Apa itu Ngidang-Ngobeng?

Menghormati dan memuliakan tamu dalam budaya melayu menjadi sesuatu yang sangat dianjurkan. Tradisi Ngidang merupakan cara makan adat Palembang yang saat ini sudah mulai jarang ditemui. Ngidang merupakan tata cara penyajian makanan saat ada sedekahan (kendurian) dan pernikahan, yang dilakukan dengan cara lesehan dengan membagi setiap hidangan atau kelompok yang terdiri atas 8 orang.

Hidangan digelar pada selembar kain dengan tempat nasi berupa nampan ditempatkan pada bagian tengah dan lauknya disiapkan dalam piring-piring kecil dan ditata mengelilingi tampah nasi tersebut. Petugas khusus yang disebut “ngobeng” yang akan melayani langsung para tamu.

Kegiatan ini disebut dengan “besaji” yaitu menghidangkan makanan dan “beringkas” atau merapikan semua kebutuhan. Saat bersantap bersama dalam satu hidangan tertentu. Kegiatan ini juga akan menciptakan suasana yang penuuh dengan keakraban dan kekeluargaan.

Tradisi atau budaya ngobeng-ngidang ini bisa memberikan arti dari sebuah proses gotong - royong. Karena, dalam satu kelompok yang terdiri dari delapan orang untuk satu hidangan, bisa saling berkomunikasi dan memperlihatkan tolong menolong. Dalam budaya ngobeng-ngidang, menu yang disajikan adalah makanan khas asli Palembang, seperti daging malbi, nasi kuning, sambal nanas, ayam kecap, sayur dan beberapa makanan lainnya. Selain itu beberapa lauk pauk yakni opor ayam, kemudian "pulur”, yang terdiri dari buah-buahan dan acar.

Bila ngidang merupakan menyajikan makanan di atas kain, ngobeng adalah petugas khusus untuk membantu tamu, seperti menolong membawa ceret air dengan wadah sisa air bilasan setelah tamu selesai mencuci tangan. Menariknya lagi, dalam budaya ngobeng-ngidang ini ada syarat penataan makanan yang dilakukan secara silang, yakni lauk pauk harus berdampingan dengan pulur. Agar ada tata kerama para tamu saat bersantap terjaga. Dengan syarat itu, artinya tamu tidak perlu menggerakkan tangan terlalu jauh untuk menjangkau piring lauk pauk. Ini juga sesuai syariat Islam. Dalam budaya ini juga mengajarkan tamu untuk menjaga perilakunya. Sebab, dalam satu kelompok, bila mengambil makanan terlalu banyak atau secara berlebihan, secara otomatis akan tampak secara langsung karena berhadapan. Budaya ini mengajarkan untuk tidak mubazir atau membuang-buang makanan.
Jangan lupa berikan pendapatmu apabila ada perbedaan.

1 Like