Apa Itu Penelitian Dialektologi?

image
Ketika pada suatu wilayah berbahasas Jawa namun memiliki banyak variasi kata, baik dalam pengucapan ataupun leksikalnya, maka kita perlu curiga akan adanya perbedaan dialek di daerah tersebut. Bagaimana cara membuktikan perkiraan itu? Jawabannya yaitu dengan melakukan penelitian dialektologi.

Apa itu penelitian dialektologi?

Ayatrohaedi (1983: 17) membagi masa perkembangan penelitian dialektologi sesudah tahun 1875 menjadi dua aliran atau mazhab, yaitu mazhab Jerman dan Prancis. Mazhab Jerman mempunyai ciri-ciri menggunakan metode pupuan sinurat dalam penelitian mencari variasi bahasa. Metode pupuan sinurat adalah metode dengan mengirimkan daftar tanyaan kepada informannya. Untuk mencegah kekeliruan mengisinya, disertakan pula penjelasan terkait penelitian yang sedang dilakukan.

Latar belakang informan juga didapat dari pengarahan informan untuk menuliskan nama, petunjuk jelas tentang tempat lahir, dan adat istiadat yang dilakukan di balik halaman jawaban. Tidak hanya itu, daftar tanyaan dalam penelitian awalnya hanya berisi 40 kalimat sederhana dan berkembang menjadi 180 kata disertai 12 kalimat. Kemudian, penelitian juga meluas dengan mencari faktor kesejarahan. Hasil dari penelitian tersebut baru kemudian dipetakan menjadi peta bahasa.

Kelebihan mazhab ini adalah penelitian dapat dilakukan dengan waktu yang lebih singkat. Hal ini disebabkan penelitian dilakukan dengan menyebarkan daftar tanyaan. Pengumpulan daftar tanyaaan juga dapat mempermudah penelitian di daerah yang sangat luas. Mazhab ini juga menghasilkan atlas bahasa, atlas folklor, dan atlas toponimi. Namun, kekurangan mazhab ini adalah hasil penelitian dianggap tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya karena penulisan secara fonetis tidak dilakukan. Padahal, hal tersebut sangat penting dalam kajian kebahasaan. Selain itu, informasi mengenai keadaan tempat, latar belakang informan, dan lain sebagainya tidak begitu detail. Hal tersebut disebabkan informan tidak mempunyai patokan yang jelas terkait pengisian hal tersebut. Dengan kata lain, akan muncul jawaban yang tidak sesuai dengan kehendak peneliti sehingga peneliti harus mengulang atau mencari informan kembali.

Kemudian, distribusi daftar tanyaan bisa saja tidak tepat sasaran karena daftar tanyaan dititipkan dan bukan diantarkan langsung oleh peneliti itu sendiri. Berbeda dengan mazhab Jerman, mazhab Prancis mempunyai ciri-ciri menggunakan metode pupuan lapangan. Cara kerja metode tersebut adalah dengan melakukan wawancara langsung dengan target informannya. Metode pupuan lapangan ini pun mengarahkan kepada pembuatan peta bahasa.

Selain itu, pemilihan tempat berdasarkan peranannya sebagai pusat sebaran bahasa, pusat kegiatan ekonomi modern, daerah kegerejaan, dan desa yang memperlihatkan ciri kepurbaan. Kemudian, daftar tanyaan yang diajukan dalam penelitian awal adalah 200 kata dan berkembang menjadi 100 kalimat sederhana. Sementara itu, mazhab ini juga tidak terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Kelebihan mazhab ini adalah hasil penelitian dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya karena menggunakan sistem wawancara langsung.

Lalu, tidak adanya kesalahan mengartikan pertanyaan karena peneliti yang mewawancarai informan secara langsung dan dapat mengulang ataupun menjelaskan kembali jika informan kurang paham terkait isi dari pertanyaan. Berikutnya, penulisan secara fonetis menjadi dapat dilakukan. Hal tersebut disebabkan penelitian tersebut langsung dilakukan oleh peneliti yang mengerti penulisan secara fonetis sehingga data lebih akurat. Akan tetapi, kekurangan mazhab ini adalah membutuhkan waktu yang lama untuk melakukan penelitian karena hanya peneliti yang melakukan wawancara, sedangkan tempat yang diteliti banyak.

Jika dikaitkan dengan Indonesia, mazhab yang cocok diterapkan di negara ini adalah mazhab Prancis. Hal tersebut disebabkan mazhab Prancis menggunakan metode pupuan lapangan. Metode tersebut menggunakan wawancara langsung kepada informannya. Meskipun membutuhkan waktu yang lama, tetapi hasilnya akan memperlihatkan kondisi kebahasaan yang sebenarnya karena dilakukan langsung oleh peneliti. Selain itu, letak geografis Indonesia yang luas dan berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya tidak memungkinkan pendistribusian daftar tanyaan. Bahasa juga bisa menjadi kendala karena tidak semua masyarakat mengerti bahasa Indonesia, terutama masyarakat di daerah terpencil.