slang, adalah slang cenderung berubah-ubah sedangkan argot tidak.

Hasil penelitian

  1. Pemakaian Register Bahasa Kru Bus Akap di Terminal Tirtonadi Surakarta oleh Elen Inderasari dan Wahyu Oktavia
    Terdapat kata khusus yang sering digunakan oleh kru bus kepada sopir, kru bus dengan kondektur dan kru bus dengan penumpang. Seperti.
  • Mancal artinya sopir bus menyupit bus yang menjadi pegangannya saat itu
  • Ketotol artinya sopir bus yang lambat dalam antrian sehingga bus dengan jadwal selanjutnya sudah datang
  • Lokir artinya bus tidak bisa melanjutkan perjalanan dan penumpang digantikan dengan bus lainnya
  • Ngaker artinya bus diikuti dari jarak jauh namun tidak ada niat mendahului
  • Dll.
    Dalam penelitian ini, interaksi antara kru bus, sopir dan penumpang berbentuk register.
  1. Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Variasi Bahasa Ken (Can’t) Oleh Para Pengemis di Lingkungan Lampu Merah Kota Serang, Provinsi Banten oleh Arip Senjaya, Ilmi Solihat dan Salpa Riansi.
    Berdasarkan penelitian, kosakata yang dapat dikategorikan sebagai ciri variasi ken, terdapat 15 buah. Seperti.
  • “Pak minta sedekahnya, Pak.”
    Kata minta dalam konteks ini untuk menyatakan permintaan agar memperoleh belas kasihan peziarah. Kata sedekah dalam konteks ini seperti suruhan agar pengemis diberi sedekah.
  • “Buu…” (sambil menyodorkan gelas plastic)
    Meskipun kata Bu merupakan kata yang lazim digunakan oleh masyarakat, kata ini apabila digunakan oleh pengemis dapat menjadi fitur atau penciri ken. Apalagi diucapkan dengan intonasi yang diperpanjang seraya menyodorkan gelas plastic.
  • Dll.
Summary
- Ibrahim, A.S. Suparno. 2015. Sosiolinguistik. Malang: Universitas Terbuka.
- Senjaya, Arip. Solihat, Ilmi. Riansi, E.S. 2018. Kajian Sosiolinguistik Pemakaian Variasi Bahasa Ken (Can’t) Oleh Para Pengemis di Lingkungan Lampu Merah Kota Serang, Provinsi Banten. Jurnal Membaca Bahasa dan Sastra Indonesia 3(2).
- Inderasari, Elen. Oktavia, Wahyu. 2018. Pemakaian Register Bahasa Kru Bus Akap di Terminal Tirtonadi Surakarta. Dialektika: Jurnal Bahasa, Sastra dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 5(2).
- Jaworski, Adam., Coupland, Nikolas. 1997. Sosiolinguistics: A Reader and Coursebook. Inggris: Macmillan Press LTD.
- Lukiana, Dian. 2019. SKRIPSI. Analisis Variasi Bahasa Pada Rubrik “Kriiing” Surat Kabar Salopos Kajian Sosiolinguistik.
- Ngalim, Abdul. Dkk. 2015. Sosiolinguistik: Suatu Kajian Fungsional. Surakarta: Jasmine.