Apa itu toxic productivity?

TOXIC PRODUCTIVITY

Akhir-akhir ini aplikasi LinkedIn sedang menjadi trend di dunia kerja dan perkuliahan, banyak penggunanya mengunggah konten-konten kegiatan produktifnya, namun banyak juga yang menggap bahwa aplikasi itu hanya membuat kita menjadi toxic productivity atau terpacu untuk menjadi produktif setiap saat dengan terus menerus, itu merupakan hal yang tidak sehat.

Namun dengan begitu, apakah sama saja dengan bekerja keras? kalau tidak, apa itu toxic productivity?

Seorang Psikolog Klinis, Dr. Julie Smith dari Hampshire, Inggris, menyatakan bahwa toxic productivity merupakan sebuah obsesi untuk terus mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah apabila tidak bisa melakukan banyak hal. Orang-orang yang telah mengalami toxic productivity cenderung sengaja membuat dirinya lelah sebisa mungkin untuk mencapai sesuatu tanpa kenal istirahat. Produktivitas yang berlebihan ini akan berbahaya dan berisiko terhadap kesehatan secara fisik maupun mental.

Munculnya Toxic Productivity

Toxic p roductivity muncul dari tradisi kita yang menilai tinggi suatu produktivitas. Sering kali takjub dengan orang-orang yang mempunyai segudang aktivitas dalam keseharian mereka, memuji seseorang yang mampu untuk tidur larut malam atau bahkan tidak tidur demi menyelesaikan pekerjaan mereka. Selain itu, tekanan harus selalu produktif juga datang dari jagat maya dengan penggunaan media sosial. Para pengguna media sosial seakan-akan berkompetisi untuk mengabadikan setiap kesibukan mereka setiap harinya. Tanpa disadari, sebagian orang akhirnya mengukur kelayakan diri berdasarkan produktivitas yang telah ia kerjakan.

Ciri-Ciri Toxic Productivity

Sebelum toxic produ c tivity melekat dalam keseharian, berikut ini merupakan ciri-ciri dari toxic productivity :

  1. Selalu terobsesi untuk produktif. Hal ini ditandai dengan kecanduan dalam bekerja atau workaholic yang berlebihan. Seseorang yang selalu terobsesi untuk produktif akan mencari cara untuk terus menyibukkan dirinya dengan berbagai kegiatan yang berlebihan.

  2. Bekerja berlebihan hingga membahayakan kesehatan dan mengganggu hubungan sosial dengan orang lain. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan dari orang sekitar kita bahwa kita terlalu sibuk. Seseorang yang telah terjebak t oxic p roductivity akan mulai merasakan sakit yang berhubungan dengan penundaan kebutuhan.

  3. Merasa kesulitan untuk beristirahat. Hal ini ditandai dengan munculnya rasa bersalah apabila beristirahat setelah seharian penuh bekerja atau berkegiatan.

  4. Ekspektasi yang terlalu tinggi. Hal ini ditandai ketika seseorang menetapkan target atau ekspektasi di luar batas kemampuan dirinya. Ia akan merasa tidak puas dan marah jika semua yang ia harapkan tidak berjalan dengan semestinya.

1 Like

toxic productivity merupakan suatu keadaan dimana produktifitas dinilai menjadi buruk dan tidak sehat. Mereka terus menerus memaksa dirinya untuk beraktivitas dan tidak ingin jika dirinya hanya bersantai saja. Walaupun mereka merasa kelelahan dan kurang istirahat, mereka tetap ingin mengerjakan suatu hal untuk mengisi waktunya. Hal ini juga bisa disebabkan oleh sifat perfeksionisme sehingga ia terus menerus memperbaiki tugas yang mungkin sudah cukup baik.